Happy reading
𖧷 𖧷 𖧷
TOK TOK TOK
Suara ketukan pintu kamar membuat seorang laki-laki berhidung mancung itu mendengus.
"MASUK!"
Pintu pun terbuka menampilkan Brian yang sudah mengenakan piyama tidur lalu dia membaringkan tubuhnya di kasur.
"Lo mau pergi lagi?"
"Iyalah, gue mau cari tau siapa yang udah berani-beraninya jadiin adik gue sebagai taruhan." Tegas Javaro.
"Kenapa nggak besok coba." Tukas Brian.
"Serah gue." Javaro langsung mengambil jaket dan kunci motor.
"Jav, cewek tadi gue rasa familiar." Ucapan Brian membuat Javaro menoleh ke arahnya.
"Temen Alsa?"
"Iya, cewek itu."
"Mantan lo kali." Tebak Javaro.
Brian menggeleng cepat,"Bukan, gue rasa dia mirip siapa gitu. Oh apa mirip gue?"
Javaro memandang Brian datar, sepertinya sepupu satunya ini tidak waras. Dia pun mengambil bantal yang ada di sofa kamarnya lalu melemparkannya pada Brian.
"NGACO LO!" Karena kesal Javaro pun membanting pintu kamar cukup keras. Meninggalkan Brian yang bertanya-tanya pada isi kepalanya sendiri.
Pindah pada Alsa yang sekarang tengah membuat teh manis hangat untuknya sendiri. Disebelah sebrang Isyana duduk sambil memerhatikan Alsa. Perempuan itu akan menginap malam ini.
Bagiamana Isyana bisa ada disini? Tentunya itu sangat amat membingungkan karena tiba-tiba saja saat di arena tadi Isyana datang bersama kedua kakaknya. Dan tentunya Alex lah yang menghubungi Brian dan Javaro untuk menjemput Alsa.
Kalau Isyana, perempuan itu datang ke rumah Alsa dengan modal mencari Alsa yang belum membalas chat darinya. Tapi karena tidak menemukan Alsa melainkan malah kedua kakaknya berakhirlah Isyana menceritakan tentang Alsa yang kabarnya dijadikan taruhan di salah satu arena tempat balapan mobil.
Awalnya Brian dan Javaro tidak percaya, namun karena Alsa belum pulang juga dan Isyana bersikukuh bahwa adik mereka itu diculik pun membuat mereka berdua memutuskan untuk pergi ke tempat-tempat yang biasa dijadikan balapan mobil tersebut. Dan benar saja kalau Alsa dijadikan taruhan, ditambah Alex yang menghubungi Brian dan membenarkan hal itu.
"Elion bucin tolol deh sa." Celetuk Isyana. Pasalnya dia melihat semua kejadian itu saat Elion datang. Posisi Isyana berdiri cukup jauh dari pintu hanya saja itu pintu terbuka lebar jadi terlihat lah.
Mendengar celetuk Isyana membuat Alsa terkejut. Satu sahabatnya ini sangat jujur sekali.
"Mana ada na."
"Tadi mohon mohon sampe nangis."
Alsa pun menggelengkan kepalanya, ternyata Isyana melihat padahal dia kira sahabatnya itu telah tidur.
"Dia khawatir jadi gitu deh." Kini Alsa duduk berhadapan dengan Isyana.
"Kenapa lo nggak marah?"
"Gue marah sebenernya cuman kalo belum denger penjelasan dari dia, gue ngerasa nggak enak. Setidaknya dia minta maaf dan juga usaha nyari gue, lagian pak satpam tadi sampai laporan." Pendengar penuturan Alsa, Isyana pun mengangguk paham.
Memang benar memberi kesempatan kepada Elion untuk menjelaskan tidak ada salahnya, daripada harus bertengkar hanya karena satu janji tidak ditepati.
Wajar bila marah pada seseorang karena melupakan janjinya sendiri. Karena bagiamana pun itu adalah janji.
Dan jika lupa karena sengaja mungkin Elion tidak akan menemui atau bahkan mencarinya hingga malam. Alsa tau sekali kalau Elion jarang melupakan sesuatu jika ada hal penting lainnya yang mendesak dia hingga lupa.
Bahkan tadi Elion sangat takut kehilangan dirinya. Dan itu membuat Alsa berpikir, sepenting itukah dirinya di mata Elion? Sadar lah Alsa.
"Lo tau darimana gue dijadiin taruhan?" Tanya Alsa.
"Gibran."
"Loh, Gibran ada di arena juga?"
Isyana menggelengkan kepalanya, "dia nggak dateng cuman masuk grup gitu, terus ada info. Dikasih taulah ke gue."
"Deket juga lo akhirnya sama si Gibran." Ledek Alsa. Karena biasa Isyana ini paling enggan berdekatan dengan laki-laki bernama Gibran itu. Risih katanya.
Isyana sudah menghela napas lesu."Takdir."
Alsa mengangguk menyetujui ucapan Isyana. Karena dia juga merasakan hal yang sama. Kehidupan itu selalu banyak kejutan.
"Sa, gue penasaran siapa yang bawa lo kesana."
"Sama, gue juga. Lagian gue udah minta tolong sama seseorang. Dan yang gue yakin itu pasti pelakunya cewek."
"Kenapa lo yakin itu cewek?"
"Karena yang gue inget sebelum gue pingsan itu denger suara cewek. Dia yang nyuruh orang di dalam mobil buat bawa gue."
"Suaranya lo pernah denger?"
"Eum," Alsa tampak berpikir keras karena suara itu tidak asing di telinga.
"Mungkin, nanti senin gue pastiin, soalnya suara itu kayak ada yang mirip disekolah kita. Udah ah, tidur yuk. Gue pengen tidur sampe siang." Ajak Alsa.
Mereka pun berjalan ke kamar yang berada di lantai dua. Lalu merebahkan diri dan memakai selimut.
"Sa, lo mau cerita soal ini ke Elion?" Tanya Isyana.
"Tanpa gue cerita pun dia pasti udah tau."
"Iya juga, emang tadi dia nggak ngomong apapun tentang ini?" Karena memang Isyana tidak mendengar pembicaraan mereka berdua, jadi Alsa tanyakan. Lagipula yang terdengar dari rumah hanya suara maaf Elion saja.
Alsa pun kembali berpikir, Isyana ada benarnya juga. Elion tidak menanyakan apapun selain meminta maaf. Tapi biarlah, Elion pasti tau sendiri.
Keduanya pun kembali diam membuat suasana kamar hening. Mata mereka masih terbuka lebar. Hingga Isyana mengeluarkan suaranya lagi.
"Sa, kalau ada apa apa lo bilang sama gue ya. Gue akan selalu ada buat lo."
Alsa melirik ke sebelah kanan yang terdapat Isyana tengah menatap langit-langit kamar.
Entah kenapa rasanya senang melihat Isyana banyak berbicara karena biasanya perempuan ini selalu banyak diam seperti tidak peduli sekitar. Padahal jika diteliti, Isyana lah orang yang paling peduli dan peka. Dan Alsa baru tau Isyana memiliki sifat nekat jika instingnya kuat.
Alsa sangat bersyukur karena dikelilingi orang-orang yang baik dan tulus.
Meskipun awalnya dia sangat pesimis mendapatkan teman yang baik tulus dan menerima apa adanya. Tapi ketika mengenal Hania, Isyana dan Arsy semuanya seketika berubah.
Pandangan Alsa yang selama ini salah karena berpikir kalau kasta berbeda itu sulit mendapatkan teman pun terbuka lebar. Ya meskipun jika jujur mereka semua sama, tapi karena dalam kondisi Alsa yang seperti ini cukup membuktikan hal itu.
Alsa pun semakin berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik untuk diri sendiri dan sekitarnya. Karena percayalah masih banyak orang baik untukmu daripada orang yang membencimu.
Dengkuran halus terdengar dari sebelah kasur Alsa. Dia bahkan tidak menyadari bahwa selama termenung Isyana sudah mendahuluinya ke alam mimpi. Alsa pun ikut memejamkan matanya, tapi telinganya samar samar mendengar sesuatu yang diucapkan oleh Isyana.
"Na...la,main...yuk!"
Alsa membuka matanya lebar. Nala? Kenapa seperti nama kecilnya? Apa Isyana juga mempunyai teman bermain Nala. Atau dia mendengar panggilan Elion tadi. Tapi mana mungkin, Isyana bahkan masuk duluan ke kamar sebelum Elion mengucapkan kata itu.
𖧷 𖧷 𖧷
Vote and Comen
KAMU SEDANG MEMBACA
Alsa & Elion | HARUNIELLE ✓
Teen Fiction|| COMPLETED Didekati crush saat sudah move on sungguh hal yang mustahil, bukan? || DISCLAIMER : •100% FIKSI ( JANGAN DI BAWA KE REAL LIFE IDOL) •KARYA SENDIRI •PICT : PINTEREST, GOOGLE, DLL •LIKE, COMEN AND SHARE Publish Pertama : Kamis, 15 Desemb...