36 || Tiga Enam

138 10 2
                                    

|| T I G A  E N A M ||

🍂𝑫𝒆𝒄𝒂𝒍𝒄𝒐𝒎𝒂𝒏𝒊𝒂🍂

Pip!

Pip!

Pip!

Itu merupakan bunyi tombol bertuliskan angka-angka di pintu apartment Jung Kook ketika Yoora menekannya dengan angka tanggal lahirnya sendiri. Sedetik kemudian wanita cantik itu berhasil membuka pintu dan melangkah ke dalam.
Jendela luas dengan pemandangan gedung pencakar langit menyambut kedatangan Yoora di apartment Jung Kook. Sepertinya pria itu sudah bangun terbukti dengan beberapa tirai dari jendela apartment yang sudah terbuka, cahaya matahari menelusup melewati kaca-kaca raksasa tersebut, membuat suasana apartment Jung Kook begitu hidup dan nyaman.

Yoora meletakkan satu buket bunga matahari yang sengaja ia beli saat perjalanan kemari dalam sebuah vas kaca. Kemudian meletakkannya di meja kecil tepat di samping sofa paling sudut. Perfect. Yoora tersenyum puas menatap interior ruang tamu apartment Jung Kook yang semakin berwarna karena kehadiran bunga matahari tersebut.

Jangan heran mengapa ia bisa dengan mudah masuk ke apartment pria tampan itu, tentu saja Jung Kook sudah memberitahu kode pintu apartmentnya pada Yoora, yang sejujurnya ialah tanggal lahir wanita itu sendiri. Yoora melangkah menuju ruang tengah untuk mencari keberadaan Jung Kook namun kosong, tidak ada tanda-tanda pria itu disana sehingga ia memutuskan untuk mencarinya di kamar, barangkali Jung Kook masih di dalam kamarnya saat ini.

"Jung Kook-ssi."

Hening. Yoora memutuskan menutup pintu dan berbalik untuk menuju ruang studio, barangkali Jung Kook sedang berada disana atau jangan-jangan pria itu sedang keluar untuk berbelanja bahan makanan? "Jung Kook-ssi, eodie issnayo?" Jung Kook mendongak ketika Yoora muncul di balik pintu studionya. Wanita itu mengerjap perlahan masih dengan posisi berada di ambang pintu, masih dalam posisi yang sama Jung Kook menatap Yoora kemudian tersenyum lebar memamerkan gigi kelincinya.

"Noona, wae?"

"Kau mirip teman Youngi jika seperti ini." Pria itu tertawa cukup keras mendengar ucapan Yoora. "Aku hanya ingin berpenampilan baru, bagaimana menurut noona? Apa aku seperti Jung Kook 'mu belasan tahun lalu?" Pria itu meninggalkan kursi malasnya lalu mendekati Yoora, mengikis jarak di antara mereka sembari menatap lekat-lekat wajah cantik itu.

"Haishh."

Jung Kook semakin tertawa ketika Yoora justru memukul dadanya dengan tinjuan yang tak berarti, Jung Kook dengan perlahan mengelus surai kecokelatan milik Yoora yang pagi ini di cepol tinggi-tinggi, Yoora seolah membeku di tempatnya. Ini bukan kali pertama Jung Kook memberikan perhatian lewat sentuhan padanya, tapi tetap saja ia merasa ini aneh dan lucu ketika ada pria yang lebih muda darinya bisa bersikap sedemikian.

Jung Kook baru saja memangkas rambutnya yang sudah lama ia biarkan memanjang, saat ini Jung Kook mengenakan t-shirt putih lengan pendek yang memamerkan tatto di lengan kanannya. Yoora menatap lamat pria itu, barangkali belasan tahun lalu Jung Kook belum setinggi ini tapi bahkan sekarang ia harus mendongak untuk menemukan iris mata Jung Kook yang berbinar menatapnya. Yoora tahu ada begitu banyak cinta di mata pria itu untuknya, membuat hatinya tiba-tiba tercubit karena selalu menyakiti perasaan Jung Kook selama ini.

Yoora menarik jemarinya untuk mengacak rambut hitam Jung Kook.

"Ayo, pergi sarapan!"
Yoora memilih segera berbalik melenggang pergi tanpa menghiraukan teriakan Jung Kook, ia tidak ingin mereka terbawa suasana dan berakhir seperti beberapa waktu yang lalu ketika Jung Kook menciumnya. Yoora menggeleng perlahan mengingat hari itu. Hari ini adalah sidang terakhir Jimin dan Yoora di langsungkan, beberapa waktu yang lalu tepat usai kejadian penembakan malam itu, Jimin benar-benar kalah telak dalam persidangan karena pengacara Moon menyerahkan bukti perselingkuhannya.

𝑫𝑬𝑪𝑨𝑳𝑪𝑶𝑴𝑨𝑵𝑰𝑨 (Jeon JK BTS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang