"Aku benci sekali dengan pria itu." Jasper memalingkan wajahnya, ingin sekali rasanya Jasper beri minimal satu pukulan manis di wajah pria sialan tadi. Tapi mengingat yang ia bawa adalah nama Oh Sehun, Jasper jadi urung.
"Kenapa?" Menyangga dagunya dengan satu tangan, Sehun mendengarkan dengan seksama. Bagaimana perbedaan cerita antara Jasper dan Suzy. Tapi tentunya Jasper yang lebih menggebu-gebu.
"Dia mengatakan jika kau tidak bisa mendidik anak-anakmu, kau tidak akan bisa membahagiakan Suzy, menjaga pernikahanmu saja kau tidak bisa. Seperti itu." Jasper tahu ia juga tidak menghadiri pernikahan Oh Sehun, akan tetapi selama masa huhungan pernikahannya berjalan, Jasper tahu dan menyaksikan. Bagaimana Oh Sehun mencintai istri dan anak-anaknya. Walau dalam kasus ini Jasper anak pungut ya.
Tertawa pelan, Sehun merespon santai. Bukan sekali atau dua kali orang-orang berpikir buruk tentangnya, akan tetapi apa yang harus Sehun lakukan? Apa ia harus membungkam satu demi satu mulut sialan itu? Ah, buang-buang waktu, Sehun malas. "Kenapa kau yang naik darah? Aku saja santai ini."
"Aku benci mendengarnya. Aku tau kau sudah berusaha mendidik aku dan si kembar, juga Haowen. Tapi aku dan si kembar sudah lebih dulu hidup di luar, bebas berkata kasar apapun yang kami inginkan. Anjing, babi, bajingan, keparat sudah hal biasa. Itu bukan karena kau yang tidak bisa mendidik kami, kami saja yang memang pada dasarnya sudah rusak sedari awal." Jelas Jasper, apa kedepannya Jasper harus mendisiplinkan adik-adiknya? Apa mereka tidak akan merasa tertekan dengan perubahan yang akan terjadi?
"Rusak bagaimana? Mainan barbie kalian ternyata?" Sehun tidak suka dengan kalimat Jasper barusan. Rusak? Apanya yang rusak? Anak-anaknya berharga semua bagi Sehun. Berani sekali orang-orang melabeli anaknya seperti itu.
"Aku hanya tidak suka dengan dia yang berkata seolah-olah dia sudah mengenalmu dengan sangat baik. Ya sudah, aku sebut saja dia bajingan sampah yang sama persis seperti Myungsoo. Langsung naik darah dia." Jasper menggebu-gebu, masih kurang jahat kata-kata Jasper sebenarnya, tapi tak apa. Akan ia tahan hingga momen yang paling bagus datang.
Sehun tertawa kencang. "Lalu bagaimana setelah itu?"
"Tidak tahu, aku bawa pulang saja mommy langsung dan menjajikan kepada grandma dan grandpa untuk makan malam di sini lain kali. Tentu aku tidak akan mengundang Jinyoung keparat itu. Belum saja aku tusuk kedua bola matanya itu dengan garpu taman." Menggebu-gebu, Jasper benar-benar kesal. Anak sialan memang Jinyoung babi itu.
"Jangan terlalu membencinya, bagaimanapun juga posisinya sama seperti posisi Yifan." Mengacak rambut Jasper asal, Sehun harus tetap menjejalkan ke dalam telinga Jasper bahwa Jinyoung adalah keluarganya juga. Ia dan Suzy akan menikah sebentar lagi. Mau tidak mau Jasper harus mau.
"Tidak bisa mendidik kepalanya segitiga siku-siku, belum saja dia mengatakan itu di depan Yeji." Masih membara, Jasper sekesal itu ternyata. Dia pribadi baru sadar juga.
Alis Sehun terangkat tidak paham. Hubungannya dengan Yeji apa? Jangan-jangan mereka pernah berpacaran? "Bagaimana kalau di depan Yeji?"
"Sudah pasti akan Yeji siram sebadan-badan dengan kuah soup pria itu."
Oh, adik-kakak jadi respon mereka sama ternyata. "Tidak apa, kau tahu sendiri dia tidak mengenalku. Jadi biarkan saja, semakin kau tegaskan semakin dia tidak peduli. Banyak hal lain yang harus kau lakukan, anggap saja itu batu pijakan agar kau semakin dewasa."
"Aw daddyyyh, aku mencintaimu." Bibir Jasper maju beberapa saat, berniat mencium Sehun sebelum ia sendiri jijik dengan tingkahnya itu.
"Jijik sekali aku."
**
Menggigit bibirnya resah, Suzy memandang bergantian antara ponsel dan juga jam dinding di ruangannya. Ia masih ragu apakah harus menghubungi Sehun atau nanti saja saat jam pulang?
"Tapi jika Sehun marah bagaimana?" Bisik Suzy. Sehun yang merajuk atau marah itu sungguh mengerikan asal kalian tahu. Suzy tidak berani macam-macam. Bernafas saja rasanya sesak.
Setelah berperang dengan dirinya sendiri, suzy memutuskan untuk langsung menghubungi Sehun. Menunggu dering ini berganti dengan suara Sehun yang biasa ia dengar
"Halo, Sugar? Ada apa sayang?" Suara Sehun terdengar menyambut dengan ramah dari seberang sana.
Kembali menggigit bibirnya gugup, Suzy menarik nafas pelan. Sudah terlanjur mencelupkan kaki, langsung tenggelam saja sekalian. "Sehun, aku ingin ijin karena nanti akan pergi bersama Jiyeon dan Baekhyun. Apa boleh?"
"Jiyeon dan Baekhyun? Kemana?" Acara pernikahan mereka sudah semakin dekat dan Sehun harus lebih protektif pada bayinya ini. Hal-hal tidak masuk akal biasanya sering terjadi pada waktu-waktu rawan seperti ini.
"Kami belum menentukan tempat, tapi mereka mengatakan bahwa kami akan pulang sedikit larut malam nanti." Mengingat insiden terakhir kali, Suzy sedikit terguncang dengan Sehun yang memarahinya malam itu. Itu juga karena acara temu dengan Baekhyun dan juga Jiyeon.
"Hanya bertiga?" Tanya Sehun memastikan.
"Iya, hanya kami bertiga."
"Butuh mobil?" Tawar Sehun. Jika sekiranya Suzy butuh, tapi merasa sungkan karena Sehun yang harus mengantarnya. Sehun bisa meminta Suho untuk beralih profesi sebentar menjadi sopir. Selagi ada uang saku tambahan, Suho tidak akan menolak.
"Tidak, Baekhyun akan membawa miliknya nanti."
"Uangmu masih ada?"
"Masih. Banyak."
"Ya sudah. Hati-hati, jika mereka tidak bisa mengantarmu pulang telfon aku, aku yang akan menjemputmu. Jangan coba-coba pulang sendiri dengan bus ataupun dengan taxi." Sehun selalu mengatakan untuk jangan bertingkah seperti orang susah, Sehun punya banyak uang dan banyak mobil. Tolong pergunakan semaksimal mungkin.
"Iya, baik. Terima kasih." Mematikan sambungan telepon, Suzy tersenyum lebar. Mengepalkan tangannya ke udara dan berteriak senang. "Yes!"
Apa kalian percaya dengan kata-kata Suzy yang mengatakan bahwa ia belum tahu kemana tujuan mereka? Jangan, Baekhyun dan Jiyeon sudah memberi tahu Suzy jauh-jauh hari.
"Yeay, akhirnya."
**
"Kau sudah mengantongi ijin Oh Sehun?" Baekhyun merentangkan kedua tangannya, menahan pergerakan dua wanita di depannya untuk mendapatkan jawaban pasti.
Baekhyun masih sangat menyayangi nyawanya. Malas sekali berurusan dengan Oh Sehun. Menyusahkan.
"Sudah, jika kau tidak bisa mengantarku pulang Sehun memintaku untuk menghubunginya saja. Sehun akan menjemputku." Mengangguk yakin, Suzy memastikan sekali lagi. Menggandeng tangan Baekhyun dan juga Jiyeon sebelum kembali tersenyum lebar.
"Sebelum aku menikah, aku ingin merasakan sensasi menjadi anak nakal terlebih dahulu." Menyeret Baekhyun dan Jiyeon untuk mendekati pintu sebelum satu tangan Baekhyun menarik beberapa helai rambut Suzy.
"Salah pintu bodoh, itu pintu khusus staff. Pintu tamu yang ada dua penjaga itu, Sial." Kesal Baekhyun. Sudah dua puluh tiga tahun masih bodoh juga temannya ini, heran.
"Makanya, jangan terlalu sering bercinta dengan buku tebal. Otakmu tidak mampu hidup dijalanan." Sinis Jiyeon. Membongkar isi tas Suzy dan mengeluarkan kartu pengenal untuk ia tunjukan kepada dua pria berbadan besar di depan sana.
"Untuk apa aku mencemaskan itu? Aku punya kalian yang sudah sangat ahli. Semua masalah selesai bukan?"
"Kau sudah pintar sekarang."
**
"Aw, sepertinya aku kenal?"
"Siapa?"
"Bukannya itu bayimu, Oh Sehun?"
Tes tes
Cekidot
![](https://img.wattpad.com/cover/342092238-288-k715531.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Hope
FanfictionSuzy tak pernah meminta lebih akan sesuatu dalam hidupnya. Menapaki jalan yang sudah disiapkan oleh dua sosok yang selalu ia panggil dengan sebutan mama dan papa. Menjalani sisa hidupnya dengan semua rasa bersalah yang sudah ia pendam selama bertahu...