40-Cerita Di Balik Trauma

53 5 1
                                    

Enjoy
.
.
.

.
.
.

Malam harinya, Zora tampak seperti menunggu seseorang, matanya terus melirik ke arah pintu ruangannya berharap orang yang dia tunggu datang.

Suara notifikasi ponselnya menggantikan atensi Zora dan di sana ada Gavin, orang yang sedari tadi dia tunggu mengirimi pesan

Ponsel itu kembali terletak di atas nakas beriringan dengan helaan nafas Zora yang terdengar. Baiklah tidak apa-apa Gavin benar-benar sibuk sekarang dan masih ada hari esok. Lebih baik dia tidur karena besok dirinya sudah diperbolehkan pulang, dengan perlahan dia membaringkan tubuhnya lalu dia memejamkan matanya bersiap untuk tidur.

.
.
.

.
.
.


Suara gemericik air memenuhi ruangan lembab itu. Darinya keluar seorang wanita lengkap dengan pakaian mandinya, itu Vanara. kaki jenjangnya melangkah ke arah ruang kloset guna mengganti pakaiannya, dia berencana untuk pergi ke suatu tempat.

Pagi-pagi hari begini dia sudah rapi dengan pakaian kasualnya dengan tak lupa rambut panjangnya yang panjang tergerai. "Sarapan udah aku bikin, tinggal bangunin Gavin aja." Vanara berceloteh sendiri sembari berjalan ke arah kamar Gavin.

Tangannya membuka pintu kamar yang tak terkunci itu, lalu terlihat penampakan Gavin yang tertidur pulas dengan masih memakai setelan kantornya, sepertinya dia sangat kelelahan sehingga untuk mengganti pakaian pun tak sanggup.

"Gavin, bangun, sudah pagi kamu harus ke kantor kan." Vanara membuka gorden, membiarkan sinar mentari menghangatkan kamar Gavin. Tapi tampaknya Gavin tak terganggu oleh itu, yang ada dia malah semakin lelap tidurnya dengan terdengar suara ngoroknya yang samar.

"Gavin.." Vanara menepuk pelan pipi Gavin. "Gavin.." kali ini di guncangannya tubuh Gavin ketika tak dapat respon. Dan ya, berhasil. terlihat mata Gavin yang perlahan terbuka menyesuaikan netranya dengan sinar samar mentari dan lampu.

"Jam berapa?" suara serak itu mengalun ketika sang empu berhasil terduduk dari berbaringnya.

"jam 8." jawab Vanara singkat "kamu ga kekantor?" tanya Vanara.

Gavin merenggangkan otot dan menguap. "Engga dulu, aku ngerjain semuanya dari rumah aja"

Vanara mengangguk mendengar perkataan Gavin. "aku udah bikin sarapan, kamu tinggal turun ke bawah jika ingin sarapan, dan jangan lupa buat mandi lebih dulu."

"Mau kemana kamu?"

"Aku mau jenguk Zora di rumah sakit, boleh kan?"

Gavin terdiam sebentar mendengar penuturan Zora, lalu dia mengangguk singkat tanda menyetujui.

"Oh ya, Gavin kata Darren, mobil kamu pagi ini bakal di bawa ke bengkel gapapa? ada mesin nya yang harus di perbaiki."

"Iya bawa aja." Baru saja Vanara akan melangkah keluar dari kamarnya, Gavin lebih dulu mencegatnya. "Tadi kamu panggil aku apa?"

"Gavin?" nadanya terdengar ragu, karena merasa heran Gavin menanyakan hal seperti itu.

"tidak, 'mas' Gavin?"

dengan perlahan sudut bibir Vanara terangkat dan merekah sebagai sebuah senyuman. "Mas Gavin," ulangnya. Dia bergerak pergi ketika mendapat isyarat dari Gavin untuk segera keluar.

Dan tinggal lah Gavin yang masih mencoba mencerna apa yang baru saja dia lakukan.

"Kayaknya bukan cuman mobil, tapi gue juga harus di perbaiki."


Bahagia lewat luka (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang