20-Sakit tanpa luka 2

94 18 3
                                    

Enjoy
.
.
.

Enjoy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

•Vanara POV

Aku turun dari mobil bersamaan dengan Gavin setelah mobil kami berhenti di sebuah gedung. Aku lihat dengan seksama Gedung itu dari luar, waw! Tampaknya ada acara yang megah di dalamnya. Karena jujur saja sampai sekarang Gavin masih belum memberitahu ku kenapa dia membawa ku kesini.

"Ayo masuk."

Perkataan Gavin menyadarkan aku dari lamunan ku. Aku pun bergegas menyamakan langkah ku dengan Gavin yang terkesan tergesa-gesa.

"Emm... Bisakah kamu memelankan sedikit langkahmu? Aku kesusahan menyusulmu." Ucapku dengan terus melangkah berharap bisa menyusulnya.

"Ayo cepatlah."

Aku melihat dia berhenti melangkah seperti sedang menungguku. Akhirnya aku bisa menyusulnya.

"Masukan tanganmu." Ucapnya secara tiba-tiba.

"Eh?" Lantas aku bingung, apa yang dia maksud dengan 'masukan?'

Mengetahui aku yang kebingungan, Gavin mengkode dengan matanya, ia melihat tangan ku lalu bergantian melihat tangannya yang ia masukan ke saku celananya.

Ah, aku mengerti. Dengan ragu aku lingkarkan tangan ku ke tangan Gavin. Lalu setelah itu dia kembali melangkah bersamaan dengan ku. Aku tersenyum, jantungku berdebar tak karuan. Aku tatap Gavin dari samping, oh sungguh! Aku harap ini bukan mimpi.

Kami pun memasuki gedung itu, aku bisa melihat ada banyak orang disini, dekorasi gedung ini berhasil membuat aku terkesima, sungguh cantiknya. Lalu fokus ku tertuju pada dua insan yang berdiri di altar dengan memancarkan senyum bahagia di bibir masing-masing.

"Ini pertunangan teman kantor ku."

Aku hanya ber 'oh' ria saja sambil mengangguk-angguk kan kepala ku. Lalu Gavin membawa kami ke salah satu meja yang letaknya tepat berada di depan kedua calon mempelai. Setelah itu, aku duduk di bangku yang memang telah di sediakan.

Puluhan menit pun berlalu, sekarang sudah pada puncak acara, yaitu tukar cincin yang di pandu oleh MC. Aku ikut bertepuk tangan saat melihat kedua calon mempelai itu berhasil menyematkan cincin pertunangan di jari-jari masing. Ah, aku bisa merasakan kebahagiaan dari kedua orang disana.

Tanpa sadar aku membayangkan kalau kedua calon mempelai itu adalah aku dan Gavin. Tapi semua itu hanyalah sebatas anganku saja, nyatanya kami tidak akan bisa seperti itu. Mengingat itu semua membuat suasana hati ku menjadi sedih, ah tidak boleh! Bukankah sekarang aku harus bahagia karena Gavin mulai perlahan menerima aku?

Betapa naif dirimu mbak -Authornim.

Aku di kagetkan dengan beberapa wanita yang mendekati ku. Di tambah tangan Gavin yang juga memeluk pinggang ku. Wajahku memerah, aku melihat Gavin, DEMI APAPUN?! dia menyebut diriku sebagai istrinya???? AHH, AKU SENANG SEKALI MENDENGARNYA!!

Bahagia lewat luka (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang