52 || Lima Dua

94 10 6
                                    

|| L I M A D U A ||

🍂𝑫𝒆𝒄𝒂𝒍𝒄𝒐𝒎𝒂𝒏𝒊𝒂🍂

"Mami koma, pi. Mami rupanya selama ini sedang sakit."

"Sayang, apa maksudmu? Mami sakit apa?

"Mami mungkin tidak bisa sembuh, pi. Aku takut sekali aku takut kehilangan mami."

🍂𝑫𝒆𝒄𝒂𝒍𝒄𝒐𝒎𝒂𝒏𝒊𝒂🍂

Hari itu juga Jimin segera melakukan penerbangan dari bandara Brandenburg, Berlin langsung menuju ke Incheon, Seoul. Selama itu pula So Young terus saja menangis dan menangis tiada henti, sebagai ayah tentu saja Jimin merasa sangat khawatir apalagi saat putrinya mengatakan jika sang mantan istri kini sedang mengalami koma. Bukankah terakhir kali yang ia dengar adalah keluarga itu baru saja bersuka cita atas kelahiran putra mereka? Jimin masih bingung dengan hal ini.

Setelah sembilan jam lebih berada di udara Jimin akhirnya tiba di Seoul dan langsung menuju ke rumah sakit.

So Young dan Young Soo segera menyambutnya kini ketiganya berpelukan di depan kamar tempat Yoora di rawat, Jimin sendiri bahkan tidak sempat beristirahat sama sekali selama di pesawat pun ia tidak bisa tidur barang sebentar saja. "Papi sudah makan? Papi makan dulu, ya? Atau kita pulang ke apartment saja dulu?" Jimin menggeleng kecil menolak ajakan putranya.

"Daddy kalian ada di dalam? Bersama mami?" Keduanya mengangguk serempak.

Jimin melangkah gontai sembari menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, ini akan menjadi momen pertama baginya bertemu dengan Jung Kook setelah lebih dari tiga tahun lamanya. Ia memberanikan diri menyentuh knop pintu lalu mendorong pintu berwarna kuning gading itu setelah mendapatkan respon dari dalam. Keduanya termangu di tempat masing-masing ketika iris mereka bertubrukan, sama sekali tidak menyangka jika keduanya akan bertemu lagi di momen yang sangat berbeda seperti saat ini. Jung Kook yang lebih dulu beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan ke arah Jimin dan menubruk hyungnya itu di iringi pelukan.

Selama ini Jung Kook sempat mencoba menghubunginya namun Jimin selalu sukses menghindar, Jimin menggerakkan tangannya ragu-ragu kemudian membalas pelukan itu sembari menepuk punggung Jung Kook beberapa kali.

"Bahumu sudah sembuh?"

"Sudah, hyung."

Keduanya melepas pelukan di iringi tatapan haru di wajah masing-masing, jujur saja Jung Kook merasa senang ketika melihat kehadiran hyungnya satu ini, bagaimanapun juga Jimin merupakan hyung yang sangat dekat dengan dirinya di masa lalu. Tatapan Jimin beralih pada Yoora yang masih setia memejamkan mata, berbagai selang dan alat terpasang di tubuhnya dan itu sukses membuat seorang Park Jimin merasakan nyeri di sudut hatinya.

Ini sudah hari ke sepuluh dan mereka belum mendapatkan pendonor sama sekali, tempo hari Jung Kook sempat mengajukan diri pada dokter Cha namun setelah melalui beberapa tahap pemeriksaan tidak di temukan kecocokan disana. Pendonor hati itu sendiri bisa di dapatkan dari orang yang sudah meninggal maupun orang yang masih hidup, tetap dengan catatan jika memiliki kecocokan hampir 99 persen barulah cangkok hati bisa di lakukan. Sayang sekali sampai hari ini mereka belum menemukan hati yang cocok yang akan di cangkok pada Yoora. Satu jam kemudian Jimin tampak keluar dari kamar tersebut, si kembar mendongak kemudian meminta sang ayah untuk duduk di antara mereka.

𝑫𝑬𝑪𝑨𝑳𝑪𝑶𝑴𝑨𝑵𝑰𝑨 (Jeon JK BTS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang