Hai hai hai selamat siang wkwk tumben ya biasanya malam kok kali ini siang?
Jadi gini author-nya lagi ujian makanya publis nya siang soalnya kalo malam mau belajar dikit hehe😃
Tapi gpp soalnya besok ujian hari terakhirEmm btw apa kabar kalian?
Semoga baik-baik saja yaOwh iya kali ini publis nya langsung 2 part yeey!
Udah ya segitu aja
Happy reading!Enjoy
.
.
..
.
.Gavin membelalakkan matanya, terkejut mendengar perkataan dari Zora. Ia melepas jasnya, lalu beringsut duduk di samping Zora, ia menarik lengan kemeja nya sampai ke siku.
"Apa yang kamu katakan..?" Gavin menarik Zora ke dalam pelukannya..
"Kamu... Kamu... Akan meninggalkan ku, kan? Kamu akan melakukannya kan?"
Gavin menggeleng mendengar perkataan Zora, "siapa yang bilang, aku tidak pernah berpikir untuk meninggalkan mu, sayang.."
Zora tak menanggapi, ia masih memeluk erat tubuh Gavin, takut jika tiba-tiba Gavin beranjak pergi darinya..
"Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?" Suara Gavin melembut, ia mengusap rambut Zora sayang.. ia juga dapat merasakan suhu tubuh Zora yang panas, Zora sedang demam sekarang ia tak boleh kebawa emosi.
"Kamu kemarin menciumnya, bukannya kamu udah suka sama dia?" Zora berucap dengan pelan dan suara yang bergetar dan serak.
Gavin terkekeh kecil mendengar pengakuan Zora, ia melepaskan pelukan itu lalu menangkup kedua pipi Zora yang basah.
"Oh astaga... Jadi karena itu..."
"Apa itu....benar?" Zora bertanya pelan dengan nada khawatir.
"Tentu saja tidak, dengar sepertinya kita harus membicarakan semua ini..."
Gavin menatap mata Zora dengan serius..
"Tapi, kamu harus makan bubur mu dulu habis itu minum obat, setelahnya baru kita membicarakan tentang kejadian kemarin.."
Zora menggeleng, "gak enak, buburnya nanti pahit"
"Hanya 3 sendok, gak apa sayang.."
Zora menghela nafas, "oke.. aku akan memakannya, hanya 3 sendok!"
Gavin tertawa kecil melihat sifat kekanak-kanakan Zora.
Zora sudah menyelesaikan sarapannya dan tadi baru saja dia meminum obatnya, ia menatap ke arah Gavin yang juga melihat ke arahnya."Bisa kita mulai?"
Zora hanya mengangguk menanggapi, ia meremas celana piyamanya, dia sangat gugup sekarang.
"Jadi... Hal yang aku lakukan kemarin hanya sebatas kesal terhadap mu, rencananya aku ingin membuat kamu cemburu dan membuat mu sadar bahwa kamu salah mengambil keputusan."
Zora hanya diam mendengarkan saja..
"Tapi sepertinya itu gak berhasil karena kamu yang cuman diam ngeliat ke arah ku dan gak bereaksi sama sekali.."
Lantas Zora mencubit gemes paha Gavin, "matamu yang gak bereaksi! Aku itu lagi nahan nangis ya!"
Gavin kembali terkekeh sembari mengusap pahanya yang berdenyut nyeri. "Aku awalnya ga ada niatan buat nyium Vanara.."
"Tapi kamu sangat menikmatinya tuh!" Ucap Zora ketus, dan ada sedikit nada mengejek di sana.
"Mana ada! Aku ngelakuin itu karena si Simon itu ngerangkul kamu, kamu nyaman kan di rangkul sama dia!" Tuding Gavin.
"Kalau iya kenapa?" Ucap Zora dengan nada main-main..
Sorot mata Gavin menajam, ia dengan cepat menarik Zora ke dalam dekapan nya, "ga boleh, kamu punyaku!"
Badan Zora menegang, tapi setelahnya ia mulai merilekskan dirinya, tubuhnya masih lemas, dan Gavin dengan se enak jidatnya menariknya kesana-kemari. "Iya-iya.." Zora menyamankan dirinya di pelukan Gavin. Hah.. dia sangat merindukan ini.
"Gimana? Kapok gak nyuruh-nyuruh aku sama dia? Enak gak rasanya?"
Zora hanya diam mendengarkan, ia tak berniat untuk menjawab.
"Aku tanya, kamu kapok apa enggak? Atau kamu malah ada rencana lain untuk deket-deket in aku sama dia?"
Zora menyembrutkan bibirnya, dia tau Gavin lagi mencoba membuat Zora kesal dan menyesal, tapi gimana ya.. orang itu bini dia.. orang normal pasti deket-deket terus kan sama bini nya?
"Oh ya, kamu bisa sampe sakit gini emangnya kamu ngapain kemarin?"
Zora melepaskan pelukannya, ia menatap Gavin kesal, "itu karena kamu tau! Aku gak mau ngeliat kamu ciuman sama Vanara jadinya aku keluar, eh ga taunya hujan, mana deras banget lagi!"
Tangan Gavin terangkat untuk mengelus rambut Zora. "Uh.. kasian.. tapi kenapa kamu gak balik ke gedung.. kemana kamu? Jangan bilang kamu main hujan.." ujung mata Gavin memicing menatap Zora
"Ya enggak lah..! Aku cuma nangis-nangis aja di jalan, gara-gara kamu!"
Wajah Gavin menyenduh lagi, ia tarik Zora ke dalam pelukannya. "Maafin aku ya.." matanya tanpa sengaja lirik ke arah jaket yang tergeletak di ujung sofa, tempat Liu berbaring. "Jaket siapa itu? Itu bukan jaket kamu, itu kayak jaket cowok.. kamu pulang sama siapa kemarin?" Nada suara Gavin menajam, ia menatap Zora dengan penuh curiga.
Zora mematung di tempatnya, ia menatap takut ke arah Gavin "e-em.. D-Darren.."
Mata Gavin terbelalak marah saat mendengar nama itu di sebut.
Kalian pasti tau cara menghargai karya seseorang
Salam dari kami ber2
hwaniBee
uwonnaaraRamein ya!
Tiktok:@kapucinola
IG:@kapucinola_34
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia lewat luka (On Going)
General FictionGavin, Ceo dari Bagaskara Company. Statusnya sudah menikahi perempuan yang bernama, Vanara. Gadis lumpuh yang di jodohkan dengan Gavin, tetapi Gavin memilih untuk berselingkuh dengan sekretarisnya, Zora, karena menganggap Zora lah yang lebih pantas...