⚠️Pulang

22 2 0
                                    

Pastikan menekan gambar bintang ya teman-teman biar aku bisa menamatkan cerita ini dengan perasaan senang dan bahagia. Dan kabar baiknya itu Gratis kok.
Terima kasih.
Selamat membaca~

***

Tuk.. tuk.. tuk..

"Fumie! Kau dengar itu?"

"Apa?"

"Suara itu. Sepertinya aku kenal."

"Perasaanmu saja mungkin."

Bunyi gesekan sepatu beradu dengan lantai setelah beberapa tembakan itu aneh menurut Tatsuya. Bertanya pada Fumie tidak membuatnya puas karena jawaban yang diharapkan Tatsuya lebih dari itu.

Pintu yang tertutup rapat tiba-tiba didobrak hingga terlempar ke sudut ruangan. Tatsuya ingin menangis saat tahu kalau pria yang mendobrak pintu itu adalah kakeknya.

"Kakek!!!" Seru Tatsuya ingin menangis keras sangking bersyukurnya.

Senapan laras panjang di tangan kakeknya membuat Tatsuya bergidik ngeri. Ternyata kakeknya bukan orang biasa karena memiliki senjata api pribadi itu ilegal.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Tuan Takeshi.

"Aku baik kakek. Tapi Fumie tidak. Dia tertembak saat di pabrik Tuan Michio." Jelas Tatsuya.

"Ayo bawa dia. Kita pergi dari sini." Tuan Takeshi telah melepas tali keduanya lalu membantu mereka keluar dari gubuk itu.

Tatsuya yang tidak terluka memilih menggendong Fumie turun menuruni perbukitan yang diselimuti salju alih-alih menyerahkan Fumie untuk dibawa oleh petugas kepolisian. Bukan tanpa alasan, ia hanya tidak ingin melepaskan gadis itu.

Mayat-mayat yang berjatuhan serta pemandangan darah yang tadi sempat disaksikan Tatsuya sangat mengerikan. Ternyata Tuan Takeshi telah berhasil melumpuhkan anak buah Tuan Michio dengan dibantu oleh tim kepolisian.

Tatsuya baru tahu kalau dirinya dan Fumie dibawa ke hutan Aokigahara karena banyak pohon-pohon berusia tua dengan akar-akar besar yang memenuhi tanah. Ia tak habis pikir dengan rencana Tuan Michio yang ingin mengelabui semua orang bahwa dirinya dan Fumie mati bunuh diri di hutan ini karena hutan ini terkenal dengan peristiwa bunuh diri yang marak beberapa tahun terakhir.

"Bertahanlah Fumie," ucap Tatsuya menyemangati Fumie yang hampir tidak sadarkan diri saat mereka sudah berada di dalam mobil kakeknya menuju rumah sakit terdekat.

Sementara itu, Fumie yang sedang menahan sakit malah salah fokus pada elusan tangan Tatsuya pada tangannya. Tatsuya tidak melepaskan tangannya sama sekali sejak tadi. Ada perasaan aneh menjalari dirinya seiring dengan sentuhan tangan Tatsuya. Entahlah, semacam gejolak rasa senang yang tidak bisa didefinisikan dan Fumie senang karenanya.

***

"Sayang, apa yang terjadi padamu, nak? Bagaimana kau bisa terluka begini?"
Satu kalimat berhasil lolos dari mulut Yuki, ibunya Fumie setelah menangis sesenggukan selama setengah jam yang lalu.

Fumie telah diperiksa dokter dan sekarang sedang dalam penanganan intensif.

Fumie tidak menjawab pertanyaan ibunya. Yuki pasti tahu meskipun lewat tebak-tebakan yang terlintas di pikirannya. Ia hanya memberikan senyum tulus sambil menggenggam tangan sang ibu. Tomoe sejak tadi hanya berdiri disamping Yuki tanpa banyak bertanya. Tapi bukan berarti adiknya itu tidak khawatir. Fumie tahu itu dari tangan Tomoe yang tidak berhenti memilin bajunya. Kebiasaan Tomoe yang sangat dihafal Fumie saat adiknya khawatir.

"Ibu, aku mau ke kamar mandi." Ucap Fumie mencoba bangkit dari tidurnya.

"Baik. Ayo ibu bantu." Yuki dengan sigap berdiri memapah Fumie ke kamar mandi yang ada didalam kamar rumah sakit itu.

Bad girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang