Stay safe, everybody.
-Tatsuya***
Tatsuya duduk dengan tidak tenang. Masih di atas karpet latihan Judo, dirinya dan Fumie sedang duduk berhadapan. Sesekali ia membuang muka saat tanpa sengaja bertatapan dengan Fumie.
Insiden ciuman itu sudah berlalu selama lima belas menit yang lalu. Namun, Tatsuya masih merasakan debaran pada jantungnya. Apalagi duduk dengan lutut yang bersentuhan langsung seperti ini membuatnya merasa sangat canggung dan malu.
Tiba-tiba Fumie memukul tangan Tatsuya yang terkulai di atas paha laki-laki itu.
"Hei kau! Kenapa diam saja?" tanya Fumie yang cukup membuat Tatsuya terkejut. Apalagi tangannya yang dipukul Fumie membuat badan Tatsuya semakin panas dingin saja.
"Me ... memangnya a ... aku harus bi .. bilang apa?" Tatsuya menggenggam tangan, kecewa dengan respon yang diberikan tubuhnya. Biasanya dia tidak pernah terbata-bata begini saat berbicara dengan perempuan.
Fumie berdecak. "Baiklah, aku tidak ingin berbasa-basi lebih banyak lagi. Kau mau menjadi pacarku, tidak?" tanya Fumie frontal tanoa rasa canggung.
Tatsuya seketika terbelalak dan menatap Fumie tak percaya. Apa pendengarannya bermasalah? Apa yang didengarnya barusan hanya khayalannya saja? Atau kepalanya mendadak geger akibat terbanting tadi?
"Karena kau diam, kuanggap kau setuju dengan perkataanku. Jadi kau ingin kusebut apa? Pacarku? Sayangku? Atau kekasihku?" ujar Fumie tanpa peduli pada rona merah yang sudah menjalar bebas ke seluruh wajah Tatsuya.
"Ah, tidak, tidak. Kau akan kupanggil seperti biasa saja," putus Fumie sepihak. Lalu gadis itu mengeluarkan ponselnya dan menarik Tatsuya mendekat padanya. Tak menunggu lama, Fumie mengambil gambar selfie dirinya dengan Tatsuya.
Tatsuya sendiri membeku saat dirinya ditarik pasrah mendekati Fumie saat gadis itu mengambil gambar mereka. Pipinya yang berjarak sangat dekat dengan pipi Fumie berhasil menambah detak jantung Tatsuya.
"Baiklah, aku akan mengirimkannya padamu," ujar Fumie mengirimkan foto keduanya pada nomor Whatsapp Tatsuya. Berlainan dengan Tatsuya yang berdebar kencang, Fumie tidak merasakan apapun karena memang itu yang diharapkannya. Dirinya dan Tatsuya hanyalah friend with benefit. Yap, itu saja.
"Kau ... kau suka padaku?" tanya Tatsuya setelah menemukan kembali suaranya.
Fumie menoleh dengan wajah datar lalu mengangguk. "Iya," jawabnya singkat.
"Apa kau yakin?" tanya Tatsuya lagi untuk memastikan bahwa tak ada kesalahpahaman nantinya.
Fumie menaruh ponselnya lalu menatap Tatsuya tepat di dalam mata coklatnya. "Apa aku terlihat sedang bercanda?"
Tatsuya tenggelam dalam tatapan maut Fumie. Tanpa sadar, wajahnya bergerak kedepan mendekat pada wajah Fumie. Fumie sendiri juga tiba-tiba seperti magnet yang ditarik ke depan, perlahan mendekat pada Tatsuya.
Wajah keduanya sudah berjarak satu sentimeter dan nyaris bersentuhan jika tidak mendengar suara ketukan kayu pada dinding terdengar memggema diseantero ruang latihan. Sontak, mereka kembali menarik diri dan saling menatap dengan pandangan kaget.
Sepertinya bunyi itu berasal dari luar, batin Fumie.
"Itu pasti penjaga sekolah," tebak Tatsuya. Kemudian, dengan sigap, ia bangkit dan menggenggam tangan Fumie.
"Apa yang akan kau lakukan?" Fumie terkejut saat tiba-tiba tangannya digenggam Tatsuya.
"Ikut aku," kata Tatsuya lalu menarik Fumie berlari keluar melalui pintu sisi kanan yang terhubung langsung dengan perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad girl
Teen FictionTatsuya adalah seorang berandalan disekolahnya. ia dikenal sebagai cowok terhits sekaligus terfamous sejagad SMA Hillary yang tak lain adalah milik kakeknya sendiri. Ia suka memacari banyak cewek dan sudah menghasilkan puluhan mantan hanya di SMA it...