19-Sakit tanpa luka

93 18 1
                                    

Enjoy
.
.
.

Enjoy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Tepuk tangan meriah memenuhi seisi gedung, di saat Willy dan Deon selesai menyematkan cincin di jari mereka, senyuman bahagia tak bisa di sembunyikan dari wajah masing-masing, ucapan selamat pun banyak mereka terima. Oh akhirnya, hari yang di tunggu-tunggu.

"Baiklah, selamat kepada kak Deon sama kak Willy yang sudah resmi bertunangan, kita tunggu di hari Wedding nya ya kak, hehehe. Dan acara selanjutnya adalah foto bersama dengan calon mempelai sekaligus kami persilahkan untuk para hadirin menyantap makanan yang telah disediakan. Untuk keluarga dan kerabat dari kedua calon mempelai kami persilahkan untuk berfoto bersama, baru setelahnya untuk teman-teman calon mempelai"

Setelahnya keluarga beserta kerabat Willy dan Deon pun mendekat untuk berfoto bersama. Zora tersenyum melihat pemandangan di depannya, kapan ya dia bisa seperti itu, mengingat dirinya yang sudah menginjak usia 25 tahun.
Hahh... Suasana hatinya kembali sedih lagi, kenapa susah sekali menghilangkan rasa sakit itu.

"Ayolah Zora, kamu sendiri kan yang ingin seperti ini. Jadi jangan cengen, oke? Oke!" Zora berujar meyakinkan dirinya untuk tak menangis lagi. Namun, tanpa sengaja matanya melirik ke arah Gavin dan Vanara, di sana ada beberapa orang yang mengerubungi mereka, sepertinya Mereka bertanya-tanya siapa wanita yang di bawa oleh Gavin.

Dan, tanpa sengaja mata mereka bertemu, Zora dan Gavin saling tatap dalam waktu yang cukup lama, sebelum tindakan Gavin berhasil membuat hati Zora kembali sakit.

Dengan santai tangan Gavin melingkar di pinggang Vanara, dengan senyuman di bibirnya ia berucap, "dia Vanara, istri saya yang saya tutupi. Hari ini eksklusif saya bawa dia kesini untuk memperkenalkan dia kepada kalian semua, karena dia baru saja pulih dari sakitnya."

Setelah berujar demikan, Gavin kembali melihat ke arah Zora yang mematung di tempatnya, lalu senyuman miring tercetak jelas di bibirnya, sengaja membuat Zora menyesali perbuatannya.

"Saya sudah tahu pasti istri dari pak Gavin adalah seorang wanita yang cantik, tapi saya tak menyangka akan jauh lebih cantik dan manis dari yang saya kira." Salah satu wanita disana berujar semangat.

"Wah sungguh, istri pak Gavin ini bak bidadari yang baru turun dari kayangan." Tambah temannya.

"Pak Gavin dan bu Vanara terlihat sangat serasi."

Zora ingin menangis saja rasanya, tentu ia bisa mendengar itu semua karena jarak dia dan Gavin tak terlalu jauh. Tapi dengan sekuat tenaga ia tahan tangisnya karena tak mau membuat Gavin semakin memainkan perasaanya.

Vanara tersenyum mendengar pujian-pujian dari karyawan Gavin. "Ahh, terimakasih sebelumnya, tapi itu terlalu berlebihan."

Berbeda dengan Gavin yang hanya diam saja mendengar pujian-pujian dari karyawannya. Saat Vanara asik mengobrol dengan karyawan-karyawan yang mendekati mereka, diam-diam Gavin kembali melihat kearah Zora yang sekarang sudah menundukkan pandangannya. Tangannya pun perlahan ia lepas dari pinggang Vanara. Hahh.. kalau boleh jujur Gavin juga gak mau ngelakukin ini semua, tapi karena rasa kesal itu masih bersarang di hatinya hal itulah yang membuat dirinya tega melakukan ini kepada Zora.

Bahagia lewat luka (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang