Ch. 65

158 37 0
                                    

Sesampainya di rumah, Jasper tidak membahas apapun kepada Sehun. Hanya langsung duduk dan merampas keripik kentang milik Hyunjin lalu memeluk Yeji dengan sangat erat.

Benar-benar erat.

Haowen? Melihat tingkah Jasper yang seperti badut pembunuh itu, ia langsung berlari pergi naik ke atas pangkuan Sehun. Bisa remuk semua tulangnya jika Jasper memeluknya seperti itu.

Mengerikan.

"Bagaimana pertemuannya? Lancar?" Tanya Sehun, ia sudah beralih dari pakaian kerja menjadi pakaian tidur, rambut yang setengah basah dengan tetesan air yang masih berjatuhan dari dagu yang seperti segitiga lancip itu.

Suzy mengangguk mengiyakan, walau ia tahu juga sebenarnya menurut Jasper ini hanyalah seperti ajang tarik urat saja.

"Dad, lain kali undang grandma dan grandpa saja untuk makan malam di sini." Jasper berujar santai walau sudut dahinya sudah berkerut karena kesal.

"Oh? Bisa saja. Halaman kita juga luas, tapi kenapa begitu?" Sehun tidak masalah, apapun yang menurut anaknya bagus pasti akan Sehun lakukan. Selagi semuanya masih normal.

"Si kembar dan Haowen kan belum bertemu mereka." Balasan Jasper memang terdengar masuk akal. Jasper bertemu mereka juga karena kebetulan Sehun yang tidak bisa hadir saja tadi. Jika Sehun bisa, Jasper juga pastinya tidak akan tahu bagaimana bentukan orang tua Suzy.

"Kita bisa reservasi restoran?" Sehun masih belum menemukan alasan yang tepat untuk balasan Jasper. Pasti sudah terjadi yang iya-iya tadinya ini.

"Makan kami banyak, tidak akan cukup."

Terdiam, Sehun membenarkan jawaban si sulung. Makan mereka semua jika ditotalkan ya tidak cocok untuk porsi restoran. Bukan karena biaya yang mahal, Sehun tidak begitu peduli dengan uang. Hanya saja pasti mereka akan merasa makananannya menggantung.

Kalian pasti paham bukan?

"Boleh saja."

**

Suzy masuk ke dalam selimut. Berbaring tenang dengan mata yang menatap langit-langit kamar. Apa ia harus menceritakan masalah tadi kepada Sehun?

"Sehun." Panggil Suzy.

"Kenapa sejauh itu?" Sehun yang baru sadar langsung memprotes jarak mereka berdua yang tidak masuk akal. Biasanya juga mereka menempel kuat seperti lem dan perangko.

"Aku ingin bercerita." Suzy menghadapkan tubuhnya kepada Sehun. Menatap dalam pria di depannya yang sudah merentangkan kedua tangannya.

"Ke sini dan aku akan mendengarkan semua ceritamu."

Mengangguk, Suzy beringkut pelan mendekati Sehun. Masuk ke dalam pelukan hangat pria itu dan menghela nafas lelah. Satu tangan Suzy melingkar di pinggang Sehun dan satu lagi ia gunakan untuk menahan kepalanya.

"Ada apa? Sesuatu yang buruk terjadi?" Tanya Sehun. Mengusap punggung Suzy dan tersenyum tenang.

"

Bukan aku, tapi Jasper." Bagaimanapun juga Suzy harus menceritakan apa yang terjadi tadi, ini bukan hanya berkaitan dengan dirinya sendiri. Tapi ada orang lain juga yang mana dalam hal ini adalah Jasper, anak Oh sehun.

Alis Sehun terangkat tipis. "Jasper? Kenapa? Dia salah makan? Terluka?" Sehun lihat anaknya baik-baik saja tadi. Hal buruk apa yang terjadi pada si sulung? Jasper juga tidak ada pantangan makan atau minuman. Semuanya bisa Jasper masukan ke dalam perutnya.

"Tadi ada Jinyoung juga. Dan Jasper sedikit bertengkar, bukan fisik, tapi hanya kata-kata." Suzy mulai menjelaskan. Sejujurnya Suzy merasa tak enak, tapi mau bagaimana lagi?

"Tapi kata-kata Jinyoung sudah keterlaluan, Jasper tersinggung. Aku minta maaf." Suzy menatap sehun. Jika seandainya Sehun merasa tersinggung dan tidak terima, Suzy bisa menerimanya. Hal yang wajar, siapa juga yang akan terima saat seseorang berbicara buruk tentangmu?

"Memang apa yang dia katakan?" Sehun penasaran, ia rasa ia tidak pernah bertemu Jinyoung ini. Hal apa yang membuat saudara Suzy ini mengatakan hal yang tidak-tidak mengenai dirinya? Ada masalah pribadi kah?

Suzy mulai menjelaskan semuanya. Tentang bagaimana respon kedua orang tuanya mengenai Jasper. Tentang makan malam mereka yang berjalan lancar sebelum kedatangan Jasper dan apa yang Jinyoung katakan pada Jasper.

"Jinyoung mengatakan bahwa kau tidak mendidik anak-anakmu dengan baik dan hal-hal buruk lainnya. Aku benar-benar minta maaf." Suzy merasa begitu buruk. Ini semua perkataan Jinyoung dan Suzy merasa bertanggung jawab untuk perkataan tidak berdasar saudaranya itu.

"Well, tidak sepenuhnya salah memang." Sehun menyetujui apa yang baru saja Suzy katakan. Ia memang belum mendidik anak-anaknya dengan baik sepertinya.

Mendengar respon Sehun yang seperti itu membuat Suzy kalang kabut, memeluk erat leher Sehun seraya menggeleng ribut. Suzy tidak setuju. "Jinyoung hanya asal bicara, kau tidak seperti itu." Sanggah Suzy. Suzy melihat sendiri bagaimana Sehun menangani anak-anaknya. Bagaimana bisa pria ini tidak mengajari mereka dengan baik?

"Ya... aku membiarkan mereka mengatakan apa yang ingin mereka katakan sekali pun itu kasar. Aku membebaskan mereka melakukan apapun yang mereka inginkan. Dan, sepertinya banyak lagi. Aku lupa." Sehun mengendikan bahunya tak peduli. Mereka memang bebas ingin mengatakan apapun yang ingin mereka katakan, jika bukan atas ijin Sehun atas ijin siapa lagi?

Menangkup kedua pipi Sehun. Suzy memaksa pria itu untuk menatapnya. "Kau tidak seperti itu, kau sudah melakukan yang terbaik. Buktinya mereka bertanggung jawab."

Sehun tertawa puas. Mengangguk mengiyakan karena mau Sehun balas bagaimanapun juga Suzy tidak ingin menerima bantahan apapun. "Iya, ayo kita akhiri ini dan tidur."

"Aku minta maaf ya." Pinta Suzy sekali lagi. Selama seminggu berikut ini Suzy akan terus mengulang-ulang perkataan yang sama pastinya.

"Bukan salahmu, tidak perlu minta maaf. Jangan dipikirkan lagi."

**

"Swiper jangan mencuri. Swiper jangan mencuri."

"Swiper kepalamu!" Hardik Sehun. Tenggorokannya gatal dan berniat untuk mengambil minuman di dapur. Siapa sangka bocah monyet ini malah ikut turun dan mengatai dirinya sebagai pencuri.

Jasper berlalu santai mengambil sekaleng soda, menenggak minuman itu dan bersandar nyaman pada meja makan.

"Apa itu? Kau minum soda tengah malam seperti ini?" Sehun tidak mengerti dengan jalan pikiran anak sulungnya ini. Cari mati memang.

"Apa yang salah dengan itu? Sebagian manusia juga beraktifitas saat tengah malam." Jasper tak mau kalah. Pasti kehabisan topik pria tua ini, maka dari itu ia menanyakan hal tidak berguna seperti tadi.

"Kotor sekali kepalamu itu. Ayo aku bersihkan dengan pemutih." Ajak Sehun.

"Otak siapa yang kotor ini? Aku yakin kepalamu membayangkan urusan ranjang bukan? Sudah tua bangka, mesum lagi." Sinis Jasper. Mengambil satu bangku dan duduk tenang di atasnya.

"Benar, jika tidak seperti itu bagaimana bisa Haowen tercipta di dunia ini." Sehun tidak mengelak. Mereka sudah sama-sama tahu dan sudah sama-sama dewasa. Paham saja.

"Kenapa kau belum naik?" Sehun baru sadar anaknya ini masih betah berdiam diri di sana. Sehun pikir sudah naik kembali ke kamar dia.

"Aku ingin bicara." Ujar Jasper. Meremat pelan kaleng sodanya yang masih terisi setengah. Sejujurnya Jasper bukan tidak bisa tidur, ia hanya menunggu Sehun turun dan ia akan menyusul. Anggap saja kebetulan agar Jasper tidak terlalu malu.

"Aduh, de javu."



Hidup budak koorparat!

Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang