24. The Truth that was Ruined

191 24 2
                                    

22 tahun yang lalu, kediaman Mahatama

Seorang Nyonya dari perusahaan raksasa itu menunggu Suaminya untuk pulang—Ishita, ia mengerlingkan mata ketika orang itu tak kunjung datang.

Ia tak peduli apa yang Suaminya lakukan, mereka juga menikah tanpa cinta, pria itu pun juga memiliki simpanan. Ishita tau segalanya.

"Nyonya, Tuan Yuda pulang," bawahannya mengabari. Ia pun turun ke lantai bawah, menyaksikan Yuda—sang Suami yang memasang wajah sumringah.

"Dari mana saja kamu? Putramu sakit. Aku sudah mengirimkan bawahan untuk mengabari. Tapi kau tak kunjung pulang," omel Ishita sesampainya Yuda di rumah.

"Kau pasti bisa mengurusnya dengan baik. Kau tak perlu kehadiranku," Yuda lalu berjalan melewati Ishita, ia duduk dengan santai di sofa ruang tamu.

"Yuda, setidaknya berikan dia sedikit perhatian!"

"Baiklah, baiklah. Bagaimana anak itu?"

"Berhenti memanggilnya 'anak itu'. Dia punya nama."

"Ckck banyak sekali permintaanmu. Bagaimana kabar anak itu... Hada?"

"Dia tengah tertidur. Tapi sedari tadi ia tak berhenti mencari Ayahnya," kesal Ishita, lalu ikut mendudukan diri di sofa.

"Dia terus berbicara 'Yah, Aiah'. Meski pengejaannya tak jelas, tapi aku yakin dia mencarimu."

"Ya sudah, nanti akan aku temui Hada saat dia terbangun. Tapi sekarang, kau harus menyaksikan hal yang menarik."

"Apa maksudnya itu?"

"Sebentar lagi ulang tahunmu kan? Ini hadiahku. Gunakan sesukamu," Yuda mengkode bawahannya untuk membawa masuk sesuatu.

Melihat apa yang Yuda maksud, Ishita langsung menutup mulutnya kaget.

"Ini dia. Tawanan asal Belanda yang aku ambil untuk menjadi bonekamu."

Seorang pria dengan baju Tentara yang sudah lusuh, di bawa kedalam mansion dengan tangannya yang di borgol. Ia ditahan oleh beberapa orang.

"Kau gila!" maki Ishita melihat apa yang Suaminya bawa.

"Ayolah sayang, masa kau tak menyukai hadiahku?" Yuda menaik turunkan alisnya lalu tertawa terbahak-bahak.

Ishita masih mencerna semuanya. Apa Suaminya ini benar-benar gila?

"Bawa pria itu kembali. Aku tak butuh hal yang kau sebut 'boneka' atau apa lah itu," pinta Ishita yang lebih seperti perintah.

"Begitu ya. Kalau begitu ia akan kembali ke penjara dan disiksa."

"Apa?"

"Ishita, sudah aku bilang kan kalau dia ini tawanan. Aku menyelamatkannya dari sana," jawab Yuda, menyesap minuman di meja dengan santai.

"Tinggal kembalikan saja dia ke pasukannya!"

"Tak bisa."

"Kau tak bisa apa tak mau, Yuda?"

"Jangan banyak tanya. Aku membeli tawanan ini dengan mahal. Kau harusnya senang mendapat hadiah spesial," pria itu bangkit dari sofa, melepaskan jasnya.

"Aku serahkan padamu, Ishita. Akhir-akhir ini ada pembicaraan di antara para pejabat dan konglomerat, bahwa kau tak bahagia. Mereka mulai memberi kabar bahwa aku suami yang tak baik," ucap Yuda. Padahal memang iya.

"Kau tau karena aku punya wanita simpanan, aku jadi lebih bahagia? Lakukanlah yang sama dengan pria ini. Siapa tau kau lebih bahagia dan kabar-kabar yang menyeretku itu hilang," lanjutnya lalu pergi dari sana menuju lantai atas.

Pyramid: TemaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang