45-Emang Harusnya Seperti Itu

52 7 1
                                    

Enjoy

.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Darren terus memandangi seisi barang di ruangan itu dengan bergantian. Di mulai dari lukisan, foto, lalu miniatur kecil yang ada di rak-rak bersebrangan dengan buku.

Di ujung sofa sudah ada si oyen yang sedang menjilati bulunya, total mengabaikan Darren yang terduduk kaku di sana.

Zora sedang mandi, karena tidak tahu harus ngapain Darren jadinya hanya diam saja menunggu dengan ponsel di tangannya, meng-scroll sosial media atau melihat-lihat notifikasi yang muncul di ponselnya.

"Mau sarapan bareng ga?"

Darren mengalihkan pandangan ke sumber suara, di sana ternyata Zora sudah selesai mandi dan lengkap dengan pakainya. Rambut sebahu Zora yang basah ia keringkan dengan handuk yang di usap kasar. agak kesusahan karena Zora menggunakan tangan kirinya, hal itu tentu saja membuat Darren jadi gregetan sendiri.

Darren berdiri dari duduknya, ia berjalan ke arah Zora sembari tangannya terangkat menggapai handuk itu.

"sini, aku bantu keringkan." ucapnya pelan membuat Zora hanya menurut.

Zora duduk di lantai dengan Darren di sofa belakangnya. pekerjaan itu di lakukan dengan sunyi, karena jujur saja keduanya sama-sama tidak tahu harus berbicara dan membahas apa.

Darren disini hanya karna janjinya pada Vanara, dan Zora yang tidak mampu mengusir karena tidak bisa memungkiri dia kesepian, Zora butuh teman untuk saat ini.

"mau sarapan bareng?" Zora mengulangi kembali pertanyaan yang sempat di abaikan oleh Darren. Kepalanya di pijat pelan sembari rambutnya di keringkan, ah hal ini mengingatkan Zora pada Gavin.

"aku sudah di rumah, kamu aja sama obatnya jangan lupa di minum, luka kamu sudah di obatin?" pertanyaan Darren itu hanya di respon dengan gelengan kecil dari Zora. Dia mana sempat mengobati luka lukanya ini.

Darren menghela nafasnya melihat Zora yang menggeleng, ya mau gimana lagi, hal itupun hatus dia yang turun tangan. "nah sudah." katanya sembari mematikan hairdryer itu ketika rambut Zora di rasa sudah cukup kering. "mau di bantuin ngobatin lukanya juga?" tanyanya saat Zora sudah duduk di sampingnya.

Mata Almond Zora menatap Darren beberapa detik seperti memikirkan jawaban, namun pada akhirnya dia kembali mengangguk.

"ya udah, kamu makan dulu aja, aku siapin antiseptiknya, di kotak obat kan?" Darren pun bangkit dan berjalan ke arah kotak P3K ketika Zora mengiyakan. Di tangannya sudah ada botol antiseptik itu dan juga kapas, setelah di rasa cukup Darren pun kembali ke sofa tadi.

Darren mengurungkan niat untuk duduk di sofa, Benda yang dia bawa tadi ia taruh di atas meja lalu tungkainya bergerak ke arah Zora yang kesusahan berjalan itu, dan tanpa aba-aba langsung saja Darren gendong tubuh ramping itu kembali menuju sofa.

Bahagia lewat luka (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang