2. Twins

620 52 3
                                    

"Anda tidak ada penerbangan malam ini?"

Beberapa hari setelah kejadian di taman, saat Arhad mengajak Ruzeline menikah, Ruzeline menolak ajakan Pilot muda itu.

Dengan alasan bahwa mereka bahkan belum kenal satu sama lain. Mendengar penuturan Ruzeline, Arhad langsung mencaritahu tentang sang gadis.

Setelah mendapatkan data-data Ruzeline, ia terus mendatangi rumah Ruzeline saat tidak ada pernerbangan, dengan membawa hadiah setiap kunjungannya.

"Saya ada penerbangan nanti malam, Nona. Karena itu saya menyempatkan diri menemui anda di pagi hari," kata Arhad seraya menyerahkan bucket bunga anggrek bulan yang masih segar.

"Tuan Arhad, anda tidak perlu melakukan ini," ucap Ruzeline tak enak seraya mengambil alih bunga di tangan Arhad.

"Memangnya kenapa, Nona? Saya menyukai hal ini. Jahat sekali jika anda meminta saya berhenti melakukan hal yang saya sukai bukan?" Arhad memasang wajah sedihnya.

"Tidak, saya tidak bermaksud begitu Tuan. Lakukanlah apa yang Tuan mau," setelahnya, Ruzeline mempersilakan Arhad ke lantai dua, di mana rumahnya berada.

"Nak Arhad, anda datang kembali hari ini?" Nenek Tisna—orang yang merawat Ruzeline itu berkata dengan sumringah.

"Iya Nek, saya mampir sebelum penerbangan nanti malam."

Nenek Tisna merupakan sosok yang bersedia merawat Ruzeline setelah kepergian Ayah Ruzeline. Wanita tua tersebut merupakan pemilik kedai makanan. Rumah Nenek Tisna berada di lantai dua kedainya.

"Sarapan sudah siap. Nak Arhad ikutlah makan bersama kami," ucap Nenek Tisna seraya mengeluarkan piring berisi berbagai macam lauk, dibantu oleh Ruzeline.

"Wah, terima kasih banyak Nek."

Ketiganya lantas menyantap sarapan yang tersaji di meja makan tersebut. Berkali-kali Arhad memuji masakan Nenek Tisna yang begitu enak.

"Nek, apa boleh saya mengajak Nona Ruzeline keluar hari ini?" tanya Arhad di tengah sarapan.

"Tentu saja boleh. Ruzeline sudah lama tidak keluar," balas Nenek Tisna tanpa mendengar pendapat Ruzeline.

Arhad pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah gadis yang sedang menyantap makanannya itu.

"Bersiap-siaplah Ruzeline. Kita pergi setelah ini."

***

Sedari tadi, Ruzeline tak henti-hentinya menatap kagum keluar jendela mobil. Arhad yang tengah menyetir terkekeh melihat tingkah gadis blasteran tersebut.

"Ini kedua kalinya saya menaiki mobil setelah Tuan membawa saya ke rumah sakit saat itu. Waktu itu saya tidak begitu fokus dengan sekitar karena kesakitan, tapi ternyata naik mobil begitu enak," oceh Ruzeline.

"Apa seenak itu?" tanya Arhad.

"Tentu saja. Saya rasa saya bisa menaikinya setiap hari tanpa bosan," tutur Ruzeline dengan begitu antusias.

"Saya bisa membelikanmu mobil beserta supir jika anda mau," usil Arhad.

"Eh? Tidak! Bukan ini yang saya maksud," sanggah Ruzeline dengan wajah paniknya. Gawat jika Arhad benar-benar membelikannya mobil.

"Saya paham. Karena itu menikahlah dengan saya. Dengan begitu anda bisa menaiki mobil setiap hari," ucap Arhad dengan santai.

"Anda masih belum menyerah ya rupanya."

"Tentu saja, Nona. Saya tidak akan menyerah."

Mobil pun berhenti di sebuah bangunan nuansa putih. Ketika mobil berhenti, ada beberapa orang yang datang mendekat ke mobil seperti sudah siap untuk menyambut.

Pyramid: TemaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang