SEASON 2: Introduction & Prelude

129 12 3
                                    

"Ruzeline? Askar? Mengapa kalian berdua ada di perpustakaan?"

ㅤㅤ

ㅤㅤ

Melihat Arhad yang datang dengan kimono miliknya itu, Ruzeline dengan cepat menarik tubuhnya sendiri dari pegangan Askar, dan menatap pada Suaminya.

"Askar datang ke sini setelah mendengar teriakan kesakitanku," ucap Ruzeline.

"Kau sakit?" Arhad mendekat, mengecek suhu tubuh Ruzeline, "Apa aku terlalu berlebihan padamu? Aku minta maaf," sang Suami menggenggam tangan Istrinya dan mencium punggung tangannya lembut.

Melihat pengantin baru tersebut, Askar mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

Ruzeline yang memakai kemeja milik Arhad, dan Arhad yang mengenakan kimono bathrobe. Askar bukan anak kecil, ia tau apa yang habis keduanya lakukan.

"Haruskah aku pergi dari sini dan memberikan waktu pada kalian berdua?" tanya Askar lalu berdehem untuk menghilangkan rasa canggungnya.

"Tidak. Kau bisa berbincang bersama Arhad. Aku akan ke kamar," Ruzeline lalu berlari dengan sedikit tertartih dari perpustakaan, dan mengurung diri di kamar.

Sepeninggalannya, Arhad dan Askar tampak bingung.

"Matanya tampak sembab," simpul Askar.

Arhad mengangguk mengiyakan. Matanya lalu tertuju pada buku yang tergeletak di lantai. Ia lantas memungut buku itu dan membaca judulnya.

"Ia membaca buku tentang Permaisuri Airishena. Pantas saja dia menangis," ucap Arhad.

"Airishena? Istri Rai Bharat dan Jayanasa?" Askar memastikan.

"Iya. Kau ingat kan Kakekku selalu menceritakan mengenai mereka? Kak Nararya selalu menangis mendengarnya dulu," senyum simpul terukir di bibir Arhad mengingat kenangan lampau itu.

"Kau juga menangis, Arhad. Aku ingat ketika kau mengatakan bahwa kau ingin Rai Bharat hidup kembali sambil meraung-raung pada Kakek," Askar menggeleng-geleng tak habis pikir.

"Ya karena cerita itu memang sedih! Apa hatimu terbuat dari batu? Bisa-bisanya kau tak menangis mendengar kisah mereka bertiga," cibir Arhad.

Askar hanya membalasnya dengan senyuman. Karena pada dasarnya, Arhad tak tau bagaimana perasaan Askar ketika mendengar kisah Airishena, Raishan, dan Jayanasa. Walau ia tak menangis, tetapi rasa sedih yang ia rasakan lebih dari Arhad, bahkan Nararya.

"Dibanding membahas ini, Arhad, lebih baik kau mengutarakan tujuanmu memanggilku ke sini. Aku harus kembali karena aku sibuk," celoteh sang Wakil Presiden.

"Baiklah."

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pyramid: TemaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang