⚠️Maaf Akira

21 1 0
                                    

Baca juga ceritaku yang song series ya manteman.
Follow akun ini juga untuk mendapatkan update info lainnya.

Psst.. mungkin bakal ada sekuelnya tapi bukan Fumie dan Tatsuya lagi. Dan enggak akan serumit dan sepanjang bab cerita ini pastinya.
Ada yang tahu siapa mereka? Komen disini ya

Happy reading🧡

***

Malam semakin larut ketika Fumie telah membaringkan tubuhnya tapi ia sama sekali tidak merasa memgantuk. Gonta-ganti posisi tidur juga tidak mampu membuat matanya terpejam. Hingga ponselnya berdenting tanda masuknya sebuah pesan.

Selamat malam. Have a nice dream my sweetheart <3

Fumie terkekeh saat membaca sebuah pesan dari nomor yang tak tersimpan di kontaknya. Dan sudah pasti siapa yang mengirimkan pesan itu. Tatsuya, si pacarnya yang narsis.

Fumie mengetikkan pesan balasan yang singkat yaitu terima kasih. Terlihat kaku sebenarnya tapi tak apa. Anggap saja sebagai awal perkenalan mereka dengan cara yang lebih baik.

Fumie tergelak saat Tatsuya membalas pesannya dengan sepuluh emoji hati berwarna merah serta sebuah foto selfinya bersama seekor kucing.

Tatsuya: ❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

Tatsuya: ❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Imutnya..." gumam Fumie tanpa sadar. Lalu ia memberi tanggapan berupa emoji senyum datar saja, sengaja agar Tatsuya tidak terlalu kesenangan meskipun Fumie sekarang sangat ingin mencubit hidung mancung pacarnya itu.

Fumie : 🙂

Fumie tersadar dengan perubahan tingkah lakunya yang tidak sekeras dulu. Jika dulu ia tidak membutuhkan bantuan siapapun, maka sekarang ia sudah berdamai dengan dirinya. Fumie yang sekarang merasa tidak ada salahnya meminta bantuan pada orang lain. Toh, meminta bantuan tidak akan merugikan sama sekali. Sejatinya hidup memang ada untuk manusia agar saling tolong-menolong kan?

Banyak hal yang terjadi dalam satu minggu ini. Fumie masih ingat dengan detil bagaimana ia ditembak, diseret tanpa belas kasihan, dipukuli dan memukul balik hingga rasa nyeri di lengan yang menusuk saat dikurung di gubuk bersama Tatsuya. Peristiwa itu sangat membekas di ingatannya. Bahkan mungkin sebagian orang akan merasa trauma karena itu.

Tatsuya bercerita banyak padanya tadi. Termasuk bagaimana kakeknya, Tuan Takeshi menemukan mereka di hutan kemarin. Ia akan berterima kasih secara langsung nanti pada Tuan Takeshi.

***

Besok harinya banyak anggota geng yang menjenguk Fumie. Kata dokter yang merawat Fumie, ia belum boleh pulang karena lukanya masih harus mendapat perawatan. Oleh karena itu, selama seminggu kedepan Fumie harus terbiasa dengan lingkungan rumah sakit yang kadang membuatnya mual. Dua hari saja sudah banyak keluhan yang keluar dari mulut gadis itu.

"Kau terlihat sehat," kata Ren yang duduk di sofa tak jauh dari ranjang Fumie. Tapi Ren langsung mendapat pelototan dari Akira yang berdiri dekat ranjang dimana Fumie duduk.

"Bibi dimana?" tanya Akira basa-basi. Tangannya sibuk mengupas kulit buah jeruk untuk dimakan Fumie. Bahkan ia rela jauh-jauh membeli buah jeruk itu karena saran temannya kalau jeruk disana lebih manis daripada tempat lain.

"Makan siang mungkin. Tadi ada disini," jawab Fumie sambil memakan buah jeruk yang disodorkan Akira.

"Kau tahu, kejadian kemarin itu sangat konyol menurutku. Maksudku mereka yang bodoh. Sangat tidak adil melawan anak sekolahan dengan senjata api, kan?"  pancing Akira agar bisa berbicara dengan Fumie lebih banyak lagi.

"Benar. Tapi sebaiknya kita tidak usah membahasnya lagi. Aku masih sedikit trauma dan kesal," tukas Fumie berhenti mengunyah. Akira menjadi kikuk karena tidak biasanya Fumie bersikap seperti ini. Tapi ia juga maklum karena Fumie lah yang mengalami penculikan itu.

"Aku mau ke taman. Apa kau mau mengantarku?" tanya Fumie.

Akira butuh sedikit waktu untuk menjawab permintaan Fumie. Tidak biasanya seorang Fumie meminta hal simpel seperti mengantar ke suatu tempat begini. Terasa agak aneh, tapi Akira tetap setuju untuk mengantar Fumie ke taman.

Sesampainya di taman, Akira mendudukkan Fumie di salah satu kursi taman bercat putih tak jauh dari gerbang pintu masuk rumah sakit. Baru setelahnya, Akira ikut duduk disamping Fumie.

"Tadi ... kepala sekolah datang menjengukku." Fumie memulai percakapan. "Beliau telah menceritakan semuanya padaku."

Akira mengarahkan badannya ke arah fumie lalu bertanya, "Apa yang Tuan Nakamura ceritakan?" Akira penasaran.

"Semuanya tentang kejadian kemarin." Fumie memberi jeda. "Termasuk reputasi geng kita yang terancam bubar."

Akira terkejut. "Apa maksudmu? Bubar? Aku tidak paham, Fumie."

"Tapi itu hanya pikiranku saja, sih. Selebihnya coba kau tanyakan saja pada Kepala Sekolah." Fumie hanya menebak saja karena maksud Tuan Nakamura sangat jelas seperti ingin gengnya dibubarkan karena banyak media yang ingin meliput usai berita Tuan Michio ditangkap polisi.

"Baiklah. Kau istirahat saja kalau begitu. Jangan banyak memikirkan hal-hal lain dalam kondisi belum pulih seperti ini," kata Akira lembut.

"Kau tahu Akira," Fumie tersenyum manis. "Aku sangat beruntung memiliki sahabat sebaik kau."

Senyuman Akira yang mengembang sempurna tanpa disadari Fumie agak menciut mendengar tiga kata terakhir yang diucapkan gadis itu.

"Sahabat, ya?" gumam Akira bernada getir hampir tak terdengar.

"Apa?"

"Tidak ada." Akira menggelengkan kepala. "Kurasa aku harus pergi sekarang. Apa kau keberatan kalau aku meninggalkanmu disini?"

"Tidak apa-apa. Terima kasih sudah menemaniku." Ucap fumie tulus. Akira jadi tidak tega meninggalkannya.

"Apa aku boleh memelukmu, sahabatku?" Nada getir sangat terdengar jelas dalam suara Akira. Sudah saatnya ia merelakan Fumie karena percuma saja berjuang sendirian karena hanya ia yang memiliki perasaan.

"Tentu saja, sahabatku." Fumie merentangkan tangannya lalu memeluk Akira. Akira juga senang sekaligus sedih karena kisahnya hanya sampai disini. Ia harap cinta sepihak tidak menyapanya lagi dikemudian hari. Rasanya sesak sekali, batin Akira.

"Terima kasih. Aku pergi ya." Akira bangkit lalu berjalan menjauh sambil melambaikan sebelah tangan tanpa melihat gadis yang sudah ia sukai sejak dulu itu.

Tanpa diketahui Akira, Fumie telah mengatakan sesuatu pada sosok Akira yang terus berjalan meninggalkannya. Sesak di dada turut dirasakan oleh Fumie karena ketidakpekaannya sehingga seorang sahabat telah memilih menjauh. Namun, itulah yang terbaik untuk kita, batin Fumie.

"Maafkan aku, Akira. Kau pantas mendapatkan yang lebih baik dariku. Semoga Tuhan segera mempertemukanmu dengan dia yang bisa membuatmu bahagia selalu."

***

Bad girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang