33-Ketakutan Vanara

71 17 1
                                    

Enjoy
.
.
.

Enjoy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.


Suara pagi hari yang di isi dengan kicauan burung dan deringan alarm berhasil membuat lelaki bertubuh tegap itu terbangun dari tidurnya. mata yang bertipe seperti mata elang itu terbuka perlahan, menyesuaikan netranya dengan sinar lampu yang menyilaukan.

Gavin terdiam beberapa saat ketika merasakan beban yang menimpa sebagian tubuhnya, dengan perlahan namun pasti dia menolehkan kepalanya ke arah berat itu. Tepat setelah mengetahui apa yang menimpanya, Gavin di buat tak bisa berkata-kata. tatapannya terpaku pada orang yang kelihatannya sangat lelap tidur di atas dadanya.

Itu Vanara.

flashback

kedua orang tua dari Vanara dan Gavin sudah pulang sekarang, hingga hanya menyisakan sepasang Adam dan Hawa di ruang tamu yang hening itu. Sekarang sudah menunjukkan pukul sembilan malam, dan terlihat bahwa keduanya sudah sangat lelah dari raut wajah masing-masing.

"Ya udah, aku ke kamar duluan." Gavin membuka pembicaraan setelah lama diam. Matanya melirik ke arah Vanara yang terlihat gusar sekarang, kenapa dia?

"Um... m-mas Gavin langsung tidur?" Vanara tergagap pelan, hal itu tentu saja menarik perhatian Gavin.

"iya." jawabnya singkat, dan setelahnya hening lagi, hanya ada suara angin yang memenuhi ruangan itu, sepertinya akan hujan badai malam ini.

Gavin mengedikkan bahunya, dia berjalan melewati Vanara begitu saja menuju ke kamarnya. Sebelum benar-benar memasuki kamarnya, Gavin menyempatkan dirinya menengok ke arah Vanara.

"Dia kenapa?" Gavin bergumam pelan, di sana terlihat Vanara yang masih terduduk kaku di sofanya dengan warna wajahnya berubah pucat pasi. "Sakit apa gimana?" Gavin masih menelisik gerak gerik Vanara. "Ah, ngapain gue pikirin?" setelah sadar atas tindakan bodohnya, Gavin segera memasuki kamarnya, enggan untuk memperhatikan Vanara lebih lama lagi.

Gavin merebahkan dirinya di ranjang empuknya ketika selesai bersih-bersih, pikirannya melayang ke acara makan tadi, tentang pengalihan pimpinan, mama, mertua, dan panggilan baru dari Vanara, mas Gavin. Entah kenapa Gavin merasakan wajahnya memanas ketika mengingat suara lembut Vanara menggema di telinganya. Lambat laun senyuman kecil mulai terukir di bibir tipisnya.

Gavin tersentak ketika menyadari, "eh, gue kenapa sih?" ekspresi wajahnya berubah bingung, dia kembali duduk di ranjangnya, "sikap gue kayak anak-anak ABG lagi jatuh cinta aja." Setelah mengatakan itu, kedua mata Gavin melebar sempurna, tangan kanannya mencoba meraba dada kirinya dan dapat dia rasakan debaran yang menggebu di bagian dadanya.

"Ga mungkin.." Gavin berucap lirih, matanya bergerak cepat mencoba mengingat sejak kapan dia sudah bersikap seperti ini.

JDERR!

Suara gemuruh petir itu berhasil membuat Gavin terkejut setengah mati dan berhasil juga menjernihkan pikirannya. Lalu suara hujan yang tadinya hanya berupa gerimis sekarang lama kelamaan menjadi sagat lebat serta beriringan dengan suara angin yang saling bersahut-sahutan.

Bahagia lewat luka (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang