"Selamat pagi, Danton!" Dengan wajah berseri-seri Elsya menyambut dengan ramah siapa yang baru saja memasuki bangunan sekolah.
Zyan datang setelah menepati janjinya kemarin untuk menjemput anak-anak pergi ke sekolah. "Pagi dokter!"
Ya ampun, mimpi apa gua semalem, sampai disapa balik sama si ganteng.
Dokter wanita itu sudah ingin semaput duluan, baper tak tertahankan.
"Ekm ... saya ga disapa juga nih, Bu dokter?" tanya Ilham yang sejak tadi sudah hadir di samping Zyan.
"Oh ya, lupa. Pagi! Saya kira tadi hanya ada Letnan Zyan," jawab Elsya acuh, ketika baru sadar.
Ilham tiba-tiba merasa menjadi manusia transparan, tamu tak diundang yang kehadirannya sama sekali tak diharapkan.
Memang good looking menjadi salah satu hal yang paling penting, pikirnya.
"Selamat pagi, Sersan! Terima kasih sudah mau ikut datang membantu." Suara ramah itu segera mengalihkan perhatian mereka bertiga.
Arum yang datang menyapa Ilham dengan senyum anggunnya.
"Ah ya, pagi Bu guru Arum!" Ilham seketika menggaruk tekuk yang tak gatal, seketika salah tingkah.
Masya Allah.
Indah sekali sosok bidadari yang barusan jatuh tepat dihadapannya ini.
"Tentu saya akan datang. Saya rasa akan rugi, apalagi Bu Arum sendiri ada disini." Ilham ikut tersenyum.
Plak!
Tiba-tiba saja sebuah tangan menepuk beberapa kali pundak Ilham dengan cukup keras, membuatnya segera membeku menyadari Sang pelaku.
"Sepertinya beberapa obat-obatan dan peralatan medis dari mobil masih ada yang tertinggal," ujar Zyan menyadarkan bawahannya yang masih terus tersenyum semanis gulali.
"Izin, Haikal dan Pratu Bayu sudah membawa semuanya, Ndan," jawab Ilham sedikit kesal, Dantonnya itu terus saja membuyarkan wisata masa depannya.
"Benarkah? Haruskah saya yang turun tangan mengeceknya .... Sersan?" Tatapan matanya tampak menajam, dengan nada diakhir yang semakin menekan.
Glek!
Kode?
Ilham spontan gelagapan, menelan saliva saat tersadar, "S-siap, izin, seperti Haikal dan Bayu perlu bantuan, Ndan!"
Zyan menganggukkan kepala dan tersenyum, anak buahnya itu mampu menangkapnya, "Iya, silahkan pergi sana." Benar-benar mengusir dengan cara yang ramah.
Ilham sudah ngacir duluan.
Kentara sekali jika terdapat aura pemaksaan. Arum memicingkan mata curiga melihat interaksi keduanya.
"Serda Ilham itu memang baik sekali." Zyan mencoba mencairkan kecanggungan dengan tertawa garing.
"Sepertinya kalian juga sudah lama saling mengenal, Letnan," ujar Elsya, menggubris.
"Ya, tentu, kami bahkan sudah seperti saudara," balas Zyan. Padahal dalam hatinya membantin, saudara? Dengan kurcaci pengganggu itu??
"Total ada tiga puluh dua anak yang akan mendapatkan vaksinasi." Arum akhirnya kembali bersuara, "Apa sekarang sudah mau dimulai? Semua anak-anak sepertinya sudah berkumpul."
"Bu guru!" Beberapa anak berlari kearah Arum dan mengadu.
"Ada apa, sayang?" tanya Arum.
"Tias...."

KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Danton! (End)
Fiksyen RemajaPertemuan awal dengan seorang Komandan Pleton baru pasukan pengamanan perbatasan itu cukup memberikan kesan buruk bagi Arum. Letnan Zyan Athalla Hasanain, pria egois, mau menang sendiri. Serta kelewat narsis bahkan di tahap overdosis. "Saya rasa te...