"Baik semuanya. Ayo merapat kemari!" Seru pelatih tim sepak bola Hillary dari sudut lapangan.
Mendengar perintah sang pelatih, seluruh pemain Hillary pun merapat ke sumber suara tak terkecuali Tatsuya.
"Baiklah. Apa semuanya sudah berkumpul?" Tanya Jeno-sensei selaku sang pelatih.
"Sudah pak." Sahut seluruh pemain. Pak Jeno mengangguk sekali lalu mulai memberikan pengarahan kepada anak latihnya dan mengingatkan beberapa aturan dan trik agar mereka bisa memenangkan pertandingan.
Tatsuya memperhatikan Pak Jeno dengan seksama. Namun saat ia menggosok hidungnya yang gatal dengan punggung tangannya sekilas, matanya menangkap dua sosok yang sedang berjalan di tribun dan duduk di barisan paling depan. Kenji dan Fumie datang!
Hatinya seketika berbunga-bunga. Ia berencana akan menghadiahi Kenji dengan beribu terimakasih atau--oh! beribu mantannya untuk menjadi pacar Kenji mungkin. Yang pasti ia sangat bersyukur karenanya.
"Kalian mengerti?" Tanya Pak Jeno dengan suara lantang. Tatsuya yang masih terpukau lantas terkena sikutan oleh Henry. Ia memiringkan alisnya menatap Henry yang dibalas cowok itu dengan kerlingan mata ke arah Pak Jeno. Tatsuya termasuk orang yang mudah mengerti bermacam-macam kode--termasuk kode cinta dari para mantan--jadi ia paham dengan apa yang dimaksudkan Henry.
"Paham Pak." Jawab mereka bersama-sama. Tatsuya memberi ibu jarinya untuk Henry karena ia tidak jadi dihukum kalau saja ia ketahuan tak mendengar arahan Pak Jeno yang sangat strict.
Tak lama setelahnya, bunyi peluit berdengung memecahkan keheningan. Dari kejauhan Tatsuya melihat banyak diantara penonton adalah kaum cewek yang rata-rata menyerukan namanya. Saat matanya mengarah ke Fumie, ia agak kecewa karena Fumie tampak menutup telinganya dan lebih memilih berbicara dengan Kenji. Tapi tak apa. Hadir Fumie disana saja sudah membuatnya senang.
"Hei ayo. Pertandingannya sudah mulai." Kata Henry mengingatkannya setelah menepuk bahunya dengan keras dari belakang.
"Ayo." Jawab Tatsuya sebelum benar-benar tidak melihat Fumie lagi.
Pertandingan pun akhirnya dimulai. Tatsuya membawa bola yang dibagikan oleh Henry dengan lincah pada menit pertama lalu ia bagikan dengan temannya yang lain. Tatsuya bermain dengan cukup bagus walaupun dalam hatinya ia berharap bisa memperlihatkan kemampuannya dengan lebih bagus lagi didepan mata Fumie. Hitung-hitung sebagai percobaan untuk menggaet hati si bad girl itu, katanya dalam hati sambil tertawa senang.
Matanya memincing saat melihat bola sudah berhasil direbut oleh regu lawan. Dengan sigap, ia mengejar bola yang sudah memasuki daerahnya. Karena ia seorang striker, daerah kekuasaannya adalah bagian tengah lapangan yang berhadapan langsung dengan gawang.
Setelah berkelit kaki dengan kaki antara ia dan pemain lawan, akhirnya ia berhasil merebut bola dan mulai membawa bola itu mendekat ke arah gawang lawan. Saat langkahnya menginjaki garis penalti, suara seluruh penonton bergemuruh menyemangatinya.
"GOOOOOOOLLLLL!!!!!"
Seru seorang komentator dari balik mikrofon yang dipakai untuk menilai pertandingan. Tatsuya berhasil memasukkan sebuah gol ke gawang lawan. Seluruh pemain tim berhamburan mendekatinya dan melakukan high five secara bersamaan. Walaupun ini adalah gol pertama, tetap saja para pendukungnya ber-euforia dengan memberi tepukan tangan serta menyeru nama sekolahnya.
Alih-alih merasa senang, Tatsuya mengerutkan alisnya saat melihat Fumie di tribun yang sibuk dengan ponsel ditangannya. Ia harap itu bukan laki-laki lain yang mengirim pesan atau melakukan hal manis lain lewat ponsel gadis itu.
Mereka kembali bermain hingga tim lain ikut mencetak gol. Namun tak lama setelahnya Henry berhasil membidik bola ke dalam gawang dari jarak yang cukup jauh dari gawang. Jadilah skor mereka lebih unggul dari tim lawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad girl
Teen FictionTatsuya adalah seorang berandalan disekolahnya. ia dikenal sebagai cowok terhits sekaligus terfamous sejagad SMA Hillary yang tak lain adalah milik kakeknya sendiri. Ia suka memacari banyak cewek dan sudah menghasilkan puluhan mantan hanya di SMA it...