Ch. 15

244 48 4
                                    

"Aku rasa aku akan segera mendapat mommy baru." Jasper duduk bersandar pada kursi cafe. Bersidekap dada dengan mata yang memandang jauh pada jalan raya.

"Oh Sehun mempunyai kekasih? Kau yakin kekasihnya baik? Bagaimana jika dia sama saja dengan yang sebelumnya?" Xukun langsung mencerca Jasper dengan segala pertanyaan yang melintas ke otaknya. Keselamatan temannya ini harus Xukun pikirkan.

"Tidak, dia baik sejauh ini. Hanya saja dia bukan kekasih Oh Sehun." Senyum Jasper meluntur begitu saja. Bagaimana jika dia sudah nyaman dan ternyata mereka tidak ditakdirkan bersama?

Sialan, kenapa malah Jasper yang gundah-gulana saat ini?

"Bukan kekasih? Daddymu pernah one night stand?" Lucas langsung menunjuk Jasper dengan jemari kurusnya. Wah, panutan Jasper ternyata sesat juga. Astaga.

"Jika memang one night stand tidak mungkin aku akan mengatakan ini. Dan lagi selera daddyku tinggi, mana mau dia dengan jalang seperti itu." Sinis Jasper. Ayahnya memang brengsek terkadang, tetapi tidak akan sebrengsek itu juga.

"Lalu? Bagaimana bisa?" Xukun menengahi. Lelah dia sungguh, kenapa dia bisa berteman dengan dua manusia bodoh ini? Mudah sekali terdistraksi mereka berdua ini.

"Dia sekretaris baru yang bertugas menggantikan Suho untuk kepindahan daddy. Dia lucu, tidak banyak bicara selama aku memantau beberapa hari ini. Aku tidak tahu daddy menyukainya atau tidak, begitu juga sebaliknya. Tapi aku ingin mereka bersama." Jelas Jasper. Dia sudah terlancur nyaman dengan Suzy yang dapat dijangkau matanya. Menggemaskan.

"Ajak keluar saja, jalan-jalan." Usul Xukun.

"Dalam urusan apa? Kenapa aku harus mengajak dia jalan-jalan?" Jasper takut ditebas oleh Siwon nantinya. Sudah jelas kakeknya itu sangat posesif terhadap para karyawannya. Apa lagi yang wanita.

"Kau dan adik-adikmu tentu saja, aku yakin mereka juga menyukai sekretaris baru itu bukan?" Xukun menopang dagunya dengan telapak tangan. Mereka berempat itu satu sel otak, mudah untuk menebaknya.

"Benar, aku akan menumbalkan Haowen saja nanti."

**

Mengusap hidungnya, Suzy mengambil beberapa helai tisu. Pasti sudah memerah ini, gatal sekali sungguh. Rasanya sebelah hidung Suzy tertutup karena cairan kental.

Perih.

"Bae Suzy? Kau yakin baik-baik saja?" Sehun tiba-tiba masuk begitu saja ke dalam ruangan Suzy. Bersidekap dada seraya memperhatikan gadis kecil ini.

"Aku tak apa, Presdir. Aku masih bisa bekerja besok." Suzy mengangguk santai, perihal ini saja mudah bagi Suzy.

"Jika kau pingsan jangan harap aku akan menggotongmu ya. Aku tinggalkan saja kau di tengah jalan." Sinis Sehun. Melangkah masuk lebih dalam, Sehun duduk di atas sofa yang langsung berhadapan dengan meja Suzy.

"Setidaknya jangan letakan aku di tengah jalan, Presdir. Letakan aku di sisi jalan akan lebih baik, terima kasih." Balas Suzy. Tersenyum manis karena raut tak terima Sehun yang seperti benar akan-akan menembak kepalanya.

Sama-sama terdiam, Sehun dengan pikirannya dan Suzy dengan pekerjaannya. Ingin meminta Sehun kembali ke ruangannya juga pasti tidak akan mempan. Pria itu akan menjawab angkuh karena ini adalah gedungnya.

"Bae Suzy." Panggil Sehun.

Mendongak dari layar ponselnya, Suzy menatap Sehun dengan tatapan penuh penasaran. "Ada apa, Presdir?"

"Apa kau sakit karena mengurus anak-anakku kemarin?" Tanya Sehun memastikan. Sedikit-banyak Sehun tentu merasa tidak enak. Belum lagi Suzy masih tergolong baru bergabung dengan perusahaannya.

Terdiam beberapa saat, Suzy mengerutkan dahinya menatap Sehun. Melipat tangannya di atas meja dengan mata yang tertuju sepenuhnya pada Sehun. "Tidak aku rasa, mungkin karena cuaca yang memang kurang bersahabat. Anak-anak Presdir juga tidak membuat masalah apapun. Mereka cukup tenang." Jelas Suzy.

Walau Yeji dan Hyunjin sedikit banyak bicara, Suzy masih bisa mengimbanginya. Jasper? Tidak banyak tingkah dan Haowen... si kecil itu tidak terlalu banyak bicara. Yang ia lakukan hanya meminta untuk terus berada di dekat Suzy. Dan itu bukan hal yang sulit.

Mengangguk lega, Sehun bersandar nyaman pada sofa di bawahnya. Lumayan, nyaman. Jika Sehun bosan sepertinya ia akan memilih untuk mengganggu Suzy saja di sini.

"Presdir." Kali ini Suzy yang nampak ragu-ragu untuk bertanya. Sopan tidak ya?

"Ada apa?"

"Seperti yang Presdir dengar kemarin, anak-anak Presdir memanggilku dengan sebutan mommy. Aku hanya khawatir akan ada kesalahpahaman untuk masa yang akan datang. Yang aku takutkan mommy sungguhan mereka akan kecewa dan tiba-tiba saja menghadangku ke sini." Suzy tidak begitu paham juga kenapa ia bisa selancar ini membicarakan hal yang mengganjal hatinya itu. Tetapi memang lebih baik seperti ini bukan?

Mengerjapkan matanya dengan raut wajah tak mengerti. Sehun menatap Suzy penuh minat. Bangkit dari sofa dan menyeret satu kursi untuk ia duduki tepat di sisi kiri Suzy. "Mommy sungguhan?"

"Iya."

"Sedikit informasi, Nona Bae Suzy." Mendekatkan tubuhnya pada Suzy yang langsung memundurkan tubuhnya sebagai respon natural.

"Aku duda anak empat yang kaya raya. Berminat menjadi ibu sambung anak-anakku? Kita bisa langsung bertukar CV jika kau bersedia." Menaikan sudut bibirnya, Sehun menjepit dagu Suzy dengan telunjuk dan ibu jarinya. Mendekatkan wajah mereka hingga tersisa beberapa centimeter saja.

"Presdir." Cicit Suzy seraya menahan kedua bahu Sehun. "Ini... terlalu dekat."

Sret.

Bangkit dari duduknya dan berjalan pelan menuju pintu keluar. Masih dengan tubuh yang menghadap Suzy. "Tawaranku berlaku hingga rentang waktu yang belum ditentukan. Silakan pikir-pikir dulu."

Ceklek.

Blam.

Setelah lama menahan nafas karena suasana canggung tadi, Suzy baru bisa menarik nafas lega saat Sehun sudah keluar dari ruangannya. "Gila."

**

Sehun tertawa pelan, menjatuhkan tubuhnya di atas sofa dengan tangan yang memijat pelan kedua alisnya.

Sialan!

Apa yang baru saja dia lakukan? Menggoda anak gadis orang lain? Seketika Sehun sedikit menyesal. Bagaimana jika Yeji yang mendapat perlakuan seperti itu? Sudah pasti Sehun akan naik darah sungguhan.

"Apa yang otakku pikirkan? Berniat menjadi ibu sambung?" Terkekeh sinis. Sehun ingin sekali rasanya menarik kembali kata-kata yang sudah ia ucapkan.

"Sialan, Oh Sehun! Otak kosong!" Sehun meronta tak habis pikir. Dimana akan ia letakan wajahnya nanti? Kenapa ia baru memikirkan efek sampingnya sekarang? Kenapa tidak sedari tadi?!

"Tenang, semua akan baik-baik saja. Suzy akan melupakan apa yang aku katakan tadi. Mana mungkin ia menanggapi serius kata-kataku." Mengibaskan tangannya tak peduli. Sehun kembali berjalan menuju meja kerjanya.

Ia harus segera menjernihkan kepalanya dengan setumpuk berkas laporan agar otaknya tidak benar-benar hilang.

"Manusia tak punya malu kau, Oh Sehun!"

**

"Ibu sambung?" Suzy mencicit pelan. Mengusap dadanya yang masih berdebar kencang karena omongan tak masuk akal atasannya itu.

"Ibu sambung katanya. Mana mungkin aku bisa bersanding dengan Oh Sehun yang begitu sempurna. Itu... tidak mungkin."








Cihaaa

Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang