6. How to Protect Her?

294 35 1
                                    

"Saya membeli terlalu banyak makanan. Makanlah bersama saya."

Ruzeline kira, Cakra memanggilnya karena ada urusan penting. Ternyata pria itu hanya mengajaknya untuk makan.

"Tapi jika anda sudah membeli makanan, mengapa anda ada di kantin tadi?"

"Saya hanya mencari keberadaan anda di sana."

"Ah, ternyata begitu. Terima kasih banyak Presdir atas makanannya."

Cakra lantas mengajak Ruzeline untuk duduk di bangku yang tersedia pada ruangannya. Pria itu membuka tiap bungkus makanan, agar Ruzeline bisa dengan puas mengambil lauk yang terpajang.

"Makanlah sepuasnya. Ini terlalu banyak untukku," kata Cakra, mulai mengisi piringnya dengan makanan.

"Terima kasih Presdir, selamat makan," Ruzeline juga ikut mengambil makanan ke piring, lalu melahapnya.

Setiap waktu makan siang, Cakra memang tidak pernah ke kantin. Ia meminta bawahannya untuk memesan makanan dari luar.

"Eh, anda sudah selesai makan?" tanya Ruzeline ketika Cakra bangkit dari kursi padahal piringnya masih terisi banyak makanan.

"Saya sedikit pilih-pilih dengan makanan karena alergi. Restoran langganan saya sudah tidak beroperasi lagi karena skandal, jadi saya sedikit kesusahan," ucap Cakra.

Mendengar kata 'skandal', pikiran Ruzeline jadi melayang ke satu tempat, "Apa jangan-jangan Restoran Asrar adalah langganan anda?"

Raut Cakra tampak lumayan terkejut, "Bagaimana anda tau? Iya. Walau Restoran itu memiliki reputasi buruk, hanya Chef di sana yang bisa membuat makanan yang benar-benar saya suka. Sayangnya ia menghilang dan tidak bisa dihubungi sekarang."

"Itu karena sudah ramai dalam surat kabar terkait hal ini," balas Ruzeline.

Cakra pun mengangguk, "Baiklah. Habiskan makanan anda, setelahnya anda bisa kembali bekerja."

"Baik, Presdir."

***

Setelah pulang kerja, Ruzeline memutuskan untuk berjalan-jalan dengan Ren setelah mendapat surat bahwa Arhad tidak bisa datang ke rumahnya hari ini.

"Sudah lama saya tidak berjalan-jalan keluar dari panti seperti ini," ucap Ren senang.

Kali ini Ruzeline mengajaknya piknik berdua. Awalnya ia ingin mengajak anak-anak panti lain, tetapi, Ruzeline tidak bisa menjaga mereka sendirian.

"Bagaimana di panti akhir-akhir ini Ren? Tidak ada yang macam-macam denganmu kan?"

"Tentu saja tidak, Kak. Ketua panti yang baru tidak berani macam-macam setelah tau Kak Arhad merupakan sponsorku."

"Syukurlah."

"Kakak, ada yang ingin aku beritahu."

"Ada apa Ren?"

Ren mengulum bibirnya ragu. Ia masih tak yakin dengan hal ini.

"Ada orang dari Negaraku yang berjasa dalam kemerdekaan, lalu, dia ingin mengadopisku," ucap Ren menunduk.

"Hei, mengapa kau terlihat sedih? Bukankah itu hal baik?" Ruzeline menangkup wajah Ren yang menunduk, membuat lelaki itu menatapnya.

"Ren, tidak semua orang seburuk Tuan Darma. Aku yakin calon orang tuamu tidak akan menyakitimu," ucap Ruzeline, melepaskan tangannya dari wajah Ren.

"Tetapi, bagaimana jika mereka menyakitiku Kak? Apa tidak bisa aku tinggal bersama Kak Ruzeline saja?"

"Sebelum berencana mengadopsimu, pasti mereka sudah tau bahwa Arhad Bumantara ada di pihakmu, mereka tidak akan macam-macam. Lalu, jangan konyol. Hanya ada dua kamar di kamarku, di mana kau mau tidur?"

Pyramid: TemaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang