45. Jakarta: How Did It End?

189 17 2
                                    

JAKARTA, 1951
── Kediaman Arhad & Ruzeline

Kamar utama yang ditempati pasangan Suami-Istri itu tampak sunyi. Keduanya tengah tertidur sambil memeluk satu sama lain. Sekarang sudah terhitung tiga minggu sejak pernikahan mereka.

"Aku juga mencintaimu, Airishena."

ㅤㅤ

ㅤㅤ

"TIDAK!"

Wanita dengan piyama putihnya itu mendadak terbangun. Ruzeline Bumantara, wanita tersebut menyeka air matanya yang sudah bercucuran setelah melihat seseorang mati di mimpinya.

"Ruzeline, sayang, ada apa?"

Arhad, Suaminya pun terbangun. Seraya mengucek mata, Arhad mengubah posisinya menjadi duduk. Menyamakan posisi dengan sang Istri.

"Hanya... hanya mimpi buruk biasa," dusta Ruzeline. Tak memberitahukan mimpinya yang sebenarnya.

Sejak melihat buku sejarah mengenai Permaisuri Airishena sekitar dua minggu yang lalu, Ruzeline mulai mendapat ingatan-ingatan dari masa lalu. Entah dalam bentuk mimpi, atau pun muncul secara tiba-tiba di benaknya.

Dari situ Ruzeline pun paham, bahwa ia merupakan Airishena di kehidupan sebelumnya.

Tak hanya itu, banyak orang yang ia kenali sekarang juga merupakan orang-orang yang ada di kehidupan sebelumnya. Termasuk Suaminya, Arhad.

"Jangan dipikirkan ya. Itu hanya bunga tidur," Arhad mengelus puncak kepala Istrinya, lalu mengecup dahinya lembut.

Bukannya menjadi tenang, Ruzeline malah menitikan air matanya.

Dulu ketika menjadi Airishena, ia juga merasakan momen ini. Momen ketika ditenangkan oleh Suami. Tetapi dahulu, orang yang bersamanya bukan Arhad atau pun Jayanasa yang merupakan Arhad di kehidupan sebelumnya.

Orang itu adalah Raishan, yang merupakan Askar di kehidupan sebelumnya.

"Jayana── maksudku, Arhad. Bisakah kau carikan buku-buku mengenai Ranabraha? Terutama di masa Rai Bharat, Jayanasa, dan Airishena," pinta Ruzeline.

"Boleh aku tau untuk apa buku itu, sayang?" tanya Arhad.

"Aku cuma penasaran," jawab Ruzeline, menyeka air matanya.

"Iya. Aku akan meminta Dierja mencarikan buku-buku itu. Sekarang kita tidur lagi ya? Di pagi hari kan kita harus menghadiri acara," ajak Arhad.

"Iya, Suamiku."

***

"Kamu ini, bisa-bisanya telat sampai hampir satu jam."

Nararya menegur Adiknya yang baru datang ke peresmian rumah mode milik Nararya dan Amika.

Padahal dahulu Nararya ingin menjadi Dokter, tetapi entah mengapa semuanya berubah.

"Maaf. Yang penting kan aku sudah datang," balas Arhad dengan senyumannya.

"Jujur padaku, apa ada sesuatu antara kamu dan Istrimu? Kalian bertengkar ya?" interogasi Nararya.

"Kami sama sekali tak pernah bertengkar, Kak," jawab Arhad jujur.

"Lalu kenapa raut Istrimu tampak tidak baik begitu?"

Arhad pun menengok ke arah Ruzeline yang tengah berbincang dengan Amika.

"Jika Kakak memintaku jujur, akhir-akhir ini Ruzeline terus terbangun di tengah malam karena bermimpi buruk. Karena itu tak heran rautnya buruk. Ia pasti kepikiran," jelas Arhad.

"Kamu sudah bertanya mimpi apa itu?"

"Istriku tak pernah memberitahunya. Dan aku tidak mau memaksanya bercerita. Jika sudah siap, aku yakin ia akan memberitahu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pyramid: TemaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang