PART 4

271 39 12
                                    

Happy reading

𖧷 𖧷 𖧷

Perempuan dengan rambut terurai bergelombang masuk ke area kantin. Matanya tertuju pada sekelompok orang di pojok ujung. Lalu berpindah pada meja sebelahnya.

"Lama banget." Ucap Helena. Evelin yang baru saja sampai langsung mengetok dahi Helena pelan.

"5 menit, gitu doang lama." Mata Evelin kembali menatap meja disampingnya.

Hania, Arsy, dan Isyana duduk disana tanpa Alsa. Ditambah sekelompok laki laki yang populer membuat Evelin menatap mereka curiga.

"Sejak kapan mereka disitu?" Helena yang mengikuti pandangan Evelin pun mengangkat bahunya tanda tak tau.

"Cewek ga dipublik itu juga nggak muncul. Apa dia dibuang ya?" Ucapnya sambil tertawa pelan. Helena mencubit lengan temannya itu.

"Lo nggak boleh ngomong gitu, siapa tau pas dipublik nama keluarganya jajaran atas."

Evelin tersenyum miring, "Dia jajaran atas? Mana mungkin."

"Iya juga sih, apalagi 3 jajaran atas kan udah semua ke publikasi. Mahardika, Baskara, sama Mahatma."

" Ya makanya, lo harus percaya sama gue, dia nggak akan pernah dipublik."

Tapi Helena masih ragu, dia hanya bisa pasrah melihat Evelin yang seperti yakin akan Alsa yang tidak akan pernah dipublik.

"Lo kayaknya benci banget sama Alsa. Dia ngelakuin apa ke lo? Keliatan anak baik baik." Tanya Helena.

"Jangan sebut nama dia! Gue benci, lagian lo nggak akan ngerti. Mending pesenin gue ini." Titah Evelin, Helena hanya mengangguk pasrah dan pergi memesan makanan.

Bel pulang berbunyi, kini Alsa sedang berada diparkiran. Seperti yang Elion katakan sebelumnya, dia akan mengantarkan Alsa pulang kerumah.

"Bukannya tadi lo bawa motor?" Pertanyaan Alsa membuat Elion berhenti membuka pintu mobil.

"Lo tau?" Mampus Alsa lupa kalau dirinya sering memerhatikan Elion. Kebiasaan kalau sudah begini.

"Ya, ya gue liat tadi pagi." Ucapnya meyakinkan. Elion hanya mengangguk lalu masuk sesudah membuka pintu mobil untuk Alsa.

Alsa melihat sekelilingnya, rasanya tidak aneh dengan mobil ini. Ada striker kura-kura seperti milik sepupunya. Tunggu ini mobil ZIDAN SEPUPUNYA?

"Zidan pulang pake apa?" Suara Alsa memang pelan tapi dia tidak tau kalau Elion memiliki pendengaran yang tajam.

"Lo kenal Zidan?" Suara Elion menginterupsi, Alsa langsung menggelengkan kepalanya. Berusaha mencari jawaban yang masuk akal. Dia tidak mau Elion tau kalau Zidan sepupunya. Untuk saat ini.

"Gue pernah nebeng terus liat itu." Tunjuk Alsa pada stiker hijau di pinggirnya.

"Detail juga pengelihatan lo." Elion pun menjalankan mobilnya keluar sekolah.

Sepanjang perjalanan tidak ada yang memulai pembicaraan. Canggung untuk sekedar memulai atau bertanya selain lokasi rumah.

Karena tidak tahan Alsa melirik Elion, sedikit. Pandangan fokus ke arah depan dengan wajah yang sangat tampan. Pantaskah dia disisinya?

Tunggu, bukankah Elion melakukan semua ini karena bertanggung jawab atas luka yang Alsa terima. Ya memang mendominasi Elion yang bersalah tapi dirinya yang ceroboh juga termasuk.

Apa yang Alsa harapkan dari Elion, crush selama ini dia idamkan sudah ada disebelahnya. Tapi rasanya untuk menggapai susah sekali.

Alsa juga sadar diri, jika tidak terjadi ini semua mungkin dia tidak akan bisa sedekat ini dengan Elion. Haruskah dia bersyukur sebelum Elion menyelesaikan tanggung jawabnya?

Alsa & Elion | HARUNIELLE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang