Happy reading
𖧷 𖧷 𖧷
Suara alarm ponsel berdering. Membuat sang pemilik ponsel yang sedang tertidur langsung bergerak gelisah mencari keberadaan ponsel tersebut.
Tak lama kemudian ponsel ditemukan, dengan sekuat tenaga dia membuka kedua matanya yang masih berat untuk menatap layar ponsel.
Kemudian helaan napas lega terdengar, "berisik banget." Gumamnya.
Dengan kesadaran yang telah terkumpul, dia pun melihat ke sekeliling ruangan yang sudah terang benderang dan baru menyadari bahwa ternyata ini bukan kamarnya.
"Astaga Isyana! Kenapa lo bisa sampe lupa kalo dirumah orang." Gerutunya pada diri sendiri.
Isyana kemudian menoleh ke sebelah kanan dimana Alsa masih tertidur lelap. Dia ingin membangunkan tapi melihat tidurnya begitu pulas pun membuatnya mengurungkan niatnya. Dia pun beranjak dari kasur lalu pergi mandi terlebih dahulu.
Tenang saja, sebelumnya Isyana sudah izin pada Alsa karena memang biasanya saat berempat main mereka sering numpang mandi di rumah Alsa.
"Bawa salah satunya."
"Bawa masuk."
"Bawa salah satunya."
"Bawa masuk!"
"Bawa salah satunya!"
Alsa terbangun dengan napas tersengal-sengal, apa itu? Mimpinya?
Dia langsung bersandar pada sisi ranjang sambil menetralkan napasnya. Kenapa suara penculik saat dia masih kecil dan penculik tadi malam bersautan. Ini buruk sekali. Dari malam Alsa tidak bisa tidur karena suara-suara tersebut. Padahal Alsa sudah menyakinkan dirinya aman, tapi itu sia-sia.
Sebenarnya Alsa dulu pernah diculik bersama sepupunya, Aylina yang sekarang adalah Evelin. Waktu itu mereka juga dibuat pingsan hingga Alsa hanya bisa mendengar sedikit ucapan mereka.
Ucapan itu adalah "Bawa salah satunya."
Dan benar saja, saat tersadar Alsa sudah berada di pinggir jalan. Dia seperti ditinggalkan begitu saja. Alsa menangis sejadi-jadinya, perasaan takut, sedih, putus asa bercampur. Apalagi melihat jalan dan sekitarnya sangat sepi, itu membuat mustahil untuk mendapatkan bantuan. Tapi karena keberuntungan Alsa bagus tiba-tiba ada mobil polisi lewat dan membawanya kembali kerumah.
Setelah kejadian itu Alsa semakin ketakutan dan merasa bersalah karena kehilangan sepupunya. Alsa pun menjalani berbagai pengobatan untuk menghilangkan traumanya itu. Lambat laun berhasil, Alsa kembali menjadi dirinya sendiri.
Namun itu tidak sepenuhnya. Alsa masih merasakan rasa yang sama di waktu tertentu, apalagi di kejadian yang sama. Tapi sebisa mungkin Alsa menahan dan melawan semua itu agar dia tidak merepotkan orang-orang yang ada di sekitarnya.
"Sa, lo nggak papa?" Tanya Isyana yang tiba-tiba muncul dihadapannya.
Alsa yang sedang memejamkan matanya terkejut. Dia melihat Isyana melambai-lambai sebelah tangan di mukanya.
"Ah, iya. Gue nggak papa."
Raut muka Isyana tampak tidak percaya dengan ucapan Alsa. Dia memicingkan matanya tajam. Karena yang dilihat Isyana adalah wajah Alsa yang pucat, bukan karena belum mandi tapi seperti orang sakit.
"Lo yakin? Ngerasa pusing, atau lemes gitu?"
"Yakin 1000%"
"Mana ada 1000, tapi serius muka lo pucet sa.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alsa & Elion | HARUNIELLE ✓
Teen Fiction|| COMPLETED Didekati crush saat sudah move on sungguh hal yang mustahil, bukan? || DISCLAIMER : •100% FIKSI ( JANGAN DI BAWA KE REAL LIFE IDOL) •KARYA SENDIRI •PICT : PINTEREST, GOOGLE, DLL •LIKE, COMEN AND SHARE Publish Pertama : Kamis, 15 Desemb...