18-Rasa sakit itu dari kamu

110 18 6
                                    

Enjoy
.
.
.

Enjoy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Zora mendekati Gavin yang berdiri membelakangi dirinya dengan memandangi pandangan yang ada di depannya dari atas gedung. Tangan Zora memegang pundak belakang Gavin.

"Gavin." Gavin hanya diam tak menanggapi panggilan Zora. "Aku tau kamu kesal, tapi coba dengerin penjelasan aku dulu." Nihil, Gavin masih saja mendiami Zora. "Vin-"

"KAMU KENAPA SIH ZORA!"

Zora terperanjat di tempatnya, ia bahkan terdiam kaku. Gavin total membalikkan badannya, lalu dengan cepat ia cengkram kuat bahu Zora.

"Yang kemarin-kemarin masih bisa aku maklumi, Tapi untuk yang ini, AKU BENAR-BENAR GAK BISA NEBAK ISI PIKIRAN KAMU. Kamu kenapa? Kamu udah gak cinta lagi sama aku?"

Zora menggeleng kuat atas pertanyaan Gavin, dengan suara yang bergetar karena menahan tangis, Zora mencoba menjawab, "enggak, bukan gitu. Aku cinta banget sama kamu, tapi-"

Dengan cepat Gavin memotong omongan Zora karena menganggap perkataan Zora hanya bualan semata. "Tapi? Tapi kamu bilang? JIKA KAMU BENERAN CINTA SAMA AKU, GAK MUNGKIN KAMU BIARIN AKU SAMA VANARA! aku benar-benar baru kali ini nemuin orang segila kamu!"

Zora memanas setelah mendengar ucapan Gavin yang menurutnya sudah kelewatan, air matanya pun sudah terjatuh tak tertahan. Ia melepaskan dirinya dari cengkraman Gavin, lalu dengan cepat tangannya menjatuhkan tamparan di pipi Gavin.

"KAMU YANG GILA! SELAMA INI KAMU BENAR-BENAR CUMAN MIKIRIN DIRI KAMU SENDIRI!! PERSETAN DENGAN PERKATAAN KAMU YANG BILANG BAHWA PERNIKAHAN KALIAN HANYA SEBATAS KONTRAK! TAPI DI MATA NEGARA DAN HUKUM KALIAN UDAH SAH JADI SUAMI ISTRI! DAN AKU,... Aku cuman mau kamu jadi suami yang bertanggung jawab Gavin, mau kamu bilang gak cinta pun sama Vanara, tapi kamu udah ngucapin janji pernikahan, dan itu keluar dari mulut kamu."

Tangis Zora semakin menjadi, rasa sesak itu semakin menyeruak di dadanya menyadari bahwa posisinya di sini hanya sebagai pengganggu rumah tangga Gavin dan Vanara. Mau bicara lagi tapi susah rasanya, ia benar-benar mengeluarkan semua emosinya dari tangisan menyedihkan itu.

Gavin pun tak berbuat banyak, dia hanya terdiam menatap Zora yang menangis terisak itu dengan kedua tangannya yang terkepal kuat.

Zora mencoba mengatur nafas meski rasanya susah,
"Aku, kamu bilang aku merelakan kamu sama vanara?"
Zora maju mendekati Gavin, lalu tangannya tergerak buat mukul-mukul dada bidang Gavin dengan brutal sembari terus berkata, "kamu gak bakal bisa tau seberapa sakitnya hatiku saat mengatakan itu! betapa kuat diriku untuk tidak hancur, dan betapa sesaknya dadaku mencoba untuk tidak menangisi kamu dan Vanara! kamu gak bakal bisa ngerti itu karena  kamu hanya mikirin diri kamu doanh! KAMU EGOIS, KAMU JAHAT GAVIN!!" nafas Zora memburu, matanya sudah basah karena air mata.

"Aku ngelakuin itu semua agar hubungan kita gak ketahuan sama orang-orang! Jika kamu dateng sama aku maka orang-orang bakalan curiga sama kita. KAMU BISA NGERTI GAK SIH!"

Bahagia lewat luka (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang