17-Mau tak mau

60 16 3
                                    

Enjoy
.
.
.

Enjoy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

"Dari apa yang saya lihat, sepertinya kondisi bu Vanara sudah membaik, dan dalam waktu singkat bu Vanara sudah bisa berjalan kembali. Selamat yaa..."

Mendengar kabar gembira itu berhasil membuat Vanara memancarkan raut bahagia di wajahnya. Sehingga tanpa ia sadar, ia memeluk orang di sampingnya, dan itu adalah Gavin.

"Aku udah bisa jalan lagi, aku udah bisa jalan lagi! Aku seneng banget!"

Tapi setelahnya ia terdiam, Vanara sadar bahwa orang yang ia peluk saat ini bukanlah Darren, wangi parfum Darren sangat berbeda dengan orang ini.

Deg!

"Aku ikut senang mendengarnya."

Wajah Vanara memanas, jantungnya seakan berpacu lebih kencang seperti ingin lepas dari tempatnya. Gavin baru saja membalas pelukannya dan berbisik pelan di telinganya dengan lembut. Vanara tak bisa menahan senyuman bahagia itu dari bibirnya. Ia semakin mengeratkan pelukannya. Tanpa mereka sadari ada seseorang yang menahan kekesalannya.

"Tapi, bu Vanara masih harus meminum obat yang telah di resepkan, dan untuk sementara jangan terlalu banyak jalan dan kalau darurat mesti masih di papah, karena otot sama saraf-saraf kakinya butuh penyesuaian terlebih dahulu."

Gavin yang terlebih dahulu melepaskan pelukan itu.

"Oh iya dok, Terimakasih. Kalau begitu kita pamit undur diri."

Dokter Henry mengizinkan mereka untuk keluar dari ruangannya.

Selama perjalanan di koridor, tak henti-hentinya Vanara memandang Gavin yang ada di depannya dengan senyuman dari bibirnya. Oh tuhan, hari ini Gavin kembali membuat Vanara jatuh dengan perlakuannya, meskipun Vanara tahu jika kedepannya pasti ada saja yang akan menghancurkan kesenangannya.

"Darren, kayaknya dari sini langsung ke kantor aja, anterin saya."

Seperti ini contohnya.

"Kamu gak mau pulang dulu?"

Gavin menggeleng, ia memasukkan kembali ponselnya ke saku celananya, dari tadi Gavin maen hp soalnya.

"Makan siang dulu de." Vanara masih berusaha membujuk.

"Enggak! Aku di kantor ada urusan penting."

Vanara terdiam setelah mendengar penolakan mentah dari Gavin. Ia menunduk dengan tatapan sendunya.

"Ya udah, saya akan antarkan langsung bapak ke kantor." Ucapan Darren sebagai penutup dari kebersamaan Gavin dan Vanara. Karena sehabis itu ketiganya masuk mobil dan mengantarkan Gavin ke Kantornya.

.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bahagia lewat luka (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang