"Ibu! Tenanglah!"
Kirana mencoba mendekat ke arah Ibunya yang tengah membanting barang-barang di dekatnya dengan penuh amarah.
"Bagaimana? Bagaimana aku bisa tenang?!" Dalia Bewari, Ibu dari Kirana serta Menteri Keuangan itu melampiaskan teriakannya pada sang anak.
"Pemutusan pertunangan ini bukan akhir dari dunia, Ibu. Kumohon tenang."
"Dengar, Kirana Hasya Bewari! Kau sudah gagal untuk memiliki hubungan dengan Tuan Askar karena gadis yang sudah mati 3 tahun lalu itu. Dan sekarang, kau bahkan gagal menjadi Istri dari Tuan Arhad Bumantara?!" kesal Dalia.
"Tuhan belum menghendaki, Ibu."
"Apa maksudnya kehendak?! Setidaknya jika tak bisa menjadi calon Ibu Negara di masa depan, kau harus menjadi Nyonya Bumantara!"
"Apa semua kekuasaan itu lebih penting dari pada perasaanku, Ibu?"
Penuturan Kirana membuat Dalia menatap sang anak dengan dingin.
"Andai saja kau terlahir sebagai laki-laki. Semuanya akan lebih mudah bagiku."
***
Sekarang, Ruzeline tengah duduk di Kedai Nenek Tisna. Sudah lama sekali ia tak berkunjung. Dirinya sangat rindu dengan perasaan ini.
"Jadi, cucuku kembali bertunangan dengan Arhad?" tanya Nenek.
"Bisa dibilang begitu. Ayah dan Arhad mau mengadakan pesta pertunangan sekitar 1 atau 2 bulan lagi, saat hubungan dengan Nona Bewari sudah teredam."
"Syukurlah. Ayahmu sangat menyayangimu," kata Nenek Tisna.
"Ayah selalu memperlakukanku dengan baik. Aku rasa kami saling menyayangi layaknya memiliki hubungan darah."
"Bagus jika begitu. Aku jadi tak perlu khawatir," kekeh wanita lanjut usia tersebut, "Omong-omong Nak, ada hal yang belum pernah aku bicarakan padamu selama ini."
"Hm? Hal apa itu Nek?"
Nenek Tisna tampak menghela napas sebelum melanjut kalimatnya.
"Sebenarnya saat awal mula kau menjalin hubungan dengan Nak Arhad, aku sudah sangat ketakutan tentang nasib hubungan kalian ke depannya. Karena aku tau, bagaimana hubungan pernikahan dalam keluarga itu yang tanpa cinta."
Ruzeline mengernyit bingung, "Dari mana Nenek tau?"
Tampak mata itu berubah menjadi sendu. Layaknya mengingat kenangan-kenangan buruk yang terjadi.
"Karena Sangga Bumantara, yaitu Kakek Arhad, pernah menjalin hubungan denganku di masa muda kami....."
"......yang tentu berakhir dengan perpisahan."
***
"Tuan menakuti saya sejak pagi."
Dierja, Sekretaris Arhad, berterus terang pada pria yang tersenyum sedari tadi itu. Bahkan Dierja takut Tuannya sudah gila.
"Berisik. Kerjakan urusanmu sana."
"Saya tak bisa mengerjakan urusan saya jika cap Bumantara belum diberikan di kertas ini," kata Dierja.
"Berikan kertasnya," Arhad mengambil kertas yang Dierja sodorkan, lalu membubuhkan cap di atasnya.
Tok... Tok... Tok
Ketukan muncul di pintu ruangan Arhad. Pria itu lantas menyahut dari dalam untuk mempersilakan masuk.
"Arhad!" suara itu menyapa dengan hangat. Sang pria yang awalnya sibuk, lantas menengadah sumringah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pyramid: Temaram
Roman d'amourGadis Belanda terlibat dengan orang-orang terpenting Indonesia pada 1950. ❝Aku keturunan penjajah. Kita tak akan pernah bersatu.❞ ‐ 1950, Jakarta Setelah Indonesia merdeka, pernakah kalian berpikir bagaimana nasib keturunan para penjajah yang ada? ...