⚠ Permintaan Fumie

132 15 0
                                    

Ini 2000 words ya readerz. Semoga bisa mengobati hati kalian yg sering aku sakiti😂. Wajib vote dan komen ya. Dah follow aku belom?
Wkwk. Gak maksa kok. Aku juga follow orang karena tergerak hati aja karna suka sama ceritanya itu.

***

Setelah melihat foto itu Fumie tidak bisa berhenti memikirkannya. Pikirannya buntu. Berbagai pertanyaan berputar di benaknya alih-alih curiga pada Bibi Jina. Fumie urung menunjukkan foto temuannya itu kepada Masaru karena semuanya masih terasa tidak masuk akal. Untuk meluruskan semua itu, Fumie memutar kemudi motor ninja milik Akira dan pulang ke rumahnya untuk
menanyakannya langsung pada ibunya.

Sampai di rumah, Fumie melepas helm lalu masuk ke dalam rumah yang memang tidak dikunci itu. Lantai kayu berderit ringan ketika Fumie melangkah diatasnya. Langkahnya membawanya ke dapur dimana Sang Ibu sedang sibuk memotong sayur hijau dan beberapa bahan lain.

Fumie meletakkan helmnya diatas meja lalu duduk di sebuah kursi yang terletak disisi lain tempat ibunya berdiri sekarang. Namun, sebelum menjatuhkan bokongnya, Yuki menegur Fumie untuk tidak menaruh helm diatas meja. Katanya itu tidak sopan. Dengan malas, Fumie menuruti perintah sang ibu lalu baru setelahnya ia bisa duduk dengan tenang.

"Sepertinya udara sangat dingin ya." Yuki mengobrol seraya terus memotong bawang hingga bunyi tak tak memenuhi dapur.

"Benar." Fumie membalas seadanya. "Dimana Tomoe, Bu?" tanyanya berbasa-basi. Ingin rasanya Fumie langsung bertanya mengenai foto itu, tapi ibunya akan curiga. Maka dari itu, ia berusaha menyamarkannya dengan pertanyaan-pertanyaan tidak penting seperti menanyakan adiknya. Yah, bukannya sang adik tidak penting, tapi ada yang lebih penting untuk sekarang.

"Tomoe sedang bermain luar bersama temannya. Memangnya kau tidak melihatnya saat masuk tadi?" Yuki menatap Fumie aneh.

Fumie terenyak lalu merutuki kebodohannya. "Hehe.. tidak, Bu. Aku tidak memerhatikannya tadi." Fumie menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Yuki menggeleng-gelengkan kepalanya. "Yasudah, ibu ingin memasak dulu. Kau gantilah bajumu."

"Tapi ibu ...."

Yuki menopang dua tangannya di pinggang lalu menatap Fumie garang. Jangan lupakan bahwa Fumie adalah anak Yuki dan sifat Fumie sebagian besar diturunkan dari ibunya. Fumie ingat bahwa ibunya pernah menceritakan masa mudanya dulu. Dan coba tebak, Yuki ternyata sama badasnya dengan Fumie.

"Daijobu," kata Fumie memutar bola matanya. Kemudian Fumie membawa helmnya dan ditaruhnya di kaki tangga sedangkan dirinya mematuhi perintah sang ibu.

Tak apa, nanti saat makan malam, aku akan kembali menanyakan hal itu pada Ibu, batinnya.

Baru saja memasuki kamar, Fumie mendapat sebuah panggilan telepon dari Akira.

"Pasti motornya," tebak Fumie lalu mengangkat telepon Akira. "Moshi moshi?"

"Dimana kau, Fumie?" tanya Akira.

"Tenang saja, motormu aman bersamaku."

"Bukan tentang motor, ini tentangmu."

"Aku dirumah. Kenapa?"

"Fyuh, syukurlah. Aku hanya khawatir saja mengingat besok kita harus melawan Michio. Kalau begitu, nanti malam kita punya rapat kecil di markas. Jangan lupa datang," perintah Akira.

Fumie menaikkan sebelah alisnya. "Kau berkata seperti itu seolah kau adalah ketuanya. Dasar!"

Akira tergelak dari seberang telepon. "Baiklah. Nanti akan kutelpon lagi."

Bad girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang