Arigatou.
Kalimat itu masih terngiang di kepala Fumie. Kopi yang tadinya mengepulkan uap sudah mendingin karena ditinggalkannya. Ia bersandar pada sofa merah bekas dan menutup matanya rapat. Masih dengan kostum serba hitamnya, bersantai sendiri memang sangat nyaman, pikirnya.
"Hai."
Kelopak mata berbulu lentik itu terbuka dengan sendirinya setelah mendengar suara seorang cowok. Siapa lagi kalau bukan seseorang yang mengaku pemilik sofa ini.
Fumie memutar bola matanya. "Kau lagi."
Kenji tersenyum ramah. "Benar. Kau ingat aku kan? Apa aku perlu memperkenalkan diri lagi?" Kata Kenji sambil melempar diri disamping Fumie.
Fumie tidak menjawab. Tidak ada gunanya membicarakan hal yang tidak penting.
"Ohya. Apa kau mau makan? Aku membawakan cupcake yang ada di stan kami tadi. Ini." Kenji menyodorkan sekotak cupcake aneka warna dan topping yang berbeda pula. Berniat menolak, Fumie tidak tega. Bukan karena melihat wajah Kenji yang menyedihkan, tapi karena melihat kue itu sangat menggiurkan. Apalagi ia belum makan. Sayang jika tidak diambil kan?
Hati Kenji bersorak saat Fumie mengambil cupcake nya. Itu artinya Fumie pasti mau berteman dengannya, yakin Kenji. Fumie membuka kotak dan mengambil satu cupcake lalu melahapnya dengan tenang.
"Dulu aku sangat suka cupcake. Tapi dokter menyarankan agar aku mengurangi makan yang manis-manis." Ungkap Kenji.
Sambil makan, Fumie mendengar keluhan Kenji. Entah kenapa ia merasa cowok disampingnya ini memiliki sebuah rahasia. Tapi ia bukan tipe yang suka mencampuri urusan orang lain kecuali musuh teman dekatnya. Ia tidak segan-segan untuk meninju mereka semua.
"Kau tidak mau tahu kenapa?" Tanya Kenji sambil melirik Fumie.
"Aku bukan temanmu."
"Baiklah. Sudah kuputuskan kalau sekarang kau adalah temanku." Kata Kenji mantap.
Mendengus pelan, Fumie bersikap masa bodoh.
Kemudian mengalirlah cerita hidup Kenji yang disembunyikannya pada semua orang kecuali keluarganya. Ya. Ia tahu ini tidak aman, tapi mungkin ia harus berbagi sedikit kepelikan hidup dengan seseorang.
"Aku di diagnosa menderita penyakit jantung." Katanya dengan napas tercekat. Fumie memalingkan wajahnya dan merasa iba dengan kondisi kesehatan Kenji. Kenji menggelengkan kepalanya. "Aku tahu ini berat. Tapi aku baik-baik saja. Ya. Baik-baik saja." Kata Kenji sarat akan keputusasaan.
"Kalau kau sakit bilang saja. Aku tidak sanggup mengangkatmu kalau kau pingsan disini." Tangan Fumie bergerak mengambil kopi dan menyeruputnya dengan hingga tandas.
"Hahaha..aku tidak percaya kau tidak bisa mengangkatku. Tatsuya saja bisa kau kalahkan. Masa mengangkat aku saja tidak bisa?" Ejek Kenji dengan kekehan ringan. Walau masih takut-takut terkena tinju dari cewek itu, ia tidak ragu mengatakan apa yang terbesit dipikirannya.
"Tatsuya?"
"Ia Tatsuya. Yang kau pukul di loker kemarin."
Fumie bangkit dan menyepak gelas plastik bekas kopinya dan masuk ke dalam tong sampah dengan tepat. "Kalau maksudmu si muka masker, kau benar." Katanya setelah itu.
"Tapi aku tidak mengerti dengan kalian berdua."
"Bukan aku. Tapi dia."
"Baiklah. Baiklah. Ada apa dengannya saat itu dan kenapa kau meninjunya?"
"Tanya saja padanya."
"Aku ingin jawabanmu."
"Itu lokerku. Dan aku tidak tahu kalau dia berpacaran dengan loker."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad girl
Teen FictionTatsuya adalah seorang berandalan disekolahnya. ia dikenal sebagai cowok terhits sekaligus terfamous sejagad SMA Hillary yang tak lain adalah milik kakeknya sendiri. Ia suka memacari banyak cewek dan sudah menghasilkan puluhan mantan hanya di SMA it...