"Rania."
"Ya, Askar?"
"Jika kau akan menjalin hubungan rumah tangga, Suami seperti apa yang kau cari?"
"Aku ingin seseorang yang baik, lembut, memperlakukan keluarganya dengan baik."
"Hanya itu?"
"Hmm, aku juga tak mau pria pemabuk dan egois. Dan juga dia setidaknya harus pintar dan memiliki pencapaian yang baik."
"Apa kau membayangkan seseorang saat mengatakan Suami seperti apa yang kau inginkan?"
"Iya."
"Dan siapa orang yang kau pikirkan?"
"Itu rahasia..."
".....karena yang aku pikirkan adalah kau. Sahabatku sendiri."
🕦
"Oh tidak."
Ruzeline terbangun dari tidurnya setelah bermimpi tentang beberapa tahun lalu.
"Apa kau bermimpi buruk?"
Gadis itu lantas menatap pria yang tengah memandanginya sejak tadi di tepi kasur. Pria itu adalah Arhad.
"Maaf. Aku pasti ketiduran semalam," kata Ruzeline. Bangkit dari posisi tidurnya menjadi duduk.
"Tidak apa. Kau bisa tinggal di sini selama waktu yang kau mau," balas Arhad, mengelus puncak kepala gadis itu.
Tiba-tiba ingatan kemarin malam muncul, membuat Ruzeline merasa agak mengganjal.
"Maaf Arhad. Aku tak bisa menerima tawaranmu jika kau masih bersama gadis lain."
"Tak apa aku paham. Jadi, jika hubungan pertunanganku dengan Nona Bewari sudah putus, kau mau menerimaku?"
"Aku rasa iya."
"Orang tuaku pasti mencari. Aku harus pulang, Arhad."
"Aku sudah menelepon Mahatama. Kau tak perlu khawatir."
"Terima kasih, tapi sepertinya aku benar-benar harus pulang," kata Ruzeline.
Akhirnya Arhad pun setuju dengannya. Ia menawarkan diri untuk mengantar Ruzeline, tapi gadis tersebut menolaknya dan akhirnya hanya pulang dengan supir Arhad.
***
"Kau sudah pulang?"
Suara pria menyambut kepulangan gadis itu. Ia Hada.
"Maaf aku pergi terlalu lama," balas Ruzeline merasa bersalah.
"Tidak apa. Selamat datang," Hada lantas mendekat dan mengecup puncak kepala sang Adik. Kegiatan kesukaan para Mahatama akhir-akhir ini.
"Di mana Ayah dan Ibu, Kak?" tanya Ruzeline. Berjalan ke meja makan bersama Hada untuk sarapan.
"Mereka pasti akan datang. Nah itu dia," sesaat setelah keduanya duduk, Yuda dan Ishita datang berdua ke ruang makan.
Kedatangan Ruzeline memang membawa hubungan kedua pasangan itu jauh lebih baik.
Yuda bahkan merasa, bahwa Ruzeline adalah berkah yang dikirimkan untuk mereka.
"Putriku akhirnya pulang," ucap Ishita senang. Ia lalu mencium puncak kepala Ruzeline, disusul dengan Yuda.
Setelahnya mereka lantas duduk di kursi, berbagai makanan pun disajikan.
"Jadi, bagaimana dengan Tuan Arhad?" Yuda membuka pembicaraan.
"Maksud Ayah?"
"Apa dia baik? Apa dia pernah berteriak padamu? Apa dia pernah mengangkat tangannya padamu? Apa dia pernah menghinamu? Apa dia orang yang setia? Apa dia orang yang penyayang?" tanya Yuda bertubi-tubi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pyramid: Temaram
RomansaGadis Belanda terlibat dengan orang-orang terpenting Indonesia pada 1950. ❝Aku keturunan penjajah. Kita tak akan pernah bersatu.❞ ‐ 1950, Jakarta Setelah Indonesia merdeka, pernakah kalian berpikir bagaimana nasib keturunan para penjajah yang ada? ...