Ceklek.
"Larut sekali?"
"Hehe, ada sedikit insiden, Dad." Jasper, sebagai anak paling tua menjawab seadanya. Segera berjalan cepat menuju dapur karena sungguh, ia haus sekali.
"Sekolah kalian ada kendala?" Sehun, duduk santai pada kursi tamu di depan dua anak kembarnya. Menyeruput tenang teh malamnya dengan kaki yang bersilang santai.
Yeji dan Hyunjin langsung memberikan kedua jempol mereka sebagai respon paling masuk akal. "Sejauh ini tidak ada masalah." Yeji dan Hyunjin mengangguk kompak agar lebih meyakinkan.
Memaki dari dalam hati, Yeji tersenyum sedih. Dikatakan lancar tidak juga, dikatakan ada masalah tidak terlalu besar juga. Bagaimana Yeji harus mengadukan ini?
Tap... tap... tap...
"Dad, nilai matematika mereka menyedihkan. Selain itu nilai kimia mereka juga butuh perhatian pemerintah." Olok Jasper seraya berjalan mendekat pada ayahnya. Menggeleng prihatin dengan hasil ujian yang masih sangat tercetak jelas pada kepalanya.
"Kau melihat nilai mereka?" Tanya Sehun. Kenapa Sehun tidak tahu soal ini?
"Ya, aku menjemput mereka di sekolah tadi. Dan kebetulan nilai ujian mereka baru dibagikan juga." Jasper tersenyum lebar mewakili dua adiknya. Tak apa, Jasper tahu bahwa dia anak baik.
"Sama-sama." Bisik Jasper, berlalu menaiki anak tangga untuk segera masuk ke dalam kamarnya. Jasper butuh kasur, Ya Tuhan. Lelah sekali.
"Bisa daddy lihat hasil ujiannya?" Mengulurkan tangannya, Sehun menatap kedua mata anaknya. Ini bukan pemaksaan, jika mereka tidak suka tak apa. Tidak akan Sehun paksa.
Hyunjin dan Yeji langsung menghela nafas merasa bersalah. Mereka benar-benar mengecewakan kali ini.
Sret.
Memperhatikan dua kertas dengan masing-masing nama Oh Yeji dan Oh Hyunjin ini, Sehun mengangguk paham. Tidak terlalu buruk sebenarnya, hanya sedikit di bawah standar saja.
"Kalian ingin kelas tambahan?" Tanya Sehun. Meletakan dua kertas itu di atas meja dan kembali fokus pada dua anaknya yang masih menunduk ini. Sehun jadi mempertanyakan apa wajahnya menyeramkan saat ini. Sehun rasa tidak.
Saling lirik, Hyunjin tidak tahu harus menjawab apa. Jika Hyunjin katakan ia tak butuh, Hyunjin sendiri juga ragu dengan kapasitas otaknya yang dibagi dua dengan otak Yeji ini. Jika Hyunjin jawab ia butuh, akan tetapi jika hasilnya nanti sama saja bagaimana? Sia-sia saja uang ayahnya nanti.
"Guys?" Menarik kembali perhatian anaknya, Sehun hanya butuh jawaban iya atau tidak saja sebenarnya.
"Menurut daddy?" Yeji bertanya dengan perasaan takut. Jantungnya sudah turun hingga ke perut ini.
Tertawa pelan, Sehun menatap dua anaknya yang masih remaja ini. Sungguh, Sehun merasa mereka benar-benar lucu. "Dengar, Jagoan. Yang tahu kapasitas kalian, tentu kalian sendiri. Jika kalian bertanya pada daddy, tolak ukur apa yang harus daddy gunakan?" Tanya Sehun.
"Hasil ujian kami?" Jawab Hyunjin pelan.
"Kertas ini?" Tunjuk Sehun.
Kompak, Yeji dan Hyunjin langsung mengangguk bersamaan. Jika bukan itu apa lagi?
"Nilai kalian yang kurang bagus hanya dua ini. Selebihnya baik-baik saja. Jadi bagaimana bisa daddy mengatakan bahwa kalian buruk dalam segala pelajaran?" Sehun mengulum senyum. Tidak munafik bahwa standar kepintaran ada pada ilmu eksak seperti ini, akan tetapi Sehun juga tidak ingin menutup mata untuk hal lainnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/342092238-288-k715531.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Hope
FanfictionSuzy tak pernah meminta lebih akan sesuatu dalam hidupnya. Menapaki jalan yang sudah disiapkan oleh dua sosok yang selalu ia panggil dengan sebutan mama dan papa. Menjalani sisa hidupnya dengan semua rasa bersalah yang sudah ia pendam selama bertahu...