37-Kenyataan Yang Terabaikan

58 6 0
                                    

Enjoy

.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Saat sudah sampai di rumah sakit, Gavin buru-buru turun dari mobilnya dan bergegas ke arah Zora yang sudah di dorong oleh beberapa perawat memasuki ruangan UGD.

"Pak, kami menemukan cincin ini di tangan pasien." Salah satu perawat wanita memberikan cincin yang sudah agak kotor itu pada Gavin. Gavin sangat tau itu cincin apa dan siapa, tangannya meraih cincin itu dengan matanya yang melirik ke arah Vanara yang masih menangis di kursi tunggu.

"Tunggu disini saja pak, dokter tidak memperbolehkan siapapun masuk demi menjaga kenyamanan dokter menangani pasien," ujar perawat itu tenang saat Gavin mencoba menerobos masuk.

Pintu UGD itu tertutup rapat dengan lampu yang berada di atas pintu tersebut menyala, menandakan bahwa dokter mulai bekerja menangani Zora.

Gavin berjalan pelan ke arah Vanara, tangannya mengepal menahan emosinya yang meluap, entah kenapa Gavin bisa menebak situasinya sekarang. "kenapa cincin ini bisa ada di Zora?" tanyanya dengan nada tajam.

"Tadi sebelum kejadian Zora sempat lihat-lihat cincin aku, terus aku lepas cincin itu dan kasih ke Zora. Tapi pas Zora mau mengembalikan, cincin itu malah jatuh dan menggelinding ke jalan, terus.. terus Zora ketabrak mobil pas mau ambil cincin itu." Di sela-sela tangisnya Vanara berusaha menjelaskan kronologi awal terjadinya kecelakaan ini, berharap Gavin bisa mengerti dengan penjelasannya yang sangat tidak jelas karena bercampur dengan isak tangisnya.

"Kamu yang ceroboh Vanara." ucapan singkat itu Gavin lontarkan dengan ekspresi datarnya, tangannya mengembalikan cincin itu pada Vanara. Tubuhnya ia istirahat kan di kursi samping Vanara, betapa kacaunya situasi ini sampai Gavin pun tidak tahu harus bereaksi seperti apa. "kamu pulang aja Van," Gavin berujar lemah, kepalanya ia sandarkan ke tembok di belakangnya.

Vanara menggeleng, tangannya meremas cincin yang ada di genggamannya, "engga, aku mau disini pastiin kondisi Zora. Maafin aku Gavin, aku tau ini salah aku. seharusnya aku-"

"PULANG VAN!" Bentakan Gavin berhasil membuat Vanara terdiam kaku, dia langsung menghentikan perkataannya ketika mendapati bentakan itu. Gavin yang menyadari dia kembali kelepasan hanya bisa menghela nafas lelahnya.

Dia meraba sakunya dan mengambil ponselnya, jarinya bergulir mencari nomor Darren lalu menghubunginya, dan mengatakan untuk menjemput Vanara di rumah sakit.

"Aku udah bilang sama Darren, tunggu disini sampai Darren datang. Aku mau ngurusin administrasi Zora terlebih dahulu."

Vanara hanya mengangguk dan tak membantah karena takut akan kembali di bentak.

"Dan inget, mulai saat ini jangan pernah lepas cincin sialan itu sembarangan lagi."

Vanara hanya menunduk diam mendengar perkataan menyakitkan tadi, cincin sialan yang dia bilang itu adalah cincin pernikahan mereka? apakah setidak penting itu kah pernikahan mereka bagi Gavin?

Bahagia lewat luka (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang