49- Ajaran Mama

36 6 0
                                    

Enjoy
.
.
.

Enjoy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.




Hari ini suasana kantor di hebohkan dengan Zora yang kembali masuk kerja. Bagaimana tidak, orang-orang sudah sangat penasaran atas kronologi kecelakaan dan bagaimana bisa Zora tetap memaksakan masuk kerja meski kondisi kesehatannya belum pulih sempurna.

"Bosen di apartemen aja, mending kerja kan, apalagi pak Gavin lagi ga ada di kantor, pasti banyak kerjaan yang harus di handle sama aku." itu jawaban Zora saat di tanya Serren pas di lobby tadi.

Lalu Zora juga mendapat kabar bahwa Simon akan di pindah tugaskan ke Amerika. Dan itulah menjadi alasan Zora berada di taman saat ini bersama Simon.

Mereka berdua duduk di bangku taman samping-sampingan, Zora menunduk ke arah tanah, dia mencoba merangkai kata-katanya untuk ia ajukan ke Simon.

"Kenapa kamu maksain kerja, Zora." Tapi Simon lah yang dulu membuka pembicaraan setelah keduanya sama-sama diam. Mata Simon menatap lekat ke arah tangan Zora yang terbaluti perban. "Kamu kan dapat cuti kerja sampai kondisi kamu benar-benar sembuh total."

Zora menghela nafasnya mendengar omelan Simon, lalu dia angkat pandangannya untuk menatap Simon. "Aku udah sembuh, dan tangan ini," Zora mengangkat tangannya yang di perban, "Ini cuman cedera sedikit, palingan besok udah sembuh kok."

Zora jujur tentang kesehatannya, dia benar-benar sudah bisa bekerja, luka-luka di tubuhnya sudah pada membaik dan menghilangkan bekasnya, ya hanya saja tinggal tangan kanannya ini. Tapi itu juga sudah berangsur-angsur membaik, Zora sudah tidak lagi merasakan sakit saat tangannya di gerakan dan pembengkakkan sudah tidak terlihat lagi, tapi memang belum di anjurkan melepas perbannya sama dokter sebelum waktu 1 minggu full.

"Kamu.. di pindah tugaskan ke Amerika, kenapa?" akhirnya pertanyaan yang bersarang di kepala Zora pun terlontar ke luar.

"Itu.. aku sendiri yang minta sama pak Gavin." Zora mengernyitkan alisnya bingung. "Yaa.. aku cuman pengen mengejar impian ku dan mengeksplorasi potensi diri dalam panggung internasional." tambah Simon.

Zora kembali menundukkan kepalanya menatap tanah di bawahnya, "Emang kamu udah bilang sama Gavin?"

Simon mengangguk mantap, "Udah kok, aku bilang sama pak Gavin saat di hari pernikahan Willy kemarin, dan dia juga setuju, katanya itu memang cocok sama keterampilan aku." jelas Simon dengan senyumannya yang menghadirkan lesung pipi manis di kedua pipinya.

Zora menghembuskan nafasnya pelan, baiklah jika alasannya karena mimpi Simon, Zora sudah tidak bisa memberatkan perpisahan mereka, jujur saja selama mereka kenal Simon adalah orang yang baik dan perhatian. Zora bersyukur mengenal lelaki baik seperti Simon.

"Berangkatnya kapan?" Tanya Zora saat mereka beradu tatap lagi.

"Besok pagi."

Zora mengangguk mendengar jawaban Simon

Bahagia lewat luka (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang