Enjoy
.
.
..
.
.Keesokan paginya di kediaman Gavin. Terlihat tuan rumah sedang duduk di sofa ruang tamu, dengan istrinya yang lagi menyuapi bubur.
"Nih, lagi.." Vanara kembali menyodorkan satu sendok bubur itu pada Gavin. "Gak, dikit-dikit aja dulu kalo masih sakit." Kata Vanara pelan, dia menyeka sisa-sisa bubur yang ada di sudut bibir Gavin.
Gavin menatap Vanara, tapi kali ini bukan tatapan tajam yang menusuk, ya.. cuman tatapan biasa aja sih. Sedangkan Vanara, dia tidak sadar bahwa dia dari tadi lagi di liatin oleh Gavin sangking fokusnya dia menyuapkan bubur itu pada Gavin.
Tiba-tiba ponsel Gavin berdenting, menunjukkan bahwa ada notif masuk. Vanara menatap penasaran saat Gavin menyuruhnya untuk berhenti menyuapinya. Dia ikut melirik ke arah ponsel Gavin yang berdenting lagi.
"Siapa itu?"
Mata Gavin bergerak mengisyaratkan Vanara untuk pergi dari dekatnya, jadi mau tak mau Vanara harus menuruti. Gavin pun mulai mengetik sesuatu untuk membalas chat dari Zora.
Gavin meletakkan lagi ponselnya ke mejanya, dia menaruh kepalanya di kepala sofa, entah sampai kapan dia akan terus-menerus seperti ini.
.
.
..
.
.Zora menghela nafasnya, dia baru saja selesai membereskan beberapa dokumen yang akan dia bawa ke Korea jam 10 nanti, Zora mengistirahatkan tubuh nya di kursi kerja Gavin, dia lelah mondar-mandir ke sana-kemari.
Pikirannya melayang pada pesan teks tadi, entah sakit apa yang di derita oleh Gavin sampai dia tidak bisa berbicara seperti itu.
"Sakit apa ya? Aku penasaran banget, khawatir juga sih." Zora terus bertanya-tanya dengan pemikiran nya sendiri.
Tiba-tiba Zora di kejutkan dengan suara ketukan pintu, buru-buru dia berdiri dari kursi Gavin dan bersikap seperti tak terjadi apapun.
"Masuk.." Dapat Zora lihat bahwa orang yang mengetuk pintu itu adalah Simon dengan map di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia lewat luka (On Going)
General FictionGavin, Ceo dari Bagaskara Company. Statusnya sudah menikahi perempuan yang bernama, Vanara. Gadis lumpuh yang di jodohkan dengan Gavin, tetapi Gavin memilih untuk berselingkuh dengan sekretarisnya, Zora, karena menganggap Zora lah yang lebih pantas...