Ch. 23

198 43 2
                                    

Hyunjin menoleh pelan ke arah anak tangga, mulai memikirkan hal yang tidak-tidak. Bagaimana jika ada hantu di rumah mereka? Tapi itu tidak mungkin, jika memang hantu harusnya semua orang sudah menjerit kaget karena takut.

"Eh?" Hyunjin tidak mengerti, menatap Yeji yang masih termenung dengan tatapan kosongnya. "Itu orang bukan?" Bisik Hyunjin.

"Sepertinya, kakinya menyentuh anak tangga. Bukan melayang." Mengangguk yakin, Yeji tidak akan percaya dengan hal-hal mistis seperti itu. Sungguh.

Menghela nafas, Sehun langsung menoleh pada anak tangga dan menggerakan tangannya. Memberikan isyarat pada Suzy agar gadis itu mendekat padanya. "Kenapa hanya berdiri di sana?" Tanya Sehun.

"ORANG SUNGGUHAN?!" Hyunjin menjerit tertahan. Berlari kencang mendekati Suzy untuk membantu gadis itu melangkah dengan hati-hati.

"Mommy, hati-hati. Lantainya licin." Menggandeng Suzy dengan mata berbinar-binar, Hyunjin langsung mendudukan Suzy di sebelah Sehun. Menggusur Jasper yang dengan suka rela memberikan kursinya dengan senyum sumringah.

Sehun hanya menggeleng pelan, membiarkan anak-anaknya melakukan apapun yang mereka mau. Haowen juga sedang dalam mode kalem sekarang, beringsut dari pangkuan Sehun untuk segera duduk di pangkuan Suzy. "Mommy." Bisik Haowen.

Melirik pada jam dinding tak jauh dari posisinya, Sehun mencolek lengan Hyunjin yang kembali duduk dengan setoples makanan ringannya. "Makan malam sudah siap belum?" Tanya Sehun.

Berdiri dengan semangat empat puluh lima, Yeji langsung berlari kencang menuju dapur. "Biar aku lihat, kita makan di sana saja ya, Dad. Sekalian movie time."

Menghela nafas, Sehun ingin protes sungguh, akan tetapi semua orang menatapnya dengan mata memelas minta persetujuan. Bagaimana bisa Sehun menolaknya begitu saja?

"Kita ada tamu di sini, bagaimana bisa kalian menyajikan makanan di atas karpet atau meja kecil?" Tanya Sehun lelah.

"Aku akan langsung pulang saja, Presdir. Sudah malam, kalian bisa melanjutkan makan malamnya." Suzy menolak tak enak hati. Ia bukan siapa-siapa dan bagaimana bisa ia ikut makan malam dengan keluarga bahagia ini?

"Justru karena sudah malam itu, menginap saja. Tidur di kamar berdua saja, Mom." Yeji berteriak nyaring dari dapur. Tidak akan ia menyia-nyiakan kesempatan emas ini.

"Kamarmu berantakan." Timpal Sehun.

"Kamar Haowen thaja."

"Kamarmu apa lagi. Semua mainan pasti belum dibereskan." Lagi, Sehun mematahkan semangat anaknya. Ide gila saja itu.

"Akan aku bersihkan! Menginap saja, Mom." Yeji tak mau menyerah, enak saja. Entah kapan lagi Bae Suzy akan bersedia menginap di sini, jangankan menginap. Entah kapan Bae Suzy bersedia menginjakan kaki ke rumah mereka lagi.

Jasper hanya menggeleng pelan, beranjak dari duduknya dan berjalan menuju dapur untuk membantu Yeji membawa makanan. Makin dibiarkan makin lama dua orang ini ributnya.

"Ayo, ayo, jangan berteman. Bertengkar saja."

**

"Ah aku lelah berbicara dengan manusia berponi sialan ini. Sudah hampir habis suaraku berteriak bahwa rubahnya ada di belakang gubuk, dia tetap saja bertanya." Sinis Hyunjin. Menyuap sesendok besar nasi ke dalam mulutnya untuk meredam emosinya yang sudah membara.

"Kau saja yang tidak cerdas, sudah jelas itu ditujukan untuk anak-anak yang baru belajar bicara. Kau yang sebentar lagi akan menjadi kepala keluarga malah memilih untuk menonton ini." Sehun menimpali. Tangannya akan sesekali meletakan lauk ke atas piring Haowen yang tengah fokus menatap televisi di depannya.

Yeji dan Jasper menonton dentan tenang, sesekali akan menoleh dari televisi untuk melihat lauk apa lagi yang akan mereka ambil.

Ya, dengan segala macam bujukan dan juga Suzy yang tidak masalah harus makan di atas karpet, mereka akhirnya duduk rapi di depan televisi. Dengan Suzy dan Sehun di tengah tepat di depan sofa. Di kiri Suzy ada Jasper dan Yeji lalu di kanan Sehun ada Haowen dan Hyunjin.

Ditengah mereka semua ada semua makanan yang sudah Jasper angkut tadi bersama Yeji.

"Haowen, kenapa sayurnya tidak dimakan?" Suzy menatap pinggiran piring Haowen yang berjejer buncis dan juga labu.

"Tidak enak." Haowen mengalihkan matanya dari televisi untuk menatap Suzy. Mencicit pelan karena takut akan diamuk perihal jawabannya.

"Sudah Haowen coba?"

Gelengan Suzy dapatkan. Melirik Sehun sebentar sebelum meminta pria dewasa itu untuk menyingkir dari tempatnya. "Awas, Presdir." Usir Suzy.

"Pft." Jasper dan Yeji langsung tersedak tulang ikan. Mengalihkan mata saat Sehun dengan tatapan mautnya melirik mereka berdua.

"Thudah."

"Bohooong. Kau tidak pernah makan sayur ya." Hyunjin langsung berseru penuh semangat. Mengabaikan delikan Haowen yang sudah setengah mati ingin memaki dirinya.

"Jika aku buatkan, Haowen mau?" Tawar Suzy. Menyendok beberapa lauk beserta sayur ke atas sendoknya lalu mulai menyuapkan Haowen tanpa si kecil itu sadari.

"Boleh dicoba dulu." Haowen membuka mulutnya tanpa protes, menatap penuh kemenangan pada tiga saudaranya yang sudah mengiri di sana.

"Jadi daddy, dimana mommy akan tidur nanti?" Yeji menatap Sehun penuh senyum. Akan lebih baik jika di kamar Sehun, mana tahu cinta tumbuh dalam semalam ya kan.

"Aku pulang saja, tak masalah. Aku bisa naik taxi." Menyeka beberapa remah nasi pada sudut bibir Haowen. Suzy menolak sopan. Bagaimanapun dia akan tetap bekerja besok.

Menimbang-nimbang pilihan mana yang paling baik, Sehun menatap bergantian antara Suzy dan anaknya. "Menginap saja. Ada kamar tamu, tenang." Sehun berujar santai. Mengambil beberapa lauk untuk Hyunjin yang sudah kembali sibuk dengan tayangan televisinya.

"Tap-"

"YES!"

**

Merapikan semua peralatan makan mereka tadi, Suzy berjalan pelan menuju dapur. Membawa serta piring-piring kotor yang walau tidak banyak tetap saja membuat mata Suzy berbulu.

"Mom, biar aku yang cuci." Yeji langsung mengangkat tangan mengajukan diri. Berjalan mengikuti Suzy dengan langkah riang-gembira.

"Biasanya walau sudah di suruh dia tidak akan mau. Sekarang dengan inisiatif sendiri? Kemajuan pesat." Sinis Jasper. Memang pintar sekali mencari muka adiknya ini.

"Aku kupaskan buah!" Hyunjin juga langsung berjalan menuju dapur. Ia yakin Yeji memiliki rencana dan ia harus tahu itu rencana apa.

"Tak apa, kalian di depan saja." Suzy sudah mengikat tinggi rambutnya, mengusir Yeji untuk jauh-jauh dari dapur agar ia bisa mengerjakan ini sendirian.

"Mom, nanti kita ke ruang teater milik daddy ya. Kita nonton bagaimana?" Tak mengindahkan kata-kata Suzy, Yeji mulai memakai sarung tangan karet di kedua tangan lentiknya.

"Benar, kami punya stock film yang bagus. Kau tidak akan kecewa, Mom." Hyunjin mulai membuka lemari pendingin, mengambil beberapa apel dan pir untuk ia bawa ke atas meja makan.

Menggeleng pelan, Suzy beralih berdiri di belakang Yeji. Memperbaiki ikat rambut remaja itu agar terlihat lebih rapi. "Kalian harus tidur cepat. Kalian dalam masa pertumbuhan."

"Sebentar saja, Mommy." Yeji merengek dengan tangan yang tetap sibuk mencuci piring.

"Ya, ya, ya." Hyunjin juga tidak mau kalah. Walau terkesan agak memaksa, mereka tidak melakukannya secara terang-terangan bukan?

"Ya sudah, tidak boleh lebih dari jam sepuluh."

"Setuju!"






Doain aku ya gees

Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang