Fumie mengendap-endap masuk ke dalam gedung dengan tempo secepat mungkin. Melewati lobi luas berlapis kaca, sesekali Fumie mendengus. Jadi ini kantor si koruptor itu, cercanya dalam hati.
Lantai yang licin membuat sepatunya berdecit sesekali. Dan jangan lupakan kalau sekarang adalah musim salju maka tidak heran kalau lantainya agak basah.
Hal pertama yang dilakukan Fumie adalah mengecek meja resepsionis yang kosong dengan harapan menemukan sesuatu yang bisa mempercepatnya jalannya untuk menarik kerah baju pria tua korup itu. Seperti dugaannya, ia menemukan sesuatu disana. Sebuah buku yang berisikan nama-nama orang yang pernah mengunjungi tempat itu, sebuah pulpen yang terletak begitu saja dan sebuah jam pasir yang pasirnya masih sedikit berjatuhan seolah baru saja dibalik.
Sebelum membaca buku tersebut, Fumie menemukan sebuah cctv terpasang di dinding yang mengarah langsung padanya. Dengan marah, Fumie menaiki meja dan langsung meninju cctv tersebut hingga kameranya retak. Turun dari meja, Fumie membuka buku tadi dengan cepat hingga ke nama terakhir yang mengunjungi kantor ini.
1116. Suzuki Ita
1117. Hiroshi Naruka
1118. Tanaka JinaFumie mengepalkan tangannya saat membaca nama Bibi Jina disana. Ternyata Bibi memang bekerja pada Tuan Michio. Tak menunggu lagi, Fumie lantas mencari dimana Tuan Michio berada. Kakinya telah memijak seluruh sudut lantai satu tapi tidak menemukan keberadaan Tuan Michio.
Fumie meneruskan langkahnya ke tangga, naik lantai dua lalu menelusuri lorong-lorong yang berjendela kaca. Dari jendela itu ia bisa melihat teman-temannya masih berjuang di bawah. Tak lama kemudian Fumie menemukan ruangan lain yang dipenuhi oleh kursi dan meja yang tertata rapi dalam beberapa kubikel. Lalu dibelakang seluruh kubikel itu terdapat empat pintu besar dan itu membuat Fumie bingung. Tuan Michio dan kaki tangannya sudah pasti masuk ke salah satu pintu ini, pikir Fumie. Tapi ia bingung karena masalahnya ia tidak tahu pintu yang benar.
Tapi Fumie tidak kehabisan akal. Lantai yang basah menjadi petunjuk baginya untuk menemukan mereka. Dan untuk pertama kalinya Fumie terkesan pada musim dingin dan ia menyukurinya. Jejak-jejak kaki di lantai mengarah ke pintu kedua diantara empat pintu tersebut. Ia pun mendekati pintu itu dan siap menerjang mereka semua. Namun, hal itu urung dilakukannya saat pintu ketiga terbuka.
Fumie bersembunyi dibawah kolong meja di salah satu kubikel. Ia tidak tahu pasti siapa yang keluar tapi sempat melihat kaki wanita dengan hak tinggi menyusul setelah pintu terbuka.
Tuk. Tuk. Tuk.
Setiap langkah kakinya menghasilkan bunyi tuk yang elegan. Namun, ada satu bunyi langkah kaki lain yang mengikutinya dan Fumie tahu itu adalah bunyi sepatu pantofel yang sesekali berdecit bergesekan dengan lantai. Itulah satu-satunya petunjuk bagi Fumie karena tidak ada celah kubikel yang bisa diintipnya. Fumie memasang telinga, berusaha mencuri dengar.
"Dimana mejanya?" tanya sang wanita.
"Disana!" sahut seorang pria.
"Apa kau yakin?" Langkah kaki wanita itu terhenti. Fumie dari balik mejanya menebak bahwa si wanita menatap si pria dengan sangsi.
"Tentu saja. Semalam aku lembur dan melihat semuanya," jawab si pria bernada remeh. "Dan aku yakin kalau anak-anak nakal itu akan kalah. Lagi pula siapa yang bisa melawan Tuan Michio." Derai tawa membanjiri ruangan.
Langkah kaki keduanya mendekati kubikel tempat Fumie bersembunyi. Darah Fumie berdesir dan luka sayatannya berdenyut kala bunyi high heels dan pantofel itu beradu mendekatinya. Namun, ia masih bisa lega karena mereka berhenti di meja yang berseberangan dengan meja persembunyian Fumie, di kubikel yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad girl
أدب المراهقينTatsuya adalah seorang berandalan disekolahnya. ia dikenal sebagai cowok terhits sekaligus terfamous sejagad SMA Hillary yang tak lain adalah milik kakeknya sendiri. Ia suka memacari banyak cewek dan sudah menghasilkan puluhan mantan hanya di SMA it...