Terima kasih 5 vote nya. 11 hari lagi genap setahun aku tidak update karena masih sibuk dengan skripsiku dan sekarang udh lulus. Yeay! Congratulate me later🥳
Gapapa kok nggak 50. Yang penting kalian masih setia dengan Fumie dan Tatsuya.
Ohya, beberapa bab lagi cerita ini akan tamat. Semoga endingnya sesuai harapan kalian ya besti.
Salam sayang,
Intanj.***
Fumie dan Tatsuya tidak lagi bercakap-cakap. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing hingga pria-pria tadi masuk dan mengarahkan senjata api pada keduanya. Kumis tebalnya naik sebelah membentuk seringaian saat melihat tali yang tadi mengikat tangan Tatsuya dan Fumie sudah tergeletak begitu saja.
"Ikat mereka lagi," perintahnya pada teman-teman yang ada dibelakang. Ternyata jumlah mereka lumayan banyak. Fumie dan Tatsuya tidak bisa berkutik saat tangan mereka diikat kembali.
"Tetaplah hidup sampai ketua kami sampai. Setelah itu, kupastikan kalian hidup tenang," timpalnya sebelum pintu kembali tertutup.
"Apa maksudnya hidup tenang?" tanya Tatsuya bingung. "Apa kita akan bebas?" Secercah harapan membuat Tatsuya kembali semangat lalu kembali muram saat Fumie memjawab pertanyannya.
"Mereka akan membunuh kita."
Tatsuya merapatkan kaki lalu berbaring di lantai kayu yang dingin. "Kuharap kakekku tidak mengkhawatirkanku."
Sementara itu, di gedung tempat pertempuran terjadi kini sudah mulai sepi. Akira terpaksa menarik pasukannya karena makin banyak anggota yang terluka. Kakek Takeshi juga sudah tahu kalau cucunya telah dibawa pergi dari gedung itu.
"Sialan." Akira mengumpat lalu meludahkan darah yang mengalir di mulutnya. Ia rasa ada gigi yang bergoyang didalam sana setelah menerima tinju saat bertarung tadi. Tapi bukan itu yang menjadi pusat perhatiannya melainkan Fumie sendiri. Pujaan hatinya meskipun tidak peka terhadap perasaannya.
"Seseorang memberitahu jika Fumie telah diculik." Salah seorang anggota geng bersuara.
"Apa?!" Akira terkejut dengan berita itu hingga menarik kerah baju laki-laki ini.
"Kau bercanda?!"
Laki-laki itu menggeleng. "Tuan Takeshi yang memberitahuku."
"Tuan Takeshi?"
Segera setelah itu Akira pergi ke apartemen milik kepala sekolah mereka, Tuan Nakamura. Tuan Nakamura sendiri sudah lama tidak berjumpa dengan Akira dan geng lain semenjak pertemuan mereka yang terakhir.
Akira memarkirkan motor pinjamannya lalu naik ke lantai 5 dimana penthouse Tuan Nakamura berada. Gedung berlantai 5 ini milik Tuan Nakamura dan adiknya. Hanya saja semuanya dikelola oleh adik beliau. Akira mengetuk pelan pintu masuk penthouse. Sebelumnya ia juga sudah melapor pada penjaga diluar. Kamera interkom memperlihatkan wajah Akira dari dalam membuat sang empunya membuka pintu.
"Fumie diculik."
Itulah kata pertama yang diucapkan Akira setelah dirinya dipersilakan duduk di sofa besar berwarna abu-abu.
"Tuan Takeshi yang memberitahu," lanjut Akira dengan penuh semangat karena ini semua berkaitan dengan pujaan hatinya.
Wajah tenang Tuan Nakamura berubah serius. "Terima kasih sudah melapor, Akira. Serahkan semuanya padaku. Kau boleh pergi."
Akira melongo tak percaya. Apa iya semudah itu? Melapor tanpa mendapat reaksi berlebihan seperti menggebrak meja atau sekedar menunjukkan rasa marah membuat hati Akira teriris. Tapi itu tidak penting sekarang. Ia percaya pada kepala sekolahnya. Fumie pasti akan selamat apalagi jika Tuan Nakamura mulai bertindak.
***
Tatsuya tidak bisa melakukan apa-apa ketika melihat Fumie meringis karena lengannya tertembak. Fumie juga tidak ingin meringis seperti gadis lemah tapi denyutan lengannya sangat tidak tertahankan lagi.
"Akh.." Fumie meringis tertahan. Egonya yang tinggi membuatnya khawatir Tatsuya akan mendengar ringisannya itu. Tapi masa bodoh dengan Tatsuya. Fumue ingin menangis karena kesakitan.
"Hei. Apa kalian membawa obat? Lengan gadis ini terluka." Tatsuya mencoba mencari bantuan. Tapi nihil. Tidak ada yang menyahuti perkataanya.
Kali kedua Tatsuya mencoba lagi dengan suara yang lebih keras tapi juga tidak mendapatkan respon. Kesal, ia menendang dinding kayu gubuk tersebut hingga bunyi debaman keras menggema.
"Diam atau kalian mati disini," ancam seseorang.
"Obati dia dulu baru aku akan diam." Tatsuya mulai marah.
Laki-laki itu berdecak kesal lalu dengan acuh tak acuh datang dan membawa sebuah kotak yang berisi peralatan untuk membersihkan luka. Dengan kasar ia menarik lengan Fumie lalu membersihkan lukanya dan membalutnya kembali dengan perban yang bersih.
"Terima kasih telah perduli." Kata Tatsuya merasa sangat bersyukur meski masih kesal pada suruhan Tuan Michio itu.
"Fumie, bertahanlah. Aku yakin pasti kita bisa pergi dari sini." Tatsuya berusaha menenangkan Fumie walaulun dirinya juga takut.
Fumie tidak menjawab. Dia memilih tidur dengan posisi miring agar lukanya tidak terjepit. Dalam hati ia berdoa agar bisa pergi dari sana seperti yang diharapkan Tatsuya.
Tidak ada kata lagi yang terucap. Fumie dan Tatsuya sama-sama larut dalam pikiran masing-masing hingga mereka pun terlelap karena kelelahan.
Tak lama waktu berselang, sebuah tembakan dari kejauhan membuat seluruh orang yang ada di gubuk itu waspada tak terkecuali Tatsuya dan Fumie. Mata mereka saling pandang, bingung dengan kondisi saat ini.
"Menurutmu siapa yang menembak?" tanya Fumie pada Tatsuya.
"Entahlah. Aku juga tidak tahu tapi kurasa aku punya firasat baik," jawab Tatsuya dengan penuh keyakinan dan rasa penasaran yang tinggi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad girl
Teen FictionTatsuya adalah seorang berandalan disekolahnya. ia dikenal sebagai cowok terhits sekaligus terfamous sejagad SMA Hillary yang tak lain adalah milik kakeknya sendiri. Ia suka memacari banyak cewek dan sudah menghasilkan puluhan mantan hanya di SMA it...