43-Ku dengannya kau dengan dia (1)

58 7 1
                                    

Enjoy
.
.
.

Enjoy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.


Pagi-pagi sekali, bahkan matahari pun belum berani memancarkan cahayanya yang terang untuk menghangatkan bumi.

Gavin terbangun dari tidurnya yang lelap. mata lelah itu terbuka setelah lama tertutup, berkedip pelan menyesuaikan cahaya lampu yang masuk ke matanya.

"lucunya." suara seraknya berbisik saat mendapati Zora yang masih tertidur nyenyak di sampingnya. Tangan besarnya mencoba menyingkirkan anak rambut yang menempel di wajah Zora, "cantik." ucapnya sambil terus memandangi wajah tidur Zora.

maniknya bergerak ke arah luka lecet yang ada di pipi kiri Zora, ukurannya agak besar tapi luka itu tidak mampu menutupi kecantikan wanitanya. jarinya dengan pelan mencoba menyentuh luka lecet yang sudah agak mengering itu, hatinya sakit sekali melihat kondisi fisik kekasihnya yang seperti ini.

Tangan kanan yang di gips dan luka-luka yang menghiasi wajah sebelah kirinya mampu membuat darah Gavin kembali mendidih mengingat penyebab konyol dari semua ini, karena cincin kawin itu Zora menjadi seperti ini.

Gavin benar-benar bingung dengan pemikiran Zora, kenapa dia begitu peduli terhadap perasaan Vanara? kenapa dia begitu peduli pada wanita yang jelas-jelas adalah saingannya itu? kenapa Zora tidak bisa membenci Vanara?

pertanyaan itu terus berputar-putar di kepala Gavin. Dan yang lebih memusingkan baginya adalah perasaannya terhadap Vanara.

Bagaimana perasaan dia akhir-akhir ini terhadap interaksi mereka berdua, bahkan Gavin pun sudah tidak memandang Vanara sebagai wanita pengganggu seperti apa yang selama ini dia lihat.

sebenernya apa yang Gavin rasakan?

"Gavin?"

"iya Van?"

tepat setelah menyahut panggilan itu, Gavin sontak menatap ke arah Zora yang ternyata sudah terbangun. Mulut Gavin terkunci rapat saat menyadari bahwa yang memanggilnya tadi ialah Zora. betapa bodohnya dia tidak menyadari bahwa suara serak halus itu ialah milik Zora.

"zor-"

"kamu lagi mikirin Vanara?"

JDER!

bak tersambar petir di siang bolong, pernyataan dari Zora itu mampu membuat Gavin tak bisa mengelak. Zora pun tidak tahu harus bereaksi seperti apa, mata caramel Zora hanya terpaku pada Gavin yang ada di hadapannya.

Tadi dia terbangun saat merasakan sesuatu yang menyentuh wajahnya, dan saat membuka mata, ia melihat Gavin di hadapannya yang sedang melamun.

"zor bukan maksud aku-"

"aku tau maksud kamu Gavin." Zora memotong cepat kalimat Gavin. "Kamu pulang saja, pagi-pagi seperti ini pasti Vanara sedang mencari kamu."

Terlihat Gavin yang hendak menyela, tapi kalah cepat dengan Zora.

Bahagia lewat luka (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang