Saat masih kecil, Arum sering sekali disuguhi oleh kisah-kisah penuh inspirasi tentang Rasulullah dan para sahabat. Seolah menjadi dongeng penghantar tidur untuknya setiap malam hari.
Sang Bunda yang mengelus pucuk kepalanya dengan penuh cinta, dengan penuh perhatian membuat matanya mudah sekali untuk terpejam dan saat itulah sebuah kisah indah itu mulai ia ceritakan lewat bibirnya.
"Kamu tahu sahabat nabi bernama Said bin Zaid ra.?"
Arum kecil sejenak terlihat mengingat-ingat, "Beliau salah satu sahabat nabi yang doanya selalu dikabulkan oleh Allah."
"Ya! Poin seratus buat putri kecil Bunda." Sarah terkekeh, seraya mencubit gemas hidung mungil milik putrinya.
Wanita itu kemudian melanjutkan kisahnya, "Ayahnya bernama Zaid bin Amr bin Nufail. Seorang yang hanif pada masa jahiliah. Bersama tiga orang lainnya yakni, Waraqah bin Naufal, Abdullah bin Jahsy, Utsman bin al-Huwairits, mereka memulai petualangan ke segala penjuru negeri untuk mencari agama yang benar. Paman Ummul mukminin Khadijah ra., yakni Waraqah bin Naufal memilih memeluk agama Nasrani, sementara Abdullah bin Jahsy dan Utsman bin Huwairits masih melanjutkan pencarian, hingga akhirnya cahaya Islam datang.
Tinggal lah Zaid bin 'Amr yang terus mengembara sampai ke negeri Syam, hingga akhirnya dia berjumpa dengan seorang pendeta. Zaid menceritakan hal itu kepada pendeta tersebut. Sang pendeta pun berkata, ‘Sesungguhnya kamu sedang mencari agama yang sudah tidak ada. Oleh karena itu, pulanglah ke Makkah, karena sesungguhnya Allah akan mengutus kepada kalian orang yang memperbaharui agama Ibrahim itu. Pergilah, lalu percayalah dia dan ikutilah dia!’." Sarah menirukan suara yang sedikit memberat, lalu kembali melanjutkan kisahnya.
"Namun, ketika Zaid masih berada dalam perjalanan menuju Makkah, Rasulullah Saw. telah diutus sebagai Rasul. Saat itu Zaid belum mengetahui bahwa Rasulullah telah diutus. Sayangnya kematian telah lebih dulu menjemputnya sebelum dia menemui Islam. Dalam perjalanan, dia dibunuh oleh orang-orang Arab Badui.
Saat menjelang hembusan napas terakhirnya, Zaid berdoa, “Ya Allah, jika Engkau menghalangi kebaikan dari diriku, janganlah Engkau halangi kebaikan dari Sa'id anakku."
Arum yang masih kecil hanya dapat tertegun, menyimak setiap ucapan sang Bunda.
Sarah tersenyum lembut. "Doa Zaid masih terus menggantung di antara langit dan bumi. Hingga akhirnya putranya, Said bin Zaid ra. menjadi salah satu orang yang pertama-tama memeluk Islam, di saat cahaya agama kebenaran itu mulai menyinari kota Mekkah. Beliau bersyahadat bersama istrinya, Fatimah binti Khattab, adik perempuan Amirul mukminin Umar bin Khattab ra. Bahkan Said merupakan salah satu nama dari sepuluh sahabat nabi yang sudah dijamin masuk surga."
"Anakku, sekarang apa yang bisa diambil dari kisah ini?" Diakhir kata Sarah memang sering memberikan kuis kepada putrinya.
"Allah Maha mendengar dan mengabulkan doa," balas Arum tanpa ragu.
"Benar sekali!"
Arum tersenyum lebar.
Sarah berpikir bagaimana putrinya dapat begitu mudah mencerna setiap ucapannya?
"Kisah ini merupakan salah satu bukti adanya kekuatan dibalik doa," pungkas Sarah kembali tersenyum, mengelus pucuk kepala putrinya lembut.
Karena senjata orang mukmin itu adalah .... doa.
•••
Sejak pulang beberapa hari yang lalu gadis itu terus saja mengurung diri, dan sulit diajak berbicara. Tampaknya ia benar-benar mengalami trauma.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, Danton! (End)
Novela JuvenilPertemuan awal dengan seorang Komandan Pleton baru pasukan pengamanan perbatasan itu cukup memberikan kesan buruk bagi Arum. Letnan Zyan Athalla Hasanain, pria egois, mau menang sendiri. Serta kelewat narsis bahkan di tahap overdosis. "Saya rasa te...