Pyush!
Peluru yang dilepaskan dari pistol itu dapat melumpuhkan musuh secara lebih tenang, setelah dipakaikan peredam untuk mengurangi suara kebisingan.
Pria itu berjalan membelah hutan belantara di kegelapan malam. Dengan langkah yang tak sedikitpun gentar ataupun bimbang.
Setelah tadi cukup kehilangan jejak dan tersesat, ia akhirnya bisa menemukan dimana markas para pemberontak pimpinan Diego itu berada. Tempat dengan kemungkinan besar dimana gadis itu dibawa.
Zyan menyandarkan tubuhnya pada sebuah pohon besar, menetralkan deru nafas, seraya bersembunyi ketika sayup-sayup ia dengar suara anak buah Diego tengah berbincang dan berjaga didepan.
Pria itu memeriksa pelurunya yang tinggal tersisa setengah, lalu kembali mengisinya dengan beberapa butir persediaan yang sengaja ia bawa dikantong celananya.
Pyush!
Pyush!
Tepat sasaran!
Untung saja tidak ada peluru yang terbuang dengan percuma.
Bruk!
Kedua anak buah Diego itu seketika jatuh, tergeletak di tanah.
Zyan segera keluar dari tempat persembunyian.
Asumsinya, malam ini hanya ada beberapa pemberontak saja yang berjaga disekitar gubuk tempat markas mereka. Beberapa dari mereka saat ini tampaknya sedang berkeliaran di pemukiman untuk mencuri dari warga.
Sedangkan yang lain berkeliaran di hutan, untuk berjaga-jaga, terlebih setelah cukup dibuat was-was karena pasukan pengintai yang kemarin dikirim.
BRAAAKKKK!!!
Zyan mendobrak pintu gubuk tua itu secara paksa. Hingga suaranya cukup terdengar.
"Aaakhh .... Bundaaa!!!!!"
Gadis itu akan berteriak.
"Ini saya, Diajeng," ujar Zyan cepat, berusaha menyadarkannya.
Arum.
Manik kecoklatannya itu bergerak, tampak berair, mencoba mengenali wajah sosok pria dihadapannya. Mungkin sedikit sulit karena pencahayaan yang redup.
"D-danton?"
Pria mengangguk pelan. "Ya."
Zyan segera melepaskan tali yang mengikat kencang tubuh gadis itu menggunakan sangkurnya.
Setelah sudah lepas, buru-buru ia minta gadis itu berjalan perlahan dari gubuk agar tak menimbulkan kecurigaan yang mencolok, berjaga-jaga jika masih ada pemberontak didekat mereka.
"Semua anak buah Diego saat ini tampaknya sedang berkeliaran." Mata elang Zyan tampak menatap liar.
Situasi disekitar memang terlihat aman bagi mata orang awam, namun suasana yang senyap dan tenang ini akan sangat mematikan jika berada di medan pertempuran, banyak penembak runduk musuh yang bisa saja sudah mengintai kepala mereka dari dekat maupun kejauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Danton! (End)
Teen FictionPertemuan awal dengan seorang Komandan Pleton baru pasukan pengamanan perbatasan itu cukup memberikan kesan buruk bagi Arum. Letnan Zyan Athalla Hasanain, pria egois, mau menang sendiri. Serta kelewat narsis bahkan di tahap overdosis. "Saya rasa te...