30. Commotion

153 24 5
                                    

Pria 22 tahun itu keluar dari mobilnya dengan penuh rasa takut di wajahnya. Arhad, ia begitu panik karena Ruzeline yang tak ada di Bazar.

"Arhad? Ada apa Nak?"

Sesaat setelah pelayan membukakan pintu, Arhad langsung diarahkan ke Ishita dan Yuda yang ada di ruang tamu.

"Di mana Ruzeline, Arhad?" tanya Yuda, mengintip ke belakang pria itu barangkali anaknya ada di sana.

"Ru-Ruzeline...." mendadak lidahnya kelu. Ia tak bisa berbicara dengan benar.

"Arhad, tenanglah. Tarik napas dan keluarkan," Ishita menenangkan. Arhad pun lantas melakukan sesuai yang Ishita bilang.

Setelah lebih tenang, pria itu membuka mulutnya.

"Ruzeline, kami berpisah di Bazar, lalu ketika aku mencarinya ke mana-mana, aku tak dapat menemukan dia," terdengar kepanikan dari suara Arhad. Ia gemetar.

"Apa?! Apa maksudnya?!" kaget Yuda dengan mata membelalak.

"Arhad, apa benar putriku tak ada di mana pun? Apa kau sudah meminta bantuan para penjaga?" Ishita sangat kaget.

Buih bening turun dari wajah pria muda tersebut, "Aku tak dapat menemukannya Bibi. Aku sudah mengutus orang-orang," kata pria itu.

Yuda dan Ishita pun begitu terkejut. Bahkan, Yuda sudah berjalan menuju telepon kabel yang ada di dekatnya.

"Utus semua agen. Putriku Ruzeline hilang di Bazar! Cari ke sekitar, dan ke tempat yang memungkinkan menjadi tempatnya berada," ucap Yuda kepada bawahannya yang ada di seberang panggilan.

Setelah sambungan telepon terputus, Hada datang dari lantai atas dengan membawa dokumen di tangannya.

"Aku mendengar suara bising, apa yang terjadi?" tanyanya tenang, "Di mana Ruzeline? Apa dia sudah di kamarnya?" lanjut Hada.

Hening. Tak ada yang bisa menjawab.

"Apa-apaan raut kalian? Ruzeline ada di kamarnya kan?" ulang Hada. Mereka yang tak kunjung menjawab, membuat Hada buru-buru naik kembali ke atas dan pergi ke kamar Adiknya.

Melihat tak ada Ruzeline di sana, ia turun lagi dan mengertakkan giginya emosi.

"Hada, Ruzeline hilang," kata Ishita.

"Jangan bercanda?! Bagaimana bisa ia hilang?!" dokumen yang Kakak Ruzeline pegang itu lantas terjatuh ke lantai.

"Ia tengah berpisah dengan Arhad di Bazar, lalu saat Arhad mencari Ruzeline, ia tak ditemukan di mana-mana," timpal Yuda.

Pandangan Hada pun teralihkan pada Arhad yang tengah diam dengan perasaan bersalah. Kedua tangan Hada tiba-tiba mencengkram kerah pria tersebut.

"Bagaimana bisa kau kehilangan Adikku?! Mengapa kau sangat ceroboh?!" gertak Hada.

"Maaf," lirih Arhad. Ia tak membela diri karena ia tau, ia salah.

"Hentikan, Hada," ucap Ishita.

"Ini bukan salah Arhad. Pasti memang ada oknum yang mengincar putriku," Yuda menghela napasnya frustasi, "Aku seharusnya lebih memikirkan hal ini."

Perlahan, cengkraman di kerah Arhad pun terlepas. Dengan wajah Hada yang dihiasi amarah, ia menatap lurus mata Arhad.

"Jika itu Askar, ia pasti tak akan membiarkan hal ini terjadi sejak awal. Ia pasti akan melindungi Zelly dengan sangat baik," ucap Hada, sebelum keluar dari rumahnya, untuk mencari Ruzeline.

"Maafkan Hada, Nak. Ia bukannya tak menyukaimu, tetapi ia hanya sedang emosi," Ishita menenangkan.

"Iya, Bibi," ucap Arhad parau.

Pyramid: TemaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang