009

8 3 0
                                    

Sore ini Soobin mengantar ibunya ke rumah sakit. Barang bawaan yang disiapkan ada banyak makanya Soobin tak tega membiarkan ibunya sendirian. Jujur Soobin juga agak panik karena baru kali ini ia menemani ibunya ke rumah sakit. Setibanya di RS ia langsung membantu ibunya melakukan segala administrasi yang diperlukan sebelum masuk ke ruang perawatan.

"Boleh Soobin aja nggak sih yang isi formulirnya? Ibu duduk aja, nanti kalo ada butuh Ibu, Soobin samperin," kata Soobin.

"Udah nggak usah biar sekalian."

"Emang gak capek Ibu?"

Jeongyeon hanya tersenyum kecil sambil melanjutkan mengisi formulir.

"Lagian Soobin gak bisa jadi walinya Ibu, jadi sama aja."

"Terus Ibu bisa operasinya gimana kalo gak ada wali?" tanya Soobin.

"Ayah udah nelfon temennya yang jadi dokter di sini buat bantu urus berkas perwalian."

Jeongyeon menyerahkan persyaratan administrasi kepada petugas jaga. Ia duduk sambil menerangkan kalau walinya datang menyusul karena masih ada urusan. Soobin pun duduk tenang di sisi sang ibu.

"Ini anaknya Bu?" tanya petugas administrasi.

"Hehe iya Mbak," jawab Jeongyeon.

"Udah gede baru mau punya adek? Mamahnya buatnya kelamaan yah?" gurau si petugas.

"Baru jadinya sekarang Bu," timpal Jeongyeon.

"Adek saya banyak Bu, cuma yang ini telat datengnya," kata Soobin sambil menjelaskan dengan gerak-gerik tangannya macam orang betul.

Petugas jaga itu lantas terkekeh, "Nggak diantar sama suaminya Bu? Kemana emang suaminya?"

"Lagi gak bisa ikut, saya juga biasa sendiri kemana-mana," jawab Jeongyeon.

"Iya lagi di langit," kata Soobin mengimbuhi.

"Innalillahi, padahal anaknya udah mau lahir tapi bapaknya nggak sempet liat."

Jeongyeon sama Soobin otomatis tengok-tengokan sambil menahan tawa. Namun baik Jeongyeon atau Soobin tidak ada yang menjaskan pada petugas itu kalau kalimat yang Soobin maksudkan bukan berarti ayahnya sudah meninggal.




●●●●●●●●●●●●●🐳

Di hari mendekati lebaran sebelum mudik ke kampung halaman nanti, mbak Eunbi ingin memberi THR kecil-kecilan pada pelanggan di warungnya. Ada beberapa hadiah yang akan dibagikannya pada para pelanggan warungnya. Serta bonus aneka makanan buatannya sendiri.

"Eh Yeonwoo, beli apa Yeonwoo?" tanya mbak Eunbi menyambut pembeli yang datang. "Habis nangis yah? Kenapa? Dicubit Kak Minju? Ahahaha." Mbak Eunbi mencolek kecil pipi bocah kecil yang masih terlihat sesegukan di gendongan kakaknya.

"Kangen ibu, ibunya lagi ke rumah sakit Mbak. Padahal baru satu jam yang lalu," kata Minju. Ia yang mulai lelah menggendong Yeonwoo pun memilih duduk di kursi yang di sediakan.

"Loh udah mau lahiran yah ibunya?" tanya mbak Eunbi. Minju mengangguk. "Nggak papa Yeonwoo, kan adeknya Yeonwoo mau lahir jadi ibu butuh dokter buat bantu lahiran adek. Yeonwoo di rumah aja doain ibu, kan di rumah juga banyak temen," tutur mbak Eunbi penuh perhatian. "Ayahnya pulangnya kapan?"

"Nanti hari lebaran Mbak. Sekalian ayah ambil cuti," jelas Minju.

"Ooh, jadi ibu nggak ditemenin ayah dong?"

"Iya, tapi nanti nenek yang nemenin."

"Oh gitu. Nenek kamu juga baik yah Ju, waktu Yeonwoo bayi aja sering bolak-balik ke sini bantuin ibu kamu." Minju kembali mengangguk.

PANDORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang