⚠one step

3.1K 172 1
                                    

"Boss!!!"

Salah seorang dari kerumunan orang yang duduk di dalam club malam itu berteriak lantang. Fumie tersenyum saat melihat orang yang memanggilnya itu.

"Fumie. Kau datang rupanya." Akira bangun dan menarik tangan Fumie untuk duduk disebelahnya. Sofa yang memuat lima orang itu agak bergoyang saat Fumie melempar diri disamping Akira.

"Mana yang lain?" Fumie mengedarkan pandangannya dan melihat orang disekitar mereka.

"Yang lain sedang dalam perjalanan bos." Sahut si pria tambun dari belakang mereka. Fumie hanya manggut-manggut. Ia menjulurkan tangan dan mengambil gelas yang berisi minuman keras milik Akira.

"Hei itu punyaku." Akira hendak merampas kembali minumannya namun Fumie telah dulu meminumnya. Fumie terbahak saat melihat Akira mendengus. "Tenang Akira. Kau kan bisa mengambilnya lagi."

"Baiklah. Baiklah." Akira merangkul Fumie. Ia dan Fumie adalah teman sejak sekolah dasar sampai sekarang. Tidak ada yang berubah.

"Bagaimana kabar sekolah?" Tanya Fumie yang sudah pindah dari sekolah itu. Sekolah yang tidak akan dilupakan Fumie. Bahkan ia sangat memfavoriti kepala sekolah mereka yang pro pada mereka.

"Biasa. Ohya! Kepala sekolah menanyakanmu Fumie." Jawab Akira bersemangat. Ia memposisikan duduknya mengarah ke Fumie. "Kau tau, kepala sekolah sangat rindu padamu. Aku bahkan belum pernah melihatnya seperti itu."

"Benarkah?" Fumie terkekeh pelan. "Aku tidak percaya."

Fumie tidak terkejut mendengar hal itu. Itu adalah hal biasa baginya. Dulu ia juga pernah dipuji karena berhasil membuat musuh babak belur. Dan pujian itu pun berasal dari kepala sekolah. Bisa dikatakan kalau kepala sekolah seperti ayah keduanya. Ayah kedua mereka semua.

"Kau mau aku meneleponnya dan bilang kau ada disini?" Akira mengeluarkan ponselnya. Tapi dengan cepat Fumie menolak.

"Tidak. Tidak. Aku sedang ingin bersantai sekarang."

Akira terbahak. Fumie mengedarkan pandangannya ke segala arah. Mulai dari suasana bar yang lumayan ramai dan orang-orang yang berdansa atau hanya sekedar bercanda dengan pasangan mereka.

Sebenarnya dance floor itu tempat orang berlenggak-lenggok sebebas mereka diikuti dentuman musik yang memekakkan telinga. Namun sekarang masih jam sembilan dan mereka menggunakannya untuk berdansa dengan musik melow.

Mata Fumie memincing. Ia melihat seseorang yang ia rasa pernah melihatnya. Ia mencoba berpikir dan sekelebat ingatan muncul. Ya. Dia si cowok yang berdiri diambang pintu saat ia sedang berduel di kantin sekolah. Mengingat duel perdananya disekolah membosankan itu membuat bibir merah Fumie melengkung.

"Hei. Aku ke toilet dulu." Fumie bangun dan pergi meninggalkan Akira dan teman-teman lainnya.

Sepatu hitam setinggi lima senti menimbulkan suara debaman saat kakinya melangkah disepanjang koridor berlampu merah. Seakan rumah sendiri, ia sangat hafal seluk beluk club malam ini. Baju yang lumayan terbuka dan serba bling-bling membuatnya menjadi sorotan mata setiap orang yang dilewatinya.

Sampai di toilet ia masuk ke salah satu bilik dan mengambil sesuatu yang berbentuk pisau lipat dari saku celana hitam ketatnya. Ia menekan ujung gagang pisau itu dijarinya dan keluar benda merah menyala dari ujung yang berlawanan. Benda merah darah itu ia poleskan di bibir merahnya sehingga bertambah merah. Dan juga bertambah menggoda siapa saja yang melihatnya.

"Aaahh! Kau sangat nakal sayang."

Fumie mengerutkan wajahnya tak suka. Ia tahu apa yang sedang terjadi disana. Hal yang sudah biasa terjadi di toilet atau bahkan di sudut gelap club.

Bad girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang