⚠Bertemu

231 26 2
                                    

P.s. karena gaada yg komen di bab kemaren, writer agak kecewa. Tapi nggak papa kok. Semangat kalian baca bad girl adalah semangat writer juga. Jadi writer up. Hehe

***

Kakek Takeshi baru saja pulang lima menit yang lalu sehingga Tatsuya dapat menghela napas lega sekarang. Kakeknya kembali memaksakan perjodohan itu. Dan untuk pertama kalinya, Tatsuya menentang sang kakek dan mengancam pria tua itu dengan melakukan bunuh diri.

"Maafkan aku, kakek." Tatsuya menyesal. Ia merebahkan diri di sofa dan memeriksa ponselnya yang sempat berdering tadi. Ternyata ada sebuah pesan.

From : Fumie
Hei. Ayo bertemu di taman sekolah jam dua belas siang nanti.

Mata Tatsuya berbinar saat mendapati siapa yang mengirim pesan tersebut. Dengan segera, jari tangannya mengetikkan pesan balasan dengan cepat.

To : Fumie
Baiklah. Aku akan pergi ke sana segera.

Setelah mengetikkan pesan itu, Tatsuya segera menyambar mantel  musim dingin berwarna hitamnya dan mengambil kunci mobil di nakas kamar.

Saat hendak menyalakan mobil, ponselnya kembali berdering.

"Halo?" sapanya.

"Tatsuya, apa kau melihat hoodieku di kamarmu? Kurasa aku meninggalkannya beberapa minggu lalu disana." Tatsuya memutar bola matanya. Itu Maria, mantan pacarnya yang entah urutan ke berapa.

"Maaf Maria, aku sedang buru-buru," ujar Tatsuya datar.

"Kalau begitu, aku akan mengambilnya sendiri ke rumahmu ya," kata Maria membuat Tatsuya kelimpungan.

"Bagaimana kalau besok saja? Aku sedang keluar sebentar," jujurnya.

"Baiklah. Besok saja kalau begitu," putus Maria lalu tertawa nakal. "Tatsuya, aku merindukanmu, kau tahu," kata Maria lagi.

Tatsuya menghela napas jengah. Baru kali ini ia tidak suka diladeni wanita dalam hidupnya. Sekarang, yang ada di pikirannya hanyalah Fumie seorang.

"Kalau begitu, kututup teleponnya ya," kata Tatsuya hendak menekan tombol berwarna hijau di layar ponsel.

"Tatsuya, tunggu--"

Pip.

Tatsuya mematikan teleponnya.

"Maaf, Maria." ucapnya lalu menancapkan gas mobil menuju lokasi mereka akan bertemu. Entah kenapa, Tatsuya merasa sangat bersemangat.

Sampai di sekolah, Tatsuya berjalan cepat di atas tanah yang dilapisi salju dan meninggalkan jejak-jejak kaki di belakangnya. Sesekali ia mengerjapkan matanya, melihat-lihat dimana keberadaan Fumie. Musim salju hampir mendekati puncaknya, jadi suhu di luar sangat dingin.

"Tatsuya," panggil seseorang dari belakang.

Tatsuya pun menoleh dan mendapati Fumie berdiri satu meter jauh darinya. Fumie yang mengenakan mantel hitam tebal dan syal merah di lehernya membalas tatapan Tatsuya.

"Hai," sapa Tatsuya canggung.

"Hai." Fumie menjawab sapaan itu dan lanjut memperhatikan gerak-gerik laki-laki yang dipikirnya dapat menjadi tiket emas menuju keberhasilan misi mereka. Bulu mata lentiknya sesekali mengerjap karena butiran salju yang jatuh.

Dalam sekejap, Tatsuya terpana. Jika dilihat dari jarak sedekat ini, Fumie semakin bertambah cantik di matanya. Membayangkan senyum gadis itu saja, sudah membuat dirinya senang luar biasa.

Tatsuya rasa ia sudah bermimpi sekarang.

Tatsuya tidak tahu harus mengatakan apa lagi karena situasi ini sangat tidak dimengertinya. Biasanya saat seperti ini adalah saat ia dengan lancarnya mengajak perempuan untuk berkencan apalagi akhir tahun hampir tiba. Namun, entah kenapa hal itu sangat sulit dilakukan jika bersama Fumie. Bukannya mustahil, tapi ada sesuatu yang berbeda dari gadis itu sehingga ia tidak bisa berbuat semena-mena seperti yang biasa dilakukannya pada gadis lain.

Bad girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang