39-Mak Comblang

56 7 1
                                    

Enjoy
.
.
.

Enjoy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Keesokan harinya, matahari telah kembali terlihat dari ufuk barat memancarkan cahaya oranye menerangi seluruh bumi. Di sini, di ruangan yang penuh dengan alat-alat medis dan khas bau obat-obatan Zora terbangun dari tidurnya.

Dari kemarin malam dia sudah sadar sebenarnya, tapi kondisinya masih sangat lemah dan belum stabil. Tidak lupa juga dengan Gavin yang terus menemaninya hingga pagi.

Dengan pelan netra Zora bergerak ke arah Gavin yang masih tertidur dalam posisi duduk dengan kepalanya yang bertumpu pada lipatan tangannya. Tangan kiri Zora dengan pelan bergerak mengelus rambut acak-acakan Gavin.
"Gavin.." panggil Zora, suara nya pelan dan serak, "bangun udah pagi." Lanjutnya lagi, dan sepertinya upaya Zora berhasil terlihat Gavin yang bergerak bangun dari tidurnya.

Senyuman hangat yang Gavin berikan saat mereka sudah saling berhadapan. Tangan besar Gavin mengelus pipi Zora, matanya kembali menatap prihatin pelipis Zora yang di perban.

"Ada yang sakit sayang?" Tanyanya khawatir. Jari telunjuknya bergerak pelan ke arah pipi kiri Zora, ada luka gores di sana, sepertinya wajah Zora tergerus di aspal saat kecelakaan itu. "Ini sakit nggak?" Tanyanya lagi.

Zora menggeleng dan balas tersenyum, dia bersyukur banget Gavin masih berada disini untuknya. Meskipun tanpa keluarga, tapi Zora sudah sangat cukup dengan adanya Gavin disini. "Jam berapa sekarang?" Suara serak itu kembali mengalun, menanyakan hal yang sama seperti saat dia sadar kemarin. Matanya melirik ke arah jendela yang sudah terang benderang khawatir Gavin akan terlambat ke kantor.

Gavin menghidupkan ponselnya yang ada di nakas, "baru jam 7," jawabnya setelah melihat jam yang ada di layar ponselnya. Gavin bergerak untuk membantu Zora duduk saat tadi Zora meminta, dengan hati-hati dia memindahkan Zora dari posisi berbaringnya.

"Kamu pulang aja dulu, ke kantornya nanti telat. Aku disini sendiri gapapa, lagian juga ada suster kan yang bakal bantuin aku kalo ada apa-apa."

Penuturan Zora membuat Gavin menghela nafas nya. Berat sekali jika harus meninggalkan Zora sendirian, netra gelapnya menatap Zora lamat, "maafin aku ya." Perkataan itu keluar dari bibir Gavin.

Zora terdiam sebentar, kemarin malam saat ia tersadar Gavin pun terus-menerus mengatakan hal yang sama.

"Harusnya aku datang lebih cepat, harusnya aku ga ngizinin kamu jalan-jalan, harusnya semua ini ga pernah terjadi. Coba saja aku tidak terlambat, kamu ga bakal ngalamin kecelakaan ini, Zora."

Tangan kiri Zora meremas jemari Gavin yang ada di sisi ranjangnya. Kepalanya menggeleng pelan, "udah cukup kamu nyalahin diri kamu sendiri atas kejadian ini. Dan satu lagi, jangan nyalahin Vanara, semua ini terjadi karena kelalaian aku sendiri Gavin. Aku dengan bodohnya berjalan menyebrangi jalanan tanpa melihat situasi. Itu salah aku."

Bahagia lewat luka (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang