Enjoy
.
.
..
.
.Sekarang, di ruang tengah kediaman Gavin Bagaskara, sudah berkumpul Dokter, Vanara, dan Gavin sendiri yang terduduk di sofa.
Dokter membuka balutan perban Gavin "ini cedera rahangnya udah mulai pulih, tapi masih harus minum vitamin yang saya berikan." Dokter membereskan barang-barangnya.
"Baik dokter, Terima kasih." Gavin berusaha dengan pelan mengelus rahangnya yang terbebas dari perban itu.
"Mari dokter saya antarkan sampai ke depan." Vanara berdiri saat dokter itu setuju dengan perkataannya.
Mereka berdua berjalan beriringan, Vanara tersenyum dan menunduk berterima kasih ketika dokter pamit undur diri. Vanara kembali lagi ke ruang utama, dia bisa melihat Gavin sedang memperhatikan Vitamin yang diberikan Dokter tadi.
"Buatkan aku makan siang." Perkataan Gavin berhasil menghentikan pergerakan Vanara.
Vanara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, soalnya Vanara belum masak buat makan siang mereka.
"Emm.. aku pesan dari luar aja gimana? aku belum masak soalnya." ujar Vanara dengan kikuk.
Gavin menatap Vanara dengan alisnya yang terangkat. "Masakan kamu." Seakan-akan perkataannya adalah satu hal yang mutlak, Vanara jadi tidak bisa menolak lagi.
Vanara mengangguk dan setelahnya berjalan menuju dapur, meninggalkan Gavin yang terduduk termenung di sofanya.
"Kenapa gue maksa buat makan masakan dia ya?" gumam Gavin bingung pada dirinya sendiri. Masa iya Gavin jadi kecanduan masakan Vanara?
.
.
..
.
.tok! tok!
Darren membuka pintu kamarnya, Darren menggosok matanya terlihat seperti baru bangun tidur.
"Oh ada apa-apa, Van?"Darren berucap dengan suara seraknya khas orang baru bangun tidur.
Vanara yang mengetuk pintu itu tersenyum, dia mengangkat kota bekal yang dia bawa. Darren mengernyitkan alisnya, tapi dia memilih untuk bertanya nanti dan mempersilahkan Vanara untuk masuk terlebih dahulu.
"Dari kemarin kamu terus yang nganterin makanan, kemana bibi?" tanya Darren saat menuntun Vanara menuju dapur.
Vanara meletakkan kotak bekal itu di atas meja. "Bibi pulang kampung katanya rindu sama kampung halaman." Jawab Vanara dengan sibuk menyiapkan piring dan mangkok untuk Darren.
Darren mengangguk mengerti, "oh pantes beberapa hari ini ga liat sama bibi."
Vanara hanya tersenyum menanggapi. Obrolan pun hanya terputus sampai di situ, Darren mulai menikmati sop yang di masak Vanara, dan Vanara cuman ngeliatin aja.
Setelah lama diam akhirnya Vanara membuka pembicaraan. "Kamu udah baikan?"
Darren mengangguk, dia meminum air sebelum menjawab pertanyaan Vanara. "Iya"
"Hmm.. gimana sama Gavin?"
Mendengar pertanyaan dari Darren entah kenapa sangat membuat Vanara bersemangat untuk menjawabnya. "Gavin udah juga kok, rahangnya juga udah bisa kembali normal." kata Vanara penuh antusias.
Darren hanya mengangguk-angguk menanggapi dengan masih memakan sop yang sisa setengah lagi.
"Dan kamu tahu nggak, tiba-tiba juga dia nyuruh aku buat masakin dia makanan! jadi aku masakin sop ini deh."
Sontak mendengar penuturan Vanara tentang sop yang dia makan ini berhasil menghentikan pergerakan Darren.
"Jadi... sop, ini?" Mata Darren menatap Vanara, sedikit rasa kecewa terpancar dari mata Darren, tapi mungkin Vanara tidak menyadarinya."Iya sop ini! aku buatnya kebanyakan mungkin, jadi aku kasih ke kamu hehehe.. Enak nggak?"
Darren mengangguk perlahan dan tersenyum tipis, "iya.. enak kok.."
Vanara mengangguk, dia bangkit dari duduknya. "Ya udah, aku tinggal dulu ya."
Darren mengangguk mempersilahkan Vanara untuk pergi. Mata Darren tertuju pada sop yang hanya tinggal sedikit lagi. Darren menghela napasnya pelan.
"kirain sop ini karena kamu peduli sama aku Van. Apa emang udah enggak ada celah lagi buat aku masuk ke hati kamu?"
.
.
..
.
.[Bonus]
Beberapa menit berlalu dan akhirnya Vanara sudah selesai dengan masakannya. Langsung saja Vanara membawa masakannya ke meja makan yang ternyata Gavin sudah menunggu di sana.
"Aku cuman masakin kamu sop telur nggak apa-apa, kan?" kata Vanara sembari menyiapkan piring Gavin.
Gavin menatap ke arah hidangan yang dimasak oleh Vanara, keliatan sangat enak sih. Gavin mulai menyuap satu suapan, Gavin diam sejenak dengan masih mengunyah makanannya.
"Enak." Kata Gavin pelan, lantas membuat Vanara tersenyum senang.Jantung Vanara kembali berdetak cepat, dia pernah mendengar dari mamanya kalau salah satu syarat yang bisa membuat suami semakin cinta sama kita itu dengan menarik perhatian lidah dan perutnya. jadi Apakah Vanara sudah berhasil dengan masakannya?
.
.
.eyyy wassap brooww...
Ekhem, pertama-tama mau minta permohonan maaf karena akhir-akhir ini jarang up, and setiap per bab malah makin ngurang jumlah word nya, maapin kita ya wak 🥺🙏
anw, happy gf day para readers tercinggtahh, nih kami ucapin buat kalian yang nda dapet ucapan dri kawan kawan dan pacarnya, ehe.
Udah sih, itu aja sebenernya.
Bahagia selalu, para readers yang tercingtahhh😋💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagia lewat luka (On Going)
General FictionGavin, Ceo dari Bagaskara Company. Statusnya sudah menikahi perempuan yang bernama, Vanara. Gadis lumpuh yang di jodohkan dengan Gavin, tetapi Gavin memilih untuk berselingkuh dengan sekretarisnya, Zora, karena menganggap Zora lah yang lebih pantas...