Ch. 61

143 22 5
                                    

Irene langsung memeluk Haowen dengan erat, senyum lebar penuh kebahagiaan terukir jelas di wajah Irene.

"Anak mommy bagaimana? Baik-baik saja?" Mencubit gemas pipi Haowen tanpa mempedulikan sapaan dari tiga anak angkat Sehun. Tidak ada lagi yang harus ia sembunyikan bukan? Sehun juga sudah tahu bahwa ia tidak pernah menyukai tiga anak yang asal-usulnya tidak jelas ini.

Haowen mengangguk senang, balas memeluk erat leher Irene yang tertawa gemas karena tingkah si bungsu. Sudah lama sekali Haowen tidak bertemu dengan ibu kandungnya ini.

Melihat tidak ada respon baik dari Irene, membuat Jasper mengulum bibirnya. Mengajak si kembar untuk kembali menemui Suzy yang sedari awal juga sudah mengatakan untuk kembali padanya bukan? Lebih baik bersama Suzy saat ini.

"Katakan pada mommy kalian, daddy akan menyusul sebentar lagi." Tidak ada respon yang berarti, Sehun cukup paham dengan alasan kenapa tiga anaknya tidak nyaman di sini. Irene sama sekali tidak berubah.

"Ada perlu apa kau meminta padaku untuk bertemu?" Sehun sudah malas basa-basi. Banyak yang harus ia jelaskan pada Suzy dan pada anak-anak setelah ini.

"Hanya merindukanmu dan Haowen." Balasan simpel Irene sukses membuat Sehun sedikit naik darah tentu saja. Hanya Haowen?

Sehun sadar, sedari awal Jasper, Hyunjin, dan Yeji memang hanya menjadi anaknya saja. Apa lagi yang harus Sehun herankan?

"Jika tidak ada yang ingin kau katakan lagi aku akan segera pergi. Kekasihku sedang menunggu." Sehun merapikan sedikit kemeja yang tengah ia kenakan, membersihkan noda-noda yang bisa saja tertinggal karena ia duduk bersama Irene.

"Haowen, ingin ikut daddy?" Mengulurkan tangannya, Sehun menunggu Haowen dengan tenang, tidak memaksa dan tidak mendesak pria kecilnya ini.

"Kita akan memilih baju untuk mommy?" Suara Haowen berseru senang, membayangkan Suzy dengan gaun tokoh fiksinya membuat hati Haowen berbunga-bunga.

Irene yang masih di sana terlihat tidak terima, bagaimana bisa Haowen memanggil orang lain dengan sebutan yang sama seperti dirinya?

"Tentu, kita juga akan memilih baju untuk Yeji noona." Sehun sengaja menekankan nama Yeji agar Irene sadar, selamanya Sehun akan terus menganggap si kembar dan Jasper sebagai anaknya juga.

"Yeay! Otaay." Beralih untuk naik kegendongan Sehun, Haowen melambai senang. Haowen pikir mungkin ia masih bisa bertemu Irene lain kali.

"Kau bisa menghubungi Suho untuk mengatur waktu jika ingin bertemu dengan anak-anak." Berbalik, Sehun membawa serta Haowen bersamanya.

"Kenapa? Kenapa kau menggunakan panggilan yang sama untuk wanita itu?" Irene tidak terima, ia yang bersusah payah melahirkan dan merawat Haowen, kenapa wanita yang hanya tau jadinya itu juga mendapatkan panggilan yang sama?

"Itu tidak adil." Sinis Irene

Menurunkan Haowen, Sehun tidak ingin anaknya ini terkontaminasi dengan kata-kata kasar yang bisa saja keluar saat ia dan Irene sama-sama emosi nantinya. "Ayo, susul mommy, daddy akan segera ke sana sebentar lagi. Tolong sampaikan pada mommy, okay?"

"Okaay."

Setelah memastikan Haowen pergi dengan langkah girangkan, Sehun berbalik santai. "Oh, Sayang. Tidak ada yang adil di bumi ini. Kau pikir kau juga bertingkah adil pada anak-anakku? Tidak. Jangan merasa menjadi manusia paling tersakiti." Sinis Sehun. Ingin sekali rasanya Sehun hantam wanita jahanam satu ini.

"Jika tujuanmu hari ini hanya untuk membuatku ingin kembali padamu, telan bulat-bulat saja harapanmu itu. Aku sudah menemukan wanita yang jauh lebih baik dalam memperlakukan aku dan anak-anakku. Aku tidak pernah melarangmu bertemu dengan anak-anak dan jangan sampai karena tingkahmu membuatku melakukan itu." Peringat Sehun.

Berlalu tanpa ingin peduli lagi dengan kehadiran Irene di sana. Mengacaukan suasana saja wanita sialan ini.

"Pasti merajuk anak-anakku ini."

**

Bibir Jasper melengkung sedih saat melihat punggung Suzy yang duduk tenang menunggu mereka kembali. Jasper merasa sedih sekali walau sejujurnya ia juga hanya pergi sebentar untuk memberi salam.

"Mommy." Jasper langsung duduk di sisi kanan Suzy dan menghambur masuk ke dalam pelukan wanita itu. Suzy yang ditinggal, tapi Jasper yang seperti akan menangis kencang.

"Sudah selesai?" Tanya Suzy. Mengusap kepala Jasper yang hanya mengangguk tanpa semangat. Sama persis seperti si kembar yang langsung layu bagai tanaman tanpa air.

"Hanya memberi salam lalu kembali lagi. Kenapa harus berlama-lama di sana?" Gumam Hyunjin. Hilang sudah semangat empat limanya.

"Tidak apa, masih ingin ice cream?" Tawar Suzy, ia memang sengaja belum memesan karena menunggu tiga remaja dan satu batita itu kembali. Tapi Suzy tidak berpikir akan secepat ini.

Sontak, gelengan serempak langsung Suzy dapatkan. Si kembar hanya menatap lesu padanya dan Jasper yang hanya menghela nafas lelah. "Kami kehilangan tenaga, hanya butuh pelukan."

Suzy paham, pasti energi anak-anaknya ini sudah habis terpakai karena interaksi satu arah yang mereka lakukan. Suzy kasihan.

"Tidak mau ice cream?" Tanya Suzy sekali lagi, memastikan bahwa benar tiga anak monyet Sehun ini sungguhan sudah tidak berselera lagi.

"MAU!"

Alis Suzy berkerut tipis. Mengangguk santai dan menyerahkan buku menu kepada anak-anak. "Silakan."

Cup.

Suzy langsung mendongak saat merasakan satu kecupan manis melayang di atas ubun-ubunnya. Masih dengan Jasper yang berdiam diri seraya memeluk Suzy, Suzy menatap Sehun tidak mengerti.

"Maafkan aku." Bisik Sehun.

"Tidak!" Hyunjin dan Yeji menjawab lantang. Merengut kesal kearah Sehun yang menghela nafas pelan. Sehun juga paham bahwa itu adalah salahnya, jadi ya sudah.

"Kenapa seperti itu?" Sehun bertanya tak paham. Mengecup masing-masing dahi Hyunjin dan Yeji secara bergantian, lalu terakhir melayangkan satu kecupan serupa pada Jasper.

"Kenapa seperti itu?" Ulang Yeji. Tatapan sinis penuh rasa tidak percaya melayang menusuk jantung Sehun.

"Jahat." Bisik Yeji. Mengabaikan Sehun yang sudah duduk di sisi kanan Suzy dan masih mengecup sayang puncak kepala gadisnya.

"Daddy tidak bermaksud merahasiakan apapun, sungguh. Maafkan daddy, hmm." Sehun mengulurkan tangannya dan dengan berat hati disambut oleh Hyunjin dan Yeji. Jasper? Masih tenang dia dalam pelukan Suzy.

"Daddy tidak akan kembali padanya lagi." Sehun meyakinkan. Ia tahu ketakutan apa yang tengah anak-anaknya ini pikirkan.

"Daddy seharusnya meminta maaf kepada mommy. Mommy pasti sedih." Hyunjin tidak terima dengan apa yang baru saya ibunya itu rasakan. Bayangkan calon suamimu mengatur janji temu bersama mantan istrinya. Suzy yang digitukan, Hyunjin yang merasa ditinggalkan.

"Tidak apa, aku baik-baik saja. Wajar jika daddy kalian kembali bertemu dengan mommy kalian. Mungkin ada urusan yang harus diselesaikan." Suzy tak masalah, mungkin Sehun akan menjelaskan kepadanya nanti atau lusa. Suzy bisa menunggu. Dan juga itu hak Sehun untuk bertemu dengan siapapun yang ia mau.

Jasper semakin meluruhkan diri ke dalam pelukan Sehun.

"Sudah, sudah. Kita sudah berencana untuk bersenang-senang hari ini. Aura kalian akan tertutup jika kalian sedih seperti ini. Daddy kalian juga pasti ada alasan sendiri. Kalian juga sudah dewasa bukan? Ayo, tidak boleh seperti itu ya." Suzy menggenggam tangan Sehun, memberi tahu Sehun bahwa ia tidak apa-apa.

"Terima kasih."

Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang