"Namaku Kenji. Apa kau mau menjadi temanku?"
Tidak tahan dengan Kenji yang merecokinya, Fumie bangun dan menusuk Kenji dengan mata tajamnya. Mana mungkin ia membawa senjata tajam ke dalam sekolah ini. Jangankan senjata tajam, gunting saja tidak boleh. Gunting rumput maksudnya.
"BISA TIDAK MENGGANGGUKU TIDAK?" Teriak Fumie marah. Kenji berjengit kebelakang karena terlalu dekat dengan Fumie. Seumur hidupnya ia tidak pernah seberuntung ini. Atau malah sesial ini karena setelah itu Fumie menghadiahinya dengan pukulan di bagian lengan hingga ototnya kesakitan.
"Cukup! Cukup! Awww..sakit!" Pekik Kenji sambil menjadikan tangannya sebagai pertahanan. Perkelahian singkat itu berakhir dengan tersungkurnya Kenji ke lantai setelah mendapat sepakan dari Fumie. "Hei kau! Tidak anggun sekali kau sebagai seorang perempuan." Celetuk Kenji sambil menunjuk Fumie dari lantai. Lalu ia bangkit dan menepuk celananya yang kotor dan masih mengaduh kesakitan di bagian otot lengan.
"Bukan urusanmu." Fumie kembali duduk diposisinya tadi.
"Baiklah. Tempat itu milikmu. Dan ini tempatku." Kata Kenji sambil mendaratkan bokongnya ke atas sofa tepat disamping Fumie yang diberi jarak tentunya. Fumie tidak menjawab. Ia menoleh ke arah yang berlawanan bermaksud tidak ingin memedulikan Kenji yang mulai berkicau tidak jelas.
"Melihatmu seperti itu mengingatkanku pada seorang anak perempuan saat aku masih berumur tiga bulan." Kata Kenji memulai.
Memangnya anak kecil tiga bulan sudah bisa mengingat? Ada-ada saja!
Seolah bisa membaca isi kepala Fumie, kemudian Kenji membenarkan perkataannya. "Maksudku tiga tahun."
"Pada saat itu, anak perempuan itu sedang bermain dengan manusia saljunya. Karena sangat asyik bermain, ia tidak memerdulikan aku yang berdiri disampingnya. Karena kesal, aku menarik hidung manusia salju itu. Kau tahu apa yang terjadi setelahnya? Yaah..Sama sepertimu. Aku tersungkur kedalam salju hingga telingaku membiru." Cerita singkat ini diakhiri Kenji dengan kekehan. Fumie tidak peduli sama sekali.
Lalu Kenji mencoba menarik perhatian Fumie dengan bernyanyi. Ia menyanyikan sebuah lagu yang dibawakan oleh salah satu girlband jepang yang mempunyai banyak anggota. Berbekal suara sumbang, Kenji berhasil menyanyikan satu bait lagu tersebut. Fumie bergerak sedikit memperbaiki duduknya. Kenji berpikir kalau Fumie mulai tersihir oleh suara indahnya.
"Suaraku bagus kan?" Tanya Kenji setelah selesai bernyanyi. "Kau tahu, sejak kecil tetanggaku selalu memintaku bernyanyi saat dia sedang memandikan anjingnya. Dia bilang suaraku bagus."
"Dasar bodoh. Itu artinya suaramu sangat hancur sehingga anjing tetanggamu tetap diam dan tidak mau membuang tenaganya untuk menggonggong mengalahkan suaramu. Tetanggamu pun beruntung karena anjingnya diam saat dimandikan." Celetuk Fumie tiba-tiba. Kenji bersorak ria dalam hatinya. Akhirnya Fumie mau menanggapi perkataannya.
"Bagaimana kau tahu? Kau kan tidak ada disana saat aku bernyanyi untuk anjing itu?" Sahut Kenji pura-pura tidak terima.
Fumie menghela napas. "Tadi kau bernyanyi." Sahutnya dengan muka malas. Sudah tahu malah bertanya. Fumie benci orang yang seperti itu.
"Ohya. Aku lupa." Kenji menepuk kepalanya pelan. Lalu ia terkikik sendiri. "Namamu siapa?" Pancing Kenji. Tidak ada salahnya berteman dengan gengster kan? Siapa tahu kalau aku dalam bahaya nanti aku bisa meminta bantuannya. Hehe. Bisik setan dari kiri Kenji.
"Kau sudah tahu." Jawab Fumie sambil menoleh. Kenji memasang wajah bingung. "Tapi aku ingin berkenalan langsung. Hehe..bolehkan?" Kenji mengulurkan tangannya. "Namaku Nishimura Kenji. Siapa namamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad girl
Ficção AdolescenteTatsuya adalah seorang berandalan disekolahnya. ia dikenal sebagai cowok terhits sekaligus terfamous sejagad SMA Hillary yang tak lain adalah milik kakeknya sendiri. Ia suka memacari banyak cewek dan sudah menghasilkan puluhan mantan hanya di SMA it...