II. Danton Zyan

6.9K 352 14
                                        

Kaya.

Tampan.

Mapan.

Sekaligus calon menantu idaman.

Kata-kata itu seolah begitu pas mendeskripsikan sosok Zyan Athalla Hasanain. Pria berpangkat Letnan itu benar-benar dijamin paket komplit, meskipun memang akhlaknya minus sedikit.

"Ilham ... apakah didalam Islam laki-laki dan perempuan memang tidak diperbolehkan bersentuhan, bahkan untuk sekedar berjabat tangan?" Jujur ia masih sedikit sulit mencerna kata-kata gadis itu beberapa hari yang lalu.

Serda yang terlihat sibuk menyemir sepatu itu menghela nafas. Kelihatan jelas jika beliau ini dimasa kecilnya pasti lebih banyak dihabiskan main PS dibandingkan mengaji, pikirnya.

"Itu namanya bukan mahram, Danton. Lagipula Ibu guru itu memang tidak sama dengan deretan mantannya Danton, dia itu wanita terhormat," balasnya.

"Ya ya, dari tatapan matanya saya juga tahu kalau dia bukan wanita biasa," gumam Zyan.

Meskipun dia juga selalu tersenyum, Zyan tahu jika senyuman itu cukup berbahaya, bukan sekedar senyuman biasa.

Ck, gadis itu jual mahal sekali.

Melihat ia menyadarkan Zyan, meskipun pelet wajahnya sudah kuat, tidak semua orang akan langsung terpikat dan menyukainya.

Bukankah sebelum ia datang kesini, para Danton yang sebelumnya bertugas kebanyakan sudah menikah dan hampir menginjak umur kepala tiga?

Jadi, bisa dikatakan ini merupakan hal yang istimewa bisa kedatangan danton muda, berbakat, dan tampan seperti dirinya. Huek!

Jika sekedar wajah saja dia tidak tertarik padanya, lantas bagaimana sebenarnya tipe idaman wanita itu? Apakah pria kaya? Hey, ia cukup tajir karena merupakan Tuan muda dari keluarga pengusaha.

Zyan seketika menepuk jidatnya.

Mengapa juga ia harus tertarik dengan hal itu?

Rumor yang beredar dikalangan para prajurit membahas mengenai Danton baru mereka yang merupakan orang kaya gabut yang memilih masuk tentara, seolah tidak ada habis-habisnya.

Coba bayangkan mengapa pria kaya yang hidupnya sudah serba berkecukupan dan bergelimang harta memilih melakukan pekerjaan berbahaya? Dikirim ke tempat antah berantah yang mungkin saja mengancam nyawa.

Ingin cari mati?

Apa sudah bosan hidup?

Bukankah hidup tenang menikmati masa muda sebagai seorang pewaris perusahaan lebih menggiurkan?

Bagi Zyan sendiri ini merupakan salah satu bukti jika dirinya merupakan anak muda yang memiliki jiwa pengabdian tinggi. Seharusnya patut dipuji bukan di caci!

Tapi, apakah mengabdi kepada negeri hanya bisa dilakukan oleh seorang tentara?

Setelahnya Zyan memilih diam, mencerna, ada benarnya juga sih.

Ilham yang notabene-nya anak seorang ustaz saja tidak habis thinking setelah mengetahui latar belakang milik Dantonnya itu.

"Anda itu benar-benar aneh, Danton."

"Saya? Aneh?" Zyan spontan menaikkan sebelah alisnya.

"Ya."

Hanya Ilham yang berani berterus terang, itu alasannya Zyan lebih menyukainya dibandingkan anak buahnya yang lain yang hanya berani menggosipkannya dibelakang.

Hey, Danton! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang