⚠ Aku suka kau

115 13 8
                                    

Suka heran kenapa aku nggak bisa meraih balasan dari pembaca lewat bujukan yang biasanya kutulis di akhir bab. Apa karena alur badgirl yg lelet? Atau memang kurang menarik? Atau netijen marah karena author upnya lama? Hehe Ayo dijawab dong. Aku bukan jin yg bisa denger suara hati kalian.

So, show your feeling. Ingat! Dipendam itu gak enak. Mending diungkapin biar doi peka.

Bertjanda saya mah😂

***

Fumie menjauh dari Akira dan Masaru untuk mengangkat telepon.

"Halo?" Sapanya setelah menekan tombol hijau di layar ponselnya.

"Hai Fumie~~"

Alis Fumie bertaut seketika setelah mendengar suara si penelepon. "Tatsuya?"

"Wah kau tahu aku ya. Hehe. Aku kira mau mengisengimu tadi." Suara Tatsuya terdengar jelas dari seberang sana. Diam-diam Fumie mengulum senyum dan menggerakkan kakinya diatas tumpukan salju.

"Kenapa meneleponku?" Tanya Fumie masih dengan suara datar. Jika ia menggunakan suara lembut pasti akan terdengar aneh kan. Masa Fumie yang tegas tiba-tiba menjadi lembut.

"Tidak ada apa-apa. Hanya ingin mendengar suaramu saja." Tatsuya kembali terkekeh. Namun kekehan itu berakhir dengan batuk yang cukup serius.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Fumie cemas. Tanpa sadar tangan kirinya ikut memegang ponsel yang dipegangnya dengan tangan kanan.

Tatsuya berdeham sebentar sebelum akhirnya menjawab, "Kau mengkhawatirkanku ya?" Tuduhnya membuat pipi Fumie menghangat. Fumie ingin menyangkal tapi ia terdiam setelah mendengar penuturan Tatsuya selanjutnya.

"Senang mendengarnya," lanjut Tatsuya.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Fumie.

"Aku baik. Bagaimana denganmu?"

"Aku baik."

Fumie tersenyum sendiri. Pembicaraan macam apa ini. Sangat kaku.

"Kalau begitu kututup--"

"Tunggu!"

Fumie urung memutuskan panggilan telepon ketika mendengar suara Tatsuya. "Ada apa?"

"Aku ... suka kau."

Fumie menjauhkan ponselnya dari telinga lalu melihat layar ponselnya yang ternyata masih tersambung dengan telepon Tatsuya. Ia kira ia salah dengar atau hanya sedang berhalusinasi. Kemudian ia kembali mendekatkan ponselnya ke telinga dan mendengar lanjutan kata-kata Tatsuya.

"Sejak kejadian di ruang latihan Judo itu ... aku tidak berhenti memikirkanmu." Tatsuya menjeda.

"Kau boleh memikirkannya dulu. Tapi  aku akan menagihnya nanti. Kalau begitu, sampai jumpa." Detik berikutnya Tatsuya mematikan panggilan telepon, meninggalkan Fumie yang terpekur menatap tumpukan salju dalam perasaan yang gamang.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Akira ketika Fumie kembali duduk di kursi taman.

Fumie mengangguk tak bersuara. Jauh di dalam hatinya, sedang ada perang melawan ego. Hatinya bertanya-tanya kira-kira apa yang akan dijawabnya ketika hari penagihan itu tiba.

Akira sadar akan perubahan ekspresi  Fumie. Gadis itu jadi terlihat lebih pendiam selama sisa pembahasan bersama Masaru setelah menerima telepon tadi. Ia penasaran siapa yang meneleponnya sehingga Fumie berubah begitu. Karena sebelumnya Akira tidak pernah melihat Fumie bersikap aneh begitu.

Pulang dari taman, Akira mengantar Fumie. Meskipun Fumie tidak mau, ia  tetap memaksa hingga akhirnya Fumie mengiyakan ajakannya.

"Kau kenapa?" Tanya Akira seraya mengendarai motornya menerobos jalanan yang licin.

Bad girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang